Kezia makin terperangah dengan perubahan yang Matias alami. Apa maksudnya? Dulu sekali, Matias sangat cupu. Apalagi dengan kacamata bulat ala Harry Potter. Kecupuan yang membuat Matias dipandang sebelah mata. Entah kenapa cowok nerdy seperti Matias suka dipandang tak bisa apa-apa selain cuma baca buku/komik, menonton, atau main games.
"Kenapa, Sayang?" tanya Matias yang langsng membuka helm. Matias langsung nyengir dan sok mengedipkan mata ala pemain FTV.
"Aku gak nyangka. Aku kira kamu gak bisa naik motor." jawab Kezia terkekeh.
Matias tertawa lebar. "Jadi, gimana? Kita jadi pergi? Di luar rumah kamu aja. Kita terusin nonton yang kemarin. Kali ini beneren nonton. Yok, naik."
"Apa gak mau mampir dulu bentaran? Di rumah, banyak kue tuh. Satu-dua, ada yang bikinan aku. Gak mau nyicip dulu? Bantuin ngabisin juga."
Matias tertawa. "Gimana yah?"
"Kamu takut? Takut orang-orang sekitar mikir kita bakal macem-macem? Nanti suara tivi-nya bakal aku gedein. Biar disangka kita lagi nonton atau denger musik. Masuk dulu aja. Apalagi aku udah sempet bikin puding fla tiga hari lalu. Niatnya buat keluarga kakak-kakak aku yang datang nanti. Eh, malah semuanya gak bisa datang."
Di beberapa kata terakhir, ada kegetiran di dalam nada bicara Kezia. Itu juga kalau Matias peka. Sabar, yah, Kezia. Anggap saja ujian dari Tuhan.
"Masukin dulu aja motor kamu. Cuman bentaran kok. Satu-dua jam aja. Atau mau cuma tiga puluh menitan di rumah aku, sisanya di mal, gapapa."
"Oke deh," Matias langsung turun dan menyeret motor Ninja 250 FI dengan hati-hati. "Ya udah, buka dulu pager rumah kamu."
"Sori ya, Yas. Kan lebih enak kalo main dulu ke rumah. Kalo rumahku bisa ngomong, dia pasti udah maki-maki kamu. Cuman dateng aja, main kagak, gitu."
"Kamu dari dulu emang pinter ngomong," Matias geleng-geleng kepala dan tertawa.
Pagar dibukakan oleh Kezia. Lalu, Kezia membantu Matias memarkirkan motor sport yang memang agak berat tersebut.
"Berat banget, Yas," keluh Kezia. "Kayak dorong gunung aja."
"Gunung kamu dorong, gak bakal pindah. Motorku kan pindah tempat juga." kata Matias nyengir lebar. "Belum terbiasa aja kali. Nanti kalo udah terbiasa, enteng kok."
Matias dan Kezia bersitatap. Matias mulai sedikit beringsut ke arah Kezia. Kezia berdegup kencang. Aduh jangan sekarang, batin Kezia gelisah. Tapi sebetulnya Kezia menginginkannya juga. Kezia makin pasi saat Matias mulai memegangi kedua tangannya. Nyatanya.....
Matias hanya mengajak berjabat tangan, dan, "Happy new year, kakak kelas aku yang sejak dulu ampe sekarang masih tetep cantik."
Satu kecupan dari Matias mendarat di sebelah pipi Kezia. Tak apalah, walau hanya ciuman pipi. Meskipun sekadar ciuman pipi, Kezia sudah sumringah parah. Sebetulnya, Kezia sudah sangat berciuman bibir. Dia ingin menyerahkan first kiss-nya ke Matias. Apalagi, ini kan di rumah Kezia, di pekarangannya juga. Di luar, juga sepi sekali.
"Ha-ha-happy new year, too," balas Kezia yang setengah menundukan kepala. "Y-y-ya udah, yuk masuk. Kamu mau aku bikinin nasi goreng?"
"Emang kamu bisa masak? Biasanya dibikinin pembantu kamu." Matias sedikit celingak-celinguk. "Sepi banget rumah kamu. Dan, kamu gak pake jasa pembantu rumah tangga lagi?"
Kezia menggeleng. "Udah lama nggak. Lebih baik gini. Aku juga menyukai kerja beres-beres rumah sama masak, kok."
"Udah siap jadi ibu, nih," Matias tertawa terbahak-bahak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments