03

. 2 minggu berlalu, akhirnya aku bisa menghirup udara segar. Entah aku harus senang atau kesal hari ini, aku senang karena sudah diperbolehkan pulang. Tapi aku juga kesal, kenapa harus Alvi yang menjemputku pulang?.

Alvi mendorong kursi rodaku, diikuti Noah disampingnya.

"Kenapa kau yang menjemputku?" Tanyaku dengan nada kesal.

"Ayahmu yang menyuruhku." Jawab Alvi datar.

"Apa ayah sesibuk itu? Dan kenapa kau mau disuruh oleh ayah?" Ocehku terus menerus.

"Aku tidak tahu. Aku juga sedang sibuk, tapi aku tak bisa menolak." Hening beberapa saat.

"Jika bukan aku, siapa lagi yang akan menjemputmu?" Tanya Alvi melirik jam tangan. Aku hanya terdiam.

"Noah bisa mengantarku." Ucapku datar.

"Noah sedang sibuk dengan pasiennya" ucap Alvi cepat sebelum Noah bicara. Noah mendelik pada Alvi.

"Atau kau mau Aldi yang menjemputmu?" Lanjut Alvi dengan nada datar.

"Sebaiknya kau jangan menyebut nama itu lagi." Terdengar suara nafas berat yang aku hembuskan.

"Baiklah nona.." ejek Alvi.

"Noah? Apa aku benar-benar sudah pulih?" Tanyaku menoleh sedikit ke kanan.

"Jangan memaksakan Avril. Kakimu belum sepenuhnya bisa berjalan. Aku sarankan agar kau tidak mencoba berjalan tanpa bantuan." Jelas Noah yang masih mengikuti langkah Alvi disampingnya.

Sampai depan loby, Ray sudah memarkirkan mobilnya tepat di ujung teras loby.

Ray membukakan pintu belakang dan mempersilahkan tuannya untuk masuk.

"Biar aku yang menggendongnya." Ucap Noah sedikit melangkah ke depan.

"Tak perlu. Aku bisa melakukannya." Ucap Alvi membuat Noah mematung.

Alvi mengendong Avril masuk ke dalam mobil. Kemudian Ray menutup pintu mobil dan kembali ke kursi kemudi.

Mobil Alvi melaju meninggalkan rumahsakit. Noah masih menatap kepergian mobil hitam itu.

"Aku tak bisa menang darimu Alvi." Ucap Noah lalu berbalik kembali memasuki rumahsakit.

Diperjalanan, tak ada yang bicara. Ray melirik spion memperhatikan kedua orang di belakangnya.

"Es dan es, aku merasa sedang berada dikutub utara." Gumam Ray dalam hati dengan memasang senyuman.

"Kau tersenyum?" Tanya Alvi menatap tajam Ray.

"Tidak tuan." Jawab Ray.

Mobil kembali hening.

"Maaf nona, apa nona lapar?" Tanya Ray melirik spion pada wajah Avril.

"Sedikit." Avril melirik Ray.

"Apa nona ingin makan dulu sebelum sampai ke rumah?" Tanya Ray kembali.

"Tidak. Aku ingin makan dirumah saja." Ucap Avril menerawang keluar kaca.

Alvi hanya menatap Avril. Entah perasaan apa yang sedang Alvi rasakan saat ini.

Melihat Avril membuatnya merasa senang, namun ada rasa iba dan kasihan karena kesepian seperti dirinya, ada juga rasa yang tak bisa Alvi artikan. Jantungnya selalu berdebar saat bertemu dengan Avril.

Lama Alvi menatap Avril. Tak sadar, senyumnya tersungging di bibir manisnya ketika menatap Avril yang hanya menyandarkan kepalanya pada kaca mobil.

Ray kembali tersenyum ketika melihat tuannya bertingkah lain dari biasanya.

Tak lama, mobil sampai di rumah Avril.

Terlihat bibi berlari dan memberi sedikit hormat pada Alvi. Alvi tersenyum ramah pada bibi.

Ray membukakan pintu mobil, Avril melangkahkan kakinya keluar mobil namun tangannya di tahan oleh Alvi.

"Jangan. Biar aku yang membantumu". Alvi keluar lebih dulu.

"Aku bisa sendiri Alvi." Namun Alvi tak menghiraukan Avril.

Alvi kembali menggendong Avril. Belum memasuki rumah, Alvi berhenti mendengar suara mobil yang berhenti tepat di samping mobilnya.

Avril melirik dari balik lengan Alvi siapa yang datang. Matanya terbelalak, lalu merangkulkan tangannya dan membenamkan wajahnya di pangkuan Alvi. Alvi merasa heran, lalu memutar tubuhnya melihat tamu yang di belakangnya.

