Lebih Dekat

Rheia menaruh mangkuk kotor di tempat cuci piring. Setelah Anjani bercerita tentang Bayu, Rheia yakin bahwa mereka cocok satu sama lain.

Hari itu mereka habiskan untuk mengenang kembali memory diatas kapal. Kenangan indah yang tidak akan terlupa seumur hidup.

Bagi Anjani sendiri memory diatas kapal merupakan pertama kalinya. Dan seseorang yang bersamanya saat itu juga mungkin adalah cinta pertamanya.

Tiga bulan berlalu, Anjani dan Bayu masih saling menjaga komunikasi. Tiap malam di sela - sela kesibukannya Bayu menyempatkan untuk menelpon atau video call Anjani.

Hubungan mereka semakin dekat. Hingga Papa Reihan mulai melihat ada perubahan pada Anjani. Putri kecilnya sekarang sudah dewasa.

Sore itu urusan kantor selesai lebih awal. Papa Reihan pulang ke rumahnya. Di perjalanan Papa Reihan sempat mampir di toko Pizza untuk dimakan saat ngobrol bersama putrinya Anjani.

Anjani yang selesai mandi sore duduk di sofa dan menonton tivi. Papa Reihan yang sudah sampai dirumah meminta pelayannya untuk menyiapkan piring untuk makan pizza nanti.

Papa Reihan meninggalkan Pizza di dapur dan masuk ke kamarnya untuk mandi. Anjani tidak menyadari Papanya sudah pulang.

Pandangannya menatap layar tivi namun pikirannya sudah terbang jauh meninggalkan Indonesia. Menemui sesorang yang sedang dirindukannya.

Papa Reihan keluar dari kamarnya dan sudah mengenakan pakaian santai dirumah. Memberi isyarat kepada pelayannya untuk meletakkan pizza di ruang tivi.

Papa Reihan juga meminta kepada pelayan untuk membuatkan Americano Coffee untuknya dan Mocahino Vanilla Latte untuk Anjani.

" Ehem ehem.. " Papa Reihan sengaja berdehem setelah melihat Anjani melamun. Anjani yang kala itu melamun langsung terbuyarkan setelah menyadari Papanya ada dirumah.

" Eh, Papa sudah pulang? Memang kapan Papa masuk kerumah? Kok Anjani tidak melihat? " Anjani masih heran karena dia tidak sempat melihat Papa Reihan masuk ke kamarnya.

" Ah, gapapa. Yang penting Papa tadi melihat kamu yang pandangannya ke tivi tapi senyum - senyum sendiri. Padahal channel tivi sedang jeda iklan. " Papa Reihan tersenyum.

Anjani malu dengan jawaban Papa Reihan, terselamatkan ketika seorang pelayan datang membawa pizza yang Papa Reihan beli.

" Wah, Papa beli Pizza? " Anjani mengambil sepotong pizza yang sudah diletakkan ke piring kecil oleh seorang pelayan.

" Iya, tadi Papa kebetulan lewat. Yah, Papa pikir sambil ngobrol sama kamu kita bisa makan Pizza. " Papa Reihan menyesap Americano Coffee nya.

" Papa lama sekali tidak ngobrol sama kamu. Karena kesibukan Papa akhir - akhir ini, makanya Papa menyiapkan ini semua agar kita ngobrol malam ini." Sekarang giliran Anjani menikmati Mocachino Vanilla Latte nya.

" Beberapa hari ini Papa lihat kamu sibuk, beberapa kali Papa lihat kamu video call dengan seorang pria. "

Degh, Anjani belum sempat menceritakan kepada Papanya tentang Bayu.

" Aduh bagaimana ini? Apakah sebaiknya diceritakan sekarang ? " Gumam Anjani.

" Oh itu Pa, emm.. Temen emm temen Andrew. Sebenarnya Anjani belum siap menceritakan ini dengan Papa. Tapi Anjani pikir, mungkin sekarang saat yang tepat untuk Papa tahu." Anjani menceritakan semuanya kepada Papanya.

Saat yang bersamaan Bayu video call. Anjani menggesernya keatas dan langsung dihadapkan ke Papanya.

" Selamat Malam Anjani. " Bayu belum melihat dengan jelas lawan bicaranya.

" Anjani sedang tidak ada. Saya Papanya. Kamu siapa ya? Rasanya saya belum pernah melihat kamu. " Papa Reihan berbicara dengan penuh wibawa.

Anjani tertawa dibelakang layar. Karena Anjani menseting kamera depan.

