Dendam Sang Pangeran
DSP prolog
Peperangan akan segera berakhir. Sang raja yang menyeringai penuh dengan rasa bangga, mulai menurunkan pedangnya dan menyuruh pasukannya untuk mempersiapkan negosiasi kedua.
Ia pun turun dari kudanya dan mulai menyeka darah yang ada di pipinya dengan tangannya.
“Padahal, peperangan ini tak akan terjadi jika mereka mau menurut dan tidak mempercayai surat konyol itu” ujar sang Raja.
Sang Raja awalnya berpikir bahwa peperangan tersebut terjadi karena orang-orang di pemerintahan baru kerajaan Aerel —kerajaan tetangga— tidak menyetujui kesepakatan lama, mengenai tanah kosong yang berada di perbatasan wilayah kerajaan mereka.
Begitu mendengar permasalahan tersebut, sang raja yang terkenal dengan kebijaksanaannya, langsung turun tangan dan kembali berdiplomasi dengan mereka untuk mendapatkan keputusan yang terbaik. Namun, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh mereka. Yang secara tidak langsung, mereka telah mendeklarasikan perang pada Sang Raja.
Entah orang-orang yang menduduki pemerintahan baru tersebut memang bodoh, ataukah selama ini, pihak kerajaan tersebut memang ada dendam tersembunyi pada kerajaannya. Hal itu terlihat dari bagaimana mereka memulai penyerangan dengan gegabah, seakan peperangan adalah permainan anak kecil.
Tak lama ketika persiapan untuk penyerangan balik mulai dilakukan, sang raja yang masih merasa heran pun mendengar kabar dari salah seorang mata-mata kerajaan.
‘Sang raja dan pasukannya, sudah tidak sebaik dulu. Alih-alih berperang demi tanah yang tidak layak huni, akan lebih baik jika wilayahnya kita rebut.’
Begitulah isi surat yang menjadi awal mula peperangan itu terjadi. Sang mata-mata pun memberitahukan pada Sang Raja, bahwa ada seorang tokoh di sana yang memiliki dendam pribadi terhadap beliau. Sehingga, begitu surat itu datang, ia dengan gigihnya mencari rekan untuk melancarkan misi tersebut.
“Hahahaha” mengingat laporan tersebut, sang raja tertawa dan merasa semakin bangga dengan kemenangannya.
“Yang mulia,” tiba-tiba suara berat dari arah pepohonan, memanggil tegas sang raja. Sosok lelaki berpakaian hitam, datang selangkah demi selangkah sambil memegang dua kepala yang terpenggal di tangannya.
“I.. itu” perasaan senang dan bangga yang tadinya menyelimuti hati sang raja, tiba-tiba hilang begitu saja, ketika ia menyadari siapa pemilik kepala-kepala tersebut.
“Para pangeran sudah mati.” Tidak ada rasa sedih dan ragu ketika kalimat tersebut diucapkan. Matanya yang menatap tajam sang Raja, malah terlihat sedang menantikan reaksi seperti apa yang akan diperlihatkan oleh sang Raja.
Sang raja menutup mulutnya. Ia menelan ludahnya dengan kuat seakan ada yang mengganjal di tenggorokannya. Udara dari pepohonan hijau yang seharusnya membuatnya tenang pun malah membuatnya sesak.
Bagaimana tidak, lelaki yang memegang dua kepala tersebut adalah anak ketiga sang raja. Hanya saja, ia tidak seperti kakak-kakaknya yang berasal dari rahim sang ratu, ia berasal dari seorang pelacur.
Sang raja terpaksa mengangkat dan mendidik lelaki tersebut di kastilnya, karena figurnya yang sangat mirip dengan sang raja dan anak pertama sang raja.
“Siapa yang berani melakukan ini?” Tanya sang raja.
Ia masih tidak percaya apa yang ia lihat. Ketiga anaknya mendapat pelajaran seni pedang sejak mereka masih belia. Ia sangat percaya, ketiganya adalah ahli pedang yang sangat baik. Bahkan, tidak satupun dari ksatria berani melawan mereka.
Lelaki yang sedari tadi mengambil langkah perlahan mendekati sang raja, sekarang telah sampai dengan jarak tidak jauh di hadapan sang raja. Ia lalu memberi sinyal pada sang raja untuk mengusir orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sang raja pun menurutinya. Tak lama, orang-orang di sekeliling mereka pun mengambil langkah mundur. Menberi privasi pada kedua orang tersebut, agar mereka dapat berbicara dengan tenang.
Lelaki tersebut tersenyum. “Apa kau tidak tau siapa yang melakukan ini?” Ucapnya.
Mata sang raja membulat ketika melihat anak lelakinya itu menyeringai. Ia tidak ingin berpikir