"Avil" lirih Aldi menatap Avril yang tak meliriknya sedikitpun.

"Avil. Aku ingin menjelaskan semuanya." Lanjut Aldi.

Avril masih terdiam. Menatap tajam objek didepan matanya.

"Aku mohon dengarkan dulu penjelasanku." Aldi melangkah mendekat.

"Melihat sikap Avril, harusnya kau sudah tahu apa artinya." Ucap Alvi menatap dingin Aldi. Aldi tak kalah dingin menatap Alvi.

"Siapa kau?" Tanya Aldi.

"Dan kau siapa?" Tanya Alvi membalikan pertanyaan. Aldi hanya terdiam.

"Buakankah sudah jelas, jika dikatakan siapa kekasih Avril, jawabannya ada pada bukti yang terlihat." Lanjut Alvi.

"Apa maksudmu?" Aldi menyernyitkan dahinya.

"Bukankan Kau sudah bertunangan?" Aldi terbelalak.

"Urusanku dengan Avril. Bukan dengan kau." Aldi memasang wajah tegas.

"Hmmphh bahkan yang ingin kau temui tidak melirikmu sedikitpun." Alvi tak kalah tegas.

Aldi tak berbicara lagi, tangannya mengepal.

"Aku hanya perlu mendengarkanmu saja kan?" Avril menoleh pada Aldi. "Alvi turunkan aku di sofa. Tidak baik menerima tamu seperti ini." Alvi hanya menatap Avril.

Alvi berjalan menuju ruang tamu. Menurunkan Avril, dan duduk disamping Avril. Avril menatap dingin Aldi yang duduk tepat didepannya.

"Katakan apa yang ingin kau katakan." Ucap Avril dingin.

"Aku ingin berbicara berdua denganmu." Aldi sedikit memohon.

"Ada atau tidak adanya Alvi, itu sama saja." Jawab Avril datar.

Aldi melirik Alvi yang menatapnya penuh kemenangan.

"Jadi, apa kau tak akan bicara?" Tanya Avril masih menatap datar. "Jika kau merasa terganggu oleh Alvi, anggap saja dia tak ada." Lanjutnya membuat Alvi sedikit mendelik.

"Avil. Apa benar kau menungguku selama 5 tahun ini.?" Tanya Aldi menahan airmata.

"Jika iya, lalu kenapa?" Jawab Avril dengan datar.

"Apa kau tak memiliki kekasih selain aku?" Tanya Aldi melirik pada Alvi.

"Menurutmu?"

"Itu tak menjawab pertanyaanku Avil."

"Menurutmu? Jika aku punya kekasih selain dirimu, tak mungkin aku sampai seperti ini." Ucap Avril dengan nada menahan kesal.

"Maafkan aku Avil... aku salah mengira. Dan aku salah mengambil keputusan. Aku pun masih mencintaimu Avil." Kini airmatanya tak bisa lagi terbendung.

"Apa maksudmu?" Tanya Alvi menatap Aldi yang tak berpura-pura menangis.

"Itu benar-benar airmatanya. Sebesar apa cinta Aldian pada Avril?" gumam Alvi. Avril hanya menyernyit, lalu kembali tenang.

"Andai saja aku tahu jika orang yang berada disisimu saat ini bukan kekasihmu, aku tak mungkin menerima perjodohan ini." Lanjut Aldi mengusap kedua pipinya.

'Deg' Avril tersentak mendengar ucapan Aldi.

"Dijodohkan?" Alvi dan Avril bersamaan.

"Ya. Aku di jodohkan Avil. Aku tak berniat mengkhianatimu. Sejak awal aku di berikan pilihan antara malamarmu atau menerima perjodohan ini." Jelas Aldi menatap Avril.

"Tidak berniat mengkhianatiku? Lalu kenyataan ini apa? Kenyataan kau lebih memilih perjodohan itu daripada aku." Pecah sudah tangis yang sedari tadi Avril tahan.

"Aku sudah menunggumu sejauh ini, berdoa untukmu setiap hari, berharap kau pulang. Tapi mungkin doa ku yang salah. Aku hanya meminta keselamatanmu dan kau kembali untuk menemuiku, bukan untuk melamarku. Mungkin aku yang terlalu berharap lebih pada harapan yang jelas tak memihakku." Avril mengusap pipi nya.

