15: Wabah (Flashback)

Perhatian!

Bab ini, flashback kehidupan pertama Egon.

***

Kematian putri Charlotte, tentu saja membuat keluarga Willyn sangat terpukul, terutama sang Duke sendiri. Ia sangat menyesal telah meminta raja menarik gelar putri mahkota dari putrinya secepat itu. Harusnya ia melakukannya ketika putrinya sudah sembuh.

Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Duke Willyn hanya bisa pasrah menerima nasib putrinya itu. Ia berusaha untuk bangkit kembali dari keterpurukkannya, mengingat bahwa dirinya adalah seorang Duke. Seseorang yang memiliki tanggung jawab besar pada tanah yang ia pijak tersebut.

Hampir 75 persen penduduk yang berada di daerah tersebut meninggal oleh penyakit itu. Keputusan raja untuk mengisolasi daerah tersebut dan melarang penduduk untuk tinggal di kediaman masing-masing itu menjadi langkah tepat. Karena, penyebaran penyakit berhasil ia tekan. Hanya segelintir oranglah yang terkena penyakit yang sama di tempat lain.

“Yang mulia Duke Willyn! Kami menemukan sumber wabah!” Teriak seorang kesatria yang baru saja tiba di kediaman Duke Willyn.

Walaupun batinnya masih terpuruk, mendengar hal tersebut Duke Willyn segera turun dari kursi kerjanya dan menemui sang ksatria tanpa berpikir panjang.

Menurut para leluhur, akan ada kabar baik dari Tuhan di setiap kesedihan yang terjadi.

Do’a leluhur tersebut sepertinya sampai pada Duke Willyn. Ia telah diberkati. Walaupun, ia harus mengorbankan putrinya terlebih dahulu.

Saat jenazah Charlotte ditemukan di sumur, para dokter dan tabib sebenarnya sudah mulai merasa curiga dengan air di sumur tersebut. Karena, pada kulit jenazah Charlotte, terdapat lebih banyak bekas luka melepuh.

Lalu, setelah beberapa hari mereka mencari tahu, ternyata tebakan mereka benar. Dalam air sumur tersebut, terdapat banyak larva spesies monster gunung.

Menurut spekulasi mereka, indukan mereka membuat sumur tersebut menjadi sarang untuk menyimpan telur-telurnya. Dan ketika larva-larva tersebut menatas dari telurnya, cairan dari dalam telur itu tercampur dengan air sumur. Air yang tercampur tidak mengalami perubahan warna dan bau karenanya. Tapi, racun pada cairan itu tetap ada.

Para warga yang tidak mengetahui hal tersebut, terus menggunakan airnya seperti biasa. Hal inilah yang kemudian membuat asal mula penyakit itu ada dan tersebar.

Setelah mengetahui hal tersebut, Duke Willyn langsung meminta mage dan kesatria untuk memusnahkan larva tersebut. Setelah itu, pendeta datang untuk melakukan penyucian dan pemberkatan kembali sumur tersebut, sebelum sumur tersebut akhirnya dikubur.

***

Wabah pun berakhir. Butuh 4 tahun sejak wabah menyerang untuk memulihkan kembali keadaan di Ecroupevell. Perjalanan keluar daerah yang sebelumnya dilarang, terutama jalur keluar masuk Stillburgh, udah kembali dilakukan oleh orang-orang.

“Oh, kereta kuda keluarga Duke Willyn datang,” Ucap Nikolai, pangeran kedua.

Mereka berdua sedang mengambil apel di taman istana. Lebih tepatnya, Nikolai lah yang memanjat pohon untuk mengambil apelnya, sementara Egon hanya menunggunya di bawah.

“Oh, sudah 4 tahun aku tidak bertemu putrinya,” ucap Egon.

“Kau tidak tahu? Putri Charlotte meninggal saat wabah yang lalu..” Nikolai pun turun dari pohon dengan melompat. Ia lalu memberikan sebuah apel pada Egon untuk dimakan.

“Ah, maksudku bukan Charlotte. Tapi putri yang satunya..” Egon pun mengelap apel tersebut dan menggigitnya.

“Oh? Anastasia? Aku dengar dia tumbuh jadi gadis yang sangat cantik. Lebih cantik dari kakaknya,”

“Sepertinya tidak baik membandingkan seseorang dengan orang yang telah tiada,”

“Hey! Aku tidak bermaksud menjelekkannya, hanya ingin memberitahumu kecantikan Anastasia yang luar biasa itu..”

“Ok! Ok!”

