“Capeknyaaaaa”
Sesampainya di apartemen, Mysha langsung merebahkan badannya di atas kasur. Egon yang sudah terbiasa dengan pemandangan tersebut, tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, berjalan mendekati Mysha dan duduk disampingnya.
“Apa kau tidak capek?” Tanya Mysha.
“Tidak”
“Sedikit pun?”
Egon mengangkat bahunya.
“Hmm...” Mysha mengerti maksudnya.
Egon adalah orang yang selalu memaksakan dirinya untuk menjadi orang yang terbaik, baik dalam hal kekuatan fisik maupun pengetahuan.
Hampir seluruh waktunya, ia gunakan untuk melakukan hal-hal penting. Sampai-sampai, ia kadang lupa untuk meluangkan waktunya, bahkan untuk istirahat sekalipun. Karena alasan itulah, ia menjadi sosok yang tidak mudah merasa lelah. Malah, jika boleh Mysha berpikir lancang, pekerjaan Egon sekarang, mungkin hanya sebatas level lelucon bagi Egon.
Tentu saja, Mysha pun mengerti bahwa pekerjaan Egon yang seperti ini tidak baik bagi dirinya. Tapi, Ia juga ragu jika Egon bisa mendapat pekerjaan yang lebih cocok selain ini. Kalau saja bukan karena Egon membutuhkan uang, ia pasti tidak akan menyuruhnya melakukan hal ini.
Belum lagi, sebagai seorang pangeran, sedikit banyaknya, ia pasti akan merasa harga dirinya ternodai dengan kesehariannya yang seperti ini. Akan sangat disayangnya jika kemampuan yang ia miliki pun ikut memudar karena tidak diasah.
“Mysha...”
“Hmm?”
“Aku berpikir untuk menyewa tempat sendiri untukku”
“Huh?”
“Aku tidak ingin membebanimu lebih dari ini.” Egon menatap mata coklat Mysha dengan dalam. Seakan memberikan isyarat bahwa ucapannya bukan sekedar omong kosong.
Mysha yang tidak pernah menyangka untuk mendengar hal tersebut secepat ini, terdiam sejenak sebelum kembali bertanya pada Egon, “Kau tidak suka di sini?” Tanyanya tanpa berpikir panjang.
‘Bodoh!’ Mysha mengutuk dirinya yang tak bisa menahan mulutnya. Padahal ia mengerti, alasan Egon pindah bukan tentang suka atau tidaknya Egon tinggal bersamanya.
Selama ini, Ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang penting bagi Egon. Egon bukan orang yang bisa mempercayai sembarang orang. Makanya, ketika Egon menyerahkan kehidupan barunya pada Mysha, Mysha menjadi sombong dan menginginkan pria itu akan tetap bersamanya, setidaknya sampai benar-benar mengerti dengan dunia barunya.
Tetapi, ia lupa akan satu hal. Walaupun teknologi dan adab di dunianya berbeda, bagi seorang pangeran sekaligus kesatria seperti Egon, ia akan lebih cepat beradaptasi jika ia melakukannya sendiri.
Hati Mysha mulai bergemuruh, seakan memberi tanda bahwa hari esok yang dinantikannya tidak akan pernah kunjung kembali. Ia pikir hal-hal yang menyenangkan bersama Egon, baru saja dimulai. Ternyata, ia salah. Ceritanya mungkin saja tidak akan dimulai.
Mysha kemudian menurunkan pandangannya. Merasa malu karena kebodohannya. Dadanya terasa sesak ketika menyadari bahwa dialah yang sebenarnya merasa terlalu berharap pada pria di sampingnya itu.
“Mysha...” Egon terlihat kebingungan ketika raut wajah Mysha menunjukkan kesedihan. Ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat untuk membuat gadis itu menghilangkan kesedihannya.
Egon telah melalui banyak hal buruk pada kehidupan pertamanya. Di kehidupan keduanya pun, hati dan pikirannya hanya dipenuhi oleh kegelapan, sehingga ia tidak pernah lagi memikirkan bagaimana seharusnya ia menyikapi lawan bicara ketika mereka menunjukkan emosinya secara terang-terangan.
Gadis-gadis yang mendekatinya selama ini pun, selalu memiliki tujuan lain dibalik perlakuan-perlakuan manis yang ditunjukkannya. Mereka terlihat jelas ingin memanipulasi Egon dengan menunjukkan emosi palsu mereka. Hal itu membuat Egon memutuskan untuk tidak mempedulikan satu orang gadis pun dalam hidupnya.
Begitu pun Mysha.