"Kau tanya kenapa aku menerima perjodohan ini?" Alvi menghela nafas sesaat. "Aku kerumahmu saat itu, tapi bibi bilang kau ada acara dikantor ayahmu. Aku bergegas untuk menemuimu, berniat meminta jawaban atas pertanyaanku. Tapi, saat aku disana, apa yang ku dapat? Kau terus bersama dengan orang ini di acara itu, bahkan dia terus menggandeng tanganmu sampai di dalam lift. Dan kau juga tak menolaknya. Disaat itulah aku pikir kau sudah memiliki penggantiku disisimu. Aku berfikir wajar saja jika kau berpaling, aku sudah meninggalkanmu selama 5 tahun tanpa kabar." Alvi memalingkan wajahnya.

"Apa yang ingin kau tanyakan padaku?" Lirih Avril.

"Pertanyaan yang terus membuatku ragu. Jika aku melamarmu, apa kau akan menerimaku?" Tanya Aldi menatap lekat pada Avril.

Avril menundukan kepalanya, ditahan dengan tangan kanannya. Semuanya tampak kacau, memusingkan, dan membuatnya sakit kepala. Pandangannya memudar, dan kemudian gelap.

Avril terlelap ke pangkuan Alvi. Aldi beranjak dan berlari menghampiri Avril.

"Avil... Avil... sadarlah." Aldi mengguncang tubuh Avril beberapa kali.

"Sudahlah. Itu percuma. Avril tak sadarkan diri." Ucap Alvi lalu menggendong Avril menuju kamarnya.

"Kau pikir kau siapa Alvian?" Tegas Aldi masih berdiri ditempatnya.

"Aku bukan siapa-siapa." Alvian terus melanjutkan langkahnya. "Sebaiknya kau pulang. Aku yang akan menjaga Avril. Dan kau tak usah khawatir, dia akan baik-baik saja bersamaku." Lanjut Alvi tanpa menoleh ke belakang dan berlalu ke kamar Avril diikuti bibi dari belakang.

Aldi mengepalkan tangannya menatap kesal pada Alvi.

"Sial kau Alvi!" Gumam Aldi berbalik dan pergi meninggalkan rumah Avril.

. Esok harinya, Avril memaksakan pergi ke kampus. Alvi sudah berada di depan teras.

"Sedang apa kau?" Avril berhenti tepat diantara pintu.

"Aku mengkhawatirkanmu gadis bodoh." Alvi menoleh sedikit pada Avril.

"Aku bisa sendiri." Avril berjalan melewati Alvi.

"Dasar keras kepala." Alvi menarik tangan Avril. "Kau pikir aku tak tahu kau menahan sakit di kakimu saat ini." Lanjut Alvi membuat Avril terdiam.

"Jadi? Apa kau akan memaksakan dirimu mengemudi sendiri nona?" Alvi sedikit medekatkan wajahnya pada Avril.

"Baiklah! Karena kau memaksa, aku tak bisa menolak!" Avril berjalan dengan wajah sombongnya. Ray membukakan pintu mobil. "Terimakasih Ray!" Ucap Avril tersenyum pada Ray, dan Ray hanya membalas dengan senyum pula.

"Apa-apaan itu? Harusnya aku yang mendapat senyuman itu." Gumam Alvi menatap tajam Ray. Alvi kemudian berjalan mendekati Ray "kupotong gajimu Ray." Bisik Alvi sebelum akhirnya masuk kedalam mobil.

"Eh? Apa salahku tuan?" Lirih Ray kebingungan.

Ray melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Seperti sebelumnya, Avril hanya terdiam menatap keluar. Namun kali ini Avril memasang wajah kesal. Melipatkan tangan di dadanya.

"Kapan Ayah dan kak Galih pulang? Apa mereka sengaja meninggalkanku dan membiarkan Alvi seenaknya padaku?" Gumam Avril sedikit mencengkram lengannya.

"Kau masih mencintai Aldi?" Avril menoleh mendapati pertanyaan dari Alvi.

"Kenapa kau bertanya?" Avril menatap Alvi dalam.

"Aku hanya ingin tahu." Jawab Alvi tanpa menoleh sedikitpun pada Avril.

"Bukan urusanmu." Avril memalingkan pandangan kembali fokus pada jalanan diluar.

"Itu menjadi urusanku jika menyangkut perasaanmu." Lirih Alvi.

"Apa?" Avril menoleh sedikit berteriak.

"Apa?" Alvi menyernyitkan alisnya.

Ray tersenyum melihat tingkah tuannya.

"Katakan saja tuan, bahwa tuan mencintai nona Avril." Gumam Ray.

Sampai di depan gerbang kampus, semua mata tertuju melihat Avril turun dari mobil dengan seorang presdir idola mereka. Benar-benar diluar dugaan, seorang Avril Vania yang selalu menolak setiap lelaki yang menyukainya, termasuk seniornya saat itu, kini memilih dengan Alvian Revano, seorang presdir muda yang sukses membawa perusahaan D menjadi perusahaan terbaik ketiga di kota itu. Yang dikenal sangat dingin pada siapapun. Bahkan Alvian dikenal tidak pernah tertarik pada perempuan manapun.

