Perhatian!
Bab ini, flashback kehidupan pertama Egon.
***
“Hai Egon, apa yang sedang kau baca?”
“Anastasia! Lagi-lagi kau menyelinap kemari?”
Egon terkejut mendapati gadis seumurannya masuk ke dalam taman istana.
“Sudah kubilang, aku ini lihai dalam hal seperti ini..”
“Apa kau yakin, kau bukan spesies simpanse?”
“Hey! Ayahku memelihara simpanse di kastil, dia lebih pandai dariku!”
“Hahahaha. Kau ini aneh”
***
Anastasia adalah putri kedua Duke Willyn. Saat usianya 10 tahun, ia sadar bahwa ia selalu diperlakukan tidak adil oleh ayah dan ibunya. Maka dari itu, ia selalu menyelinap ke luar kastil untuk menjauhi rasa sakit hatinya terhadap mereka.
Begitu pun Egon. Walaupun Raja selalu berlaku seolah-olah tidak membedakan antara dia dengan kakak-kakaknya. Ia sadar bahwa sebagai seorang setengah bangsawan seperti dia, ia harus berusaha berkali-kali lipat lebih keras ketika ingin mendapat pengakuan seperti kakak-kakaknya.
Terkadang, hal tersebut membuatnya lelah. Untuk menghilangkan itu, ia sering menyelinap keluar dari istana.
Dan mereka berdua pun, dipertemukan oleh takdir.
Di sebuah daerah pusat kota, ketika festival musim panas sedang dirayakan.
Kala itu, orang-orang ramai bertepuk tangan menonton pertunjukan jalanan. Saat Egon memperhatikan orang-orang yang berada di dekatnya, Ia tidak sengaja melihat seorang gadis kecil berambut putih pirang sedang menarik-narik jubah penutup seorang lelaki dewasa disampingnya.
Karena jubah lelaki itu tersibak, Egon pun menyadari bahwa orang itu adalah ksatria dari keluarga Duke Willyn.
Melihatnya kewalahan menghadapi gadis itu, Egon pun menghampiri kesatria itu.
“Kau kesatria Duke Willyn kan? Apa perlu aku bantu?”
Mendengar seseorang menyebutkan nama tuannya, ksatria itu langsung siaga sambil memeriksa identitas sang penanya.
“Oh? Pangeran Egon! Panjang umur dan semoga tanah Ecroupevell memberkati yang mulia!” Ksatria itu dengan suara yang kecil memberi salam pada Egon.
Ia sadar bahwa Egon sedang menutupi identitasnya karena ia pun memakai jubah penutup yang mirip.
“Pangeran Egon?” Gadis itu mengintip dari balik jubah si ksatria untuk melihat anak yang mengganggunya.
“Tidak apa-apa. Kami akan segera pergi dari sini. Jadi, tidak usah mengkhawatirlan kami!” Ucap si kesatria.
Melihat kesatria itu kembali membujuk gadis itu untuk pergi. Egon pun mengangguk kecil dan berpamitan untuk pergi.
“Baiklah kalau begitu, tolong rahasiakan bahwa kita pernah bertemu di sini” ucapnya sebelum dia kembali pergi.
***
Keesokan harinya, ketika ia baru saja selesai melatih kemampuan berpedangnya, ia beristirahat dekat pohon apel sambil menghirup angin segar. Saat ia baru saja mau membuka waterskin(1) yang ia bawa, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sesosok gadis yang sedang duduk di dahan pohon yang ada di atas kepalanya.
“Ternyata benar! Kau bocah yang kemarin!” Ucapnya dengan riang.
“Kau! Sejak kapan kau di sini? Bagaimana bisa?” Egon yang tadinya sedang duduk santai pun langsung bangkit dan melihat gadis itu dengan wajah penuh tanya.
“Sejak kakakku sibuk dengan putra mahkota!” Jawabnya santai.
Gadis itu lalu turun dari pohon dengan gaunnya yang sedikit kotor dan berantakan.
“Maaf atas ketidaksopananku yang mulia, aku Anastasia, putri kedua dari keluarga Willyn,” ia mengangkat gaunnya dan memberi salam pada Egon.
Egon mengernyitkan dahinya melihat Anastasia yang terlihat tidak sempurna ketika memberi salam padanya. Kakinya terlihat bergetar. Seakan baru mengalami syok.
Apa karena ia baru pertama kali memanjat pohon? Ia tidak yakin. Karena ia dapat melihat bagaimana gadis itu dengan lihainya dapat turun dari pohon. Ia percaya bahwa itu bukan kali pertama gadis itu melakukannya.
‘Ia tidak mungkin takut kepadaku kan?’ pikirnya.
Gadis itu lalu kembali berdiri dan membersihkan kotoran yang menempel di gaunnya.
“Maaf, sejujurnya aku tidak terlalu memahami etika kerajaan. Perlakuanku tidak menyinggungmu kan?” Tanya gadis itu.
