Terbukti dia anakmu

Sebulan sudah kami tinggal bersama Chris walaupun tinggal satu atap kami tidak pernah tidur bersama.

Syifa pun sudah bersekolah semua biaya sekolah Syifa Chris yang menanggung.

Bahkan dia menjadwalkan operasi untuk syifa,untuk mengangkat keloid akibat luka bakarnya dulu.

Awalnya aku memang membenci Chris namun karena apa yang dia lakukan pada aku dan adikku membuat rasa benciku hilang.

Malam ini aku membuat makanan spesial buat Chris.

Aku menata semua makanan di meja makan,tak lupa aku berias secantik mungkin.

Tak selang berapa lama Chris pulang,saat memasuki rumah Chris sudah mencium bau makanan yang enak.

"Kamu masak apa?baunya sangat enak sekali"tanya Chris sambil melepas sepatunya.

"Makanan yang spesial tuan,khusus buatmu"kataku lalu menuju ruang makan.

Chris pun mengerutkan alisnya

"tumben kamu buat makanan yang spesial buatku"tanya Chris.

Aku yang malu pun hanya menunduk lalu menarik kursi buatku dan Chris.

Sebelum makan Chris pun memberikan sebuah kertas.

Aku pun bertanya tanya.

"Ini surat apa tuan???"tanyaku heran.

"Hasil DNA,dan hasilnya memang positif dia anakku."jawabnya santai.

"Lalu??"tanyaku lagi.

"Lalu kita menikahlah,memang kamu mau kita tinggal seatap tanpa ikatan pernikahan,kalau aku sih fine fine aja"jawab Chris sambil mengambil makanan yang tersedia di meja.

Sebenarnya hal seperti ini wajar di Amerika,pasangan tanpa ikatan pernikahan tinggal satu rumah dan memiliki anak.

Namun aku tak mau seperti itu bahkan sebelumnya sudah aku tegaskan pada Chris.

"Namun mualaf dulu"timpalku yang membuat Chris melirikku.

"Ok,aku akan mualaf"ujarnya.

"Alhamdulillah ya Rabb"ucapku dengan tersenyum.

Kami pun makan berdua,Syifa memang tak sedang dirumah karena ada kegiatan luar kota.

Selesai makan aku memberesi sisa sisa makanan yang ada di meja serta mencuci piring.

Chris terus saja memandangiku,tatapannya kali ini berbeda dengan sebelumnya,Chris pun mendekati aku yang sedang mencuci piring.

"Zahra...."Panggilnya

"Aku pun mematikan keran air lalu menatapnya

"Ada apa tuan???"tanyaku sambil mengelap tangan yang basah.

Chris yang bingung pun,berkata

"Lupakan saja,oh ya apa kamu sudah membereskan kamar tidurku???kemarin saat aku tidur masih ada debu yang menempel di spei sehingga membuatku bersin bersin,lalu kamu juga kalau mencuci bajuku yang bersih"Chris pun nerocos.

Aku hanya melongo melihatnya,lalu mengecek dahinya demam atau tidak.

"Baik baik saja,kenapa berbicara ngelantur"gumanku.

"Nanti bersihkan kamarku lagi,pengharum ruangannya juga ganti,aku sudah bosan dengan baunya"kata Chris lalu meninggalkanku.

Setelah di kamar Chris pun mengusap rambutnya kasar.

"Aku ini kenapa???"gumamnya lalu merebahkan diri.

Tak berselang lama aku kekamar Chris dan siap membereskan kamarnya.

Kubuka lemarinya untuk mengganti spre yang baru.

Aku juga membawa vacum cleaner untuk meyedot debu yang menempel di karpet lantai.

Tiga puluh menit aku membersihkan kamarnya,

namun Chris seolah mencari alasan supaya aku terus saja membersihkan kamarnya.

"Tuan,apa kamu tidak kasian dengan anak yang ada diperutku???

aku capek,harus melakukan hal hal yang sia sia seperti ini,kamarmu sudah bersih sekali,pagi aku membersihkannya sore sebelum kamu pulang pun sudah kubersihkan dan sekarang kamu memintaku untuk membersihkannya lagi."keluhku.

Chris pun menimbang perkataan Zahra,memang benar apa yang aku katakan.

"Baiklah baiklah kamu boleh pergi"kata Chris menyuruhku pergi.

"Segera istirahat"teriaknya.

"Iya"sautku dari luar kamar Chris.

"Sebenarnya apa sih yang terjadi padaku,kenapa aku ingin bersamanya dan tiap dekat dengannya kenapa aku juga gugup"gumam Chris lalu menuju kamar mandi untuk membuang penatnya.