Kesan pertama Egon terhadap gadis itu tak jauh berbeda. Walaupun, tubuhnya yang mungil dan tatapan matanya yang lembut itu sempat membuat dirinya goyah. Cara Mysha yang terang-terangan mengaguminya, membuat ia membatasi dirinya untuk tidak mengenal Mysha lebih jauh. Bahkan setelah banyak menerima bantuan pun, Egon tetap waspada agar tidak terlalu berkaitan dengan Mysha.
Tapi ia tidak menyangka, sosok Mysha yang menolak tawaran uangnya dengan tegas dan menunjukkan keteguhan hatinya terhadap pekerjaannya membuat luluh. Ia sadar bahwa Mysha adalah gadis yang berbeda dari gadis-gadis yang pernah ia kenal.
‘Jika Mysha menjadi penguasa, mungkin ia akan menjadi penguasa yang dicintai oleh rakyatnya karena kesungguhan dan karakternya yang terbuka,’ pikirnya.
Ia pun mulai berangan-angan, jika Mysha ada di dunianya, mungkin akan banyak bangsawan yang ingin menikahinya. Mungkin dirinya pun, setidaknya akan memberi gelar baron padanya.
Dan mungkin saja, Egon pun jatuh cinta padanya.
Sayangnya, pada kenyataannya, sekarang Egon bukan berada di dunianya. Bahkan ia merasa bahwa dia bukan lagi dirinya. Yang artinya, jangankan berpikiran jatuh cinta. Untuk masa depannya sendiri pun, ia tidak tahu apa yang akan terjadi.
“Kau akan tinggal di mana?” Setelah keheningan menyelimuti mereka, akhirnya Mysha melontarkan pertanyaan padanya.
“Di lantai 19’”
“Hah?”
“Sebenarnya, aku ingin menyewa di lantai yang sama denganmu, tapi mereka bilang penuh”
“Maksudmu? Kau pindah ke lantai atas?”
“Iya. Apa lebih baik aku menunggu kamar sebelah kosong?”
“...” Mysha terdiam bodoh. Berusaha mencerna perkataan Egon di dalam otaknya.
“Hahahaha” Suasana sedih yang sedari tadi memenuhi pikiran Mysha, lenyap seketika. Mysha pun terus tertawa sambil memegang perutnya yang mulai terasa nyeri. Tidak sedikit pun terpikirkan olehnya bahwa Egon akan pindah sedekat itu dengannya.
Melihat Mysha yang tertawa, Egon pun merasa lega. Sepertinya ia tidak perlu repot-repot mencari cara untuk menghibur Mysha.
“Maaf, kupikir kamu akan pindah jauh dari sini. Ternyata hanya berbeda satu lantai” sambil mengusap air mata yang ada di ujung matanya, Mysha pun mencoba menghentikan tawanya.
Siapa yang akan mengira kalau Egon akan pindah sedekat itu, jika ia membicarakannya dengan wajah serius, seakan ia pamit untuk pindah ke luar negeri?
Mysha pun kembali tertawa, menertawakan perasaan bodohnya yang berpikir ia akan kehilangan Egon. Bahkan, ia hampir saja meneteskan air mata yang mungkin akan membuatnya semakin terlihat bodoh.
“Kau tidak apa-apa?” Sambil bertanya, Egon memperhatikan Mysha, mencoba mencari tahu bagian mana dari perkataannya yang membuat gadis itu tertawa seperti itu.
“Tidak. Bukan. Aku tidak pernah merasa terbebani olehmu. Malah aku senang kau di sini.” Ucap Mysha sambil tersenyum lebar. Ia menahan dirinya untuk tidak tertawa lagi.
Egon pun ikut tersenyum tipis mendengarnya.
“Kau tidak perlu merasa tidak enak, toh berdua lebih asyik, ‘kan?” lanjutnya.
Perkataan Mysha seakan sihir yang mematikan. Pikirannya terasa penuh hanya dengan mendengarnya.
Mysha meraih tangannya ke rambut Egon yang berada di samping telinganya, sambil tetap tersenyum lebar. Ia mengibaskan rambut hitam itu kebelakang, mengagumi pria di depannya yang terlihat rapuh dan sempurna di saat bersamaan.
Egon telah melalui banyak hal buruk di dunianya, sehingga membuat Mysha ingin melindunginya. Ia Ingin menjadi orang yang bisa Egon percaya. Ia ingin, Egon bahagia tanpa harus menodai dirinya sendiri, seperti yang ia lakukan di dalam novel.
Itulah yang ia pikirkan sebelum Egon menyapu lembut bibirnya pada Mysha.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Resviandira
kirain egon beneran udh mau pergi aja dong 😭
2021-06-07
1