"Terimakasih Ray." Lagi-lagi Avril memberikan senyum manisnya pada Ray. Ray hanya tersenyum menanggapi Avril. "Tak apa nona."

Alvi menatap tajam pada Ray. Ray menyentuh pundaknya. "Pundakku mendadak panas" Gumam Ray.

"Kau tidak berterimakasih padaku nona?" Alvi menatap Avril datar. Avril menatap tajam Alvi, lalu berbalik meninggalkan mobil Alvi dan berlalu tanpa menoleh kembali.

"Ray. Gajimu kupotong 50%." Geram Alvi.

"Heeehhhhhh? Apa salahku tuan?" Ray semakin kebingungan.

"Kau sudah mencuri senyuman Avril yang seharusnya aku dapatkan." Tegas Avril.

"Apa? Hanya karena senyuman, gajiku dipotong begitu saja.😭" Ray melajukan mobilnya menuju kantor perusahaan D.

Ditaman kampus, Aldi mencegat Avril.

"Aldi? Kau kuliah disini?" Tanya Avril tak percaya.

"Avil. Aku ingin bicara." Aldi menatap Avril lekat.

"Mau apa lagi?" Avril terlihat kesal.

"Ada yang ingin aku tanyakan."

"Iya apa? Bukankah semuanya sudah jelas. Penjelasanmu sudah aku dengarkan, dan sekarang apa lagi? Ayolah mood ku sedang tidak baik hari ini." Avril hendak melewati Aldi, namun Aldi menghalangi.

"Apa kau masih mencintaiku?" Tanya Aldi membuat Avril semakin kesal.

"Pertanyaan yang sama. Untuk apa kau menanyakan hal itu?"

"Jika kau masih mencintaiku, aku akan membatalkan perjodohan ini. Aku akan memilihmu, aku akan melamarmu, dan aku--" 'PLAK' belum sempat Aldi melanjutkan, tamparan keras Avril membuat Aldi terdiam.

Avril benar-benar terlihat kesal.

"Kau pikir hal seperti itu bisa dimainkan sesukamu?. Itu sudah menjadi keputusanmu, kau yang memilihnya. Bukankah kau sendiri yang bilang? Kau tidak akan menarik kembali kata-katamu, dan sekarang kau mengingkari ucapanmu sendiri?" Avril berlari meski kakinya terasa sakit.

Sampai di kelas, Avril menangis. Entah karena Aldi, atau karena kakinya yang terus menerus terasa sakit.

"Avril..." Reno menghampiri Avril.

"Reno!" Avril memegang ujung jaket Reno.

"Harusnya jangan masuk dulu, kau belum pulih." Reno berjongkok tepat di depan Avril. Bagas berlari menghampiri Avril dan Reno.

"Avril.... kakimu masih sakit?" Bagas ikut berjongkok. Avril menggeleng.

"Bukan kakiku, tapi hatiku." Lirih Avril.

"Apa maksudmu?" Tanya Baren (Bagas Reno) bersamaan.

"Kalian jangan berpura-pura tidak tahu." Avril mengusap kedua pipinya.

"Maaf Avril. Tapi aku juga tak bisa apa-apa." Ucap Reno menatap Avril.

"Aku juga tak bisa mencegahnya." Bagas memalingkan pandangannya.

Terdengar langkah kaki yang semakin dekat menghampiri ketiga sahabat itu.

"Avril." Syifa memeluk Avril penuh haru. "Kau baik-baik saja? Mengapa kau menangis? Jika belum pulih, jangan memaksakan." Avril semakin terisak. Memang hanya Syifa yang selalu menenangkan hatinya.

Mata Avril terlihat sembab. Bahkan beberapa dosen mengejek Avril, namun Avril tak menghiraukan ejekan dosennya.

1 minggu Avril menahan sakit dikakinya, kini harus menahan penasaran karena Alvi tak lagi datang mengunjunginya.

"Kenapa aku memikirkannya?" Avril menggelengkan kepalanya. "Aku tidak peduli padanya." Ucapnya kesal sendiri di dalam kamar. "Sial! Aku mulai kesepian tanpanya." Avril membaringkan tubuhnya di sofa.

-bersambung

Terpopuler

Comments

Atri Aulia

Atri Aulia

Iya kak.. terima kasih sudah mampir

2022-05-18

0

Pujiati

Pujiati

"Ujian Kesetiaan" hadir Thor. Semoga sukses selalu
Semangat 💪

2022-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!