Bayu sempat kaget, namun segera menjawab lawan bicaranya, " Senang sekali bisa berbicara langsung dengan Om Reihan. Saya teman Andrew dan kenal dengan Anjani saat perjalanan kapal pesiar kemarin. Jika Om tidak keberatan, saya ingin mengenal keluarga Om lebih dekat lagi. "

" Kapan kita bisa ngopi bersama ? Saya tunggu kamu kalau mau ngobrol lebih lama dengan saya. Ada pesan yang ingin kamu sampaikan untuk Anjani ? "

Papa Reihan menyungging senyumnya.

" Besok saya akan menghubungi Anjani kembali. Baiklah, selamat malam. Terimakasih. " Papa Reihan memencet tombol merah setelah Bayu mengucapkan terimakasih.

Anjani tertawa, " Bagaimana menurut Papa? " Papa Reihan kembali menyesap kopinya.

" Papa belum bisa berpendapat apapun. Kami harus dekat, agar Papa bisa lihat laki - laki seperti apa Bayu itu. " Anjani mengangguk dan mengambil potongan pizza dan mulai mengunyahnya.

Disana Bayu tersenyum dan memandang sebuah tiket untuk perjalanan bisnis. Yang nanti di sela - sela waktunya dapat mempertemukannya dengan Anjani.

Bayu menelpon Mamanya. Lama Bayu menelpon dan belum diangkat oleh Sang Mama. Akhirnya Bayu memutuskan untuk menelpon pelayan setia Mamanya.

Ketika tersambung Bayu segera menanyakan keadaan Mamanya. Dan rupanya Mamanya sedang tidak enak badan. Jadi saat ini, Mamanya sedang beristirahat.

Bayu sempat cemas namun pelayannya meyakinkan bahwa majikannya tidak apa - apa. Hanya mungkin kelelahan karena aktifitas akhir - akhir ini dengan anak - anak Yayasan Panti Asuhan cukup padat.

Bayu memutuskan untuk menelpon lagi besok. Di sisi lain Andrew melamar Rheia. Dan Rheia menerima lamarannya.

Saat yang sangat ditunggu - tunggu oleh Andrew karena Rheia sudah menyelesaikan pendidikannya.

Di sebuah cafe di tepi pantai dengan banyak lilin menyala. Andrew mempersiapkan candle light dinner.

Andrew berlutut dihadapan Rheia dan membuka kotak kecil berisi cincin. " Rheia, will you marry Me? "

Rheia yang kala itu mengenakan gaun berwarna putih tampil anggun. Dan seketika mengangguk.

Sebuah cincin bermata berlian melingkar di jari manis Rheia. Andrew memeluk Rheia lama hingga kemudian mereka berciuman.

Malam harinya Rheia menelpon orangtuanya dan orangtuanya setuju untuk pesta pertunangan.

Orangtua Andrew juga sudah menganggap Rheia seperti putrinya sendiri. Karena kakak Andrew juga laki - laki dan sudah berkeluarga. Serta menetap di Swiss dan menjadi warga negara Swiss.

Anjani sudah berada di dalam kamarnya setelah tadi selesai ngobrol dengan Papanya. Papanya mengingatkan kembali kala Anjani kecil hingga sekarang putrinya sudah dewasa.

Ponsel Anjani berdering, di layar depan tertulis Rheia memanggil. Anjani segera menekan tombol hijau, " Hallo. "

" Anjani, kamu belum tidur? " Pertanyaan Rheia membuat Anjani tertawa, " Kalau aku sudah tidur, ini siapa donk yang angkat telpon? Pertanyaan kamu aneh - aneh saja. Ada apa telpon malem - malem? " Anjani suka usil dengan sahabatnya satu ini. Demikian juga sebaliknya.

" Tadi Andrew melamarku. Tidak lama lagi, kami akan mengadakan pesta pertunangan. " Rheia antusias menceritakan moment Andrew melamarnya tadi.

" Wah, selamat Rheia sahabatku. Aku ikut berbahagia untukmu. Kasi tau aku, apa yang perlu aku bantu." Anjani senang mendengar kabar bahagia dari Rheia.

" Temani aku saja nanti ke butik, kalau urusan pesta Andrew sudah mengurusnya. Jadi kita juga tidak begitu repot. Aku bahagia Anjani. " Rheia masih mengingat dengan jelas moment tadi.

" Aku turut bahagia untukmu Rheia. " Anjani kembali tersenyum. Setelah mengobrol cukup lama di telephon, Rheia menutup telpon nya dan segera beristirahat. Demikian juga Anjani.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!