Lalu mereka berdua pun terdiam. Diantara hening, Egon pun mengingat-ingat gadis 4 tahun lalu yang tidak menepati janjinya untuk menemuinya di sini.

‘Apa dia akan menyelinap lagi?’ Pikirnya.

***

“Selamat siang, yang mulia”

Setelah Egon dan Nikolai selesai menyantap buah apel, Nikolai kembali pada ruangannya untuk mengerjakan tugas untuk besok. Sementara Egon, tetap di sana untuk berbaring di bawah sinar matahari yang terhalangi dedaunan.

Mendengar seseorang memanggilnya, Egon pun membuka matanya, sambil menurunkan lengannya, yang ia gunakan untuk menghalang sinar matahari ke mukanya.

Seorang gadis berdiri di sana.

Matanya yang kuning terlihat seperti mentari pagi. Kilau rambut putihnya memantulkan cahaya di atasnya. Kulit putihnya yang sedikit kemerahan karena matahari, membuatnya terlihat seperti boneka.

Egon terkesima melihatnya.

“Kau masih ingat aku? Sudah hampir 4 tahun kita tidak bertemu,” ucapnya.

Egon sedikit memalingkan wajahnya yang panas. Ia pikir cuaca hari itu tidak sepanas hari-hari sebelumnya, tapi sepertinya ia salah.

“Aku pikir kau menungguku di sini,”

Anastasia tersenyum. Ia pun berjalan mendekati Egon. Lalu, ia sedikit mengangkat gaunnya sebelum menurunkan tubuhnya dan duduk di samping Egon.

“Hey, gaunmu akan kotor lagi..” ucap Egon dengan suara lembut.

“Oh, haruskah aku memintamu untuk memanggil pelayan wanita itu?” Tunjuknya pada seorang pelayan wanita yang sedang berdiri cukup jauh di lorong istana.

“Kau menyuruhku?”

“Aku meminta tolong..” jawab Anastasia sambil menyeringai.

“Baiklah jika itu maumu..” Egon lalu berusaha bangkit dari duduknya. Tapi, begitu ia akan mengangkat tubuhnya, Anastasia menarik tangannya, dan menyuruhnya untuk kembali duduk.

“Aku bercanda..”

Egon pun menghela nafas.

Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat. Saling memikirkan, topik seperti apa yang harus mereka bicarakan saat itu. Tentu saja, tentang putri Charlotte dan wabah bukanlah pilihan yang tepat.

“Aku akan berada di ibukota untuk beberapa saat..”

“Oh?”

“Ayahku mengganti tutorku. Ia bilang, di sini lebih baik,”

“Setelah selama ini kau diberi pelajaran di Stillburgh?”

“Iya, aku mendapat trauma hebat disana.. tutor-ku saat aku masih kecil, adalah seorang perfeksionis dan... psycho? Ia kerap memecuti-ku setiap kali aku melakukan kesalahan.”

“...”

“Ayahku baru mengetahui hal itu saat Charlotte tiada. Dan ia berjanji membawaku ke ibu kota untuk memberi tutor lebih baik..”

Dari cerita tersebut, Egon dapat memahami buruknya perhatian Duke Willyn kepada putri keduanya tersebut.

Egon pun langsung mengingat bagaimana Anastasia memberinya salam dengan kaki yang bergetar.

“Kakimu...”

“Hmm?”

“Saat itu, apa kakimu juga terluka karena itu?” Egon menatap Anastasia dengan perasaan bersalah.

“Ah, iya, wanita itu sering menargetkan kakiku agar orang tidak dapat melihatnya,” Anastasia menjawabnya dengan tawa yang terdengar memaksakan.

“Maaf, harusnya aku menyadarinya..”

“Tidak apa, lagi pula kita kan baru bertemu. Tidak mungkin kan aku bercerita seperti ini padamu..” jelas Anastasia sambil tersenyum. Ia pun lalu mengangkat kedua tangannya, meregangkan tubuhnya lalu kembali berdiri.

“Terima kasih, aku senang ada orang yang mau mendengarkanku,” ucapnya. “Aku harus segera pergi, aku akan kembali lagi ke sini, pastikan kau selalu ada di sini ya..” lanjutnya.

Egon hanya membalasnya dengan senyuman.

Setelah Anastasia pergi, Ia pun kembali menyandarkan punggungnya di rerumputan. Wangi rumput yang ia sukai, seketika menghilang tertutupi oleh bau wanita yang tadi diduk di sampingnya.

‘Aku lupa menanyakan, bagaimana bisa ia berhasil menyelinap ke mari?’ Pikirnya sambil tersenyum.

***

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!