Egon pun tersenyum. Itu pertama kalinya ia melihat seorang gadis bisa berlaku hormat dan tidak sopan dalam waktu yang bersamaan.
“Namamu Putri Anastasia kan? Mau menemaniku berjalan-jalan sebentar?”
Mengingat Anastasia berbicara tentang kakaknya dan putra mahkota yang sedang menghabiskan waktu bersama, Egon pun mengajak Anastasia untuk menemaninya.
“Aku yakin yang mulia harus mengganti baju terlebih dahulu?” ucap gadis tersebut sambil tersenyum.
“Kau benar. Mau kupanggilkan pelayan wanita untuk membersihkan gaunmu?”
“Tidak perlu, aku akan menunggumu di sini.”
“Hmm.. baiklah..” Egon lalu berbalik badan dan mulai melangkah menjauhi tempat tersebut. Tapi, belum sempat ia melangkah lebih jauh, Anastasia kembali memanggil sang pangeran.
“Jangan beritahu mereka ada aku di sini..”
“Kau menyuruhku?”
“Aku meminta tolong padamu..”
Egon kembali tersenyum. “Baiklah, kau berhutang padaku.”
Anastasia pun membalas senyumannya.
***
Hari itu, ketika Egon kembali, Anastasia sudah tidak ada di tempat tersebut.
Melihat Frederick yang berjalan bebas sendirian di lorong istana, ia pun dapat menebak bahwa Anastasia dan kakaknya, putri Charlotte sudah kembali ke kediaman mereka.
Dan saat Egon pikir bahwa ia akan kembali bertemu Anastasia dalam waktu dekat, wabah penyakit menyerang daerah pelosok kerajaan Ecroupevell. Semua orang diperintahkan untuk tidak keluar dari kediaman masing-masing sebagai bentuk pencegahan agar wabah tidak menyebar.
Awal terjangkit wabah tersebut bermula di Stillburgh, derah tempat kediaman Duke Willyn berada.
Mereka yang terjangkit wabah kulitnya seakan melepuh, seakan baru tersiram air keras. Tubuhnya akan melemah dengan drastis. Bahkan untuk menegukkan minum ke dalam mulut pun butuh usaha.
Begitu pun dengan putri Charlotte. Satu tahun sejak wabah penyakit tersebut melanda, Charlotte pun ikut menjadi korban. Begitu tangannya terlihat mulai melepuh, Duke Willyn menyuruh beberapa kesatria dan pelayan wanita untuk membawa Charlotte ke sebuah villa terpencil di dalam hutan untuk dirawat oleh seorang dokter kerajaan.
Tubuhnya langsung melemah pada hari itu juga. Makanan dan minuman yang sulit untuk diterima oleh tubuhnya. Hal itu membuat sang putri menjadi terlihat sangat kurus hanya dalam beberapa hari.
Wajahnya yang cantik berubah seperti monster. Rambut putih pirangnya yang selalu terlihat indah bagai mahkota alami, malah membuatnya terlihat seperti wanita paruh baya.
Duke Willyn yang awalnya berniat untuk menyembunyikan kondisi sang putri pun, akhirnya dengan pasrah mengabarkan pada sang raja, untuk menarik gelar putri mahkota dari putrinya itu.
Menyadari akan alasan genting dibalik usulan sulit tersebut, sang raja pun langsung mengabulkannya dengan berberat hati.
Putri Charlotte yang mendengar kabar tersebut dari bawahannya, berubah menjadi tidak waras. Para tabib dan dokter yang merawatnya terlihat sangat kewalahan untuk menghadapinya.
Ia tidak ingin sembuh, bahkan kalau memungkinkan ia ingin mati saat itu pula. Ia pun mulai mencakar-cakar tubuhnya yang sudah melepuh oleh penyakit tersebut.
Beberapa hari sejak kabar tersebut terdengar oleh putri Charlotte, ia ditemukan tewas di dalam sebuah sumur yang berada tak jauh dari pemukiman warga desa. Sumur itu berjarak 5 KM dari villa keluarganya tersebut.
Dari hasil penyelidikan oleh orang-orang yang berwenang, dipastikan bahwa Charlotte melakukan bunuh diri. Hal itu dibuktikan dari kuda yang menghilang dan ditemukan tak jauh dari sumur tersebut. Sang putri telah mencurinya dari villa kediaman Duke.
Tetapi, demi menjaga nama keluarga Willyn, kejadian tersebut ditutupi oleh sang Duke. Orang lain selain orang-orang yang berada di villa tersebut tidak mengetahui kejadian aslinya. Yang mereka tahu bahwa Charlotte meninggal karena menjadi korban dari wabah tersebut.
***
(1) Waterskin: Tempat minum yang terbuat dari kulit binatang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Protocetus
main ketempatku min pengembara dari papua
2021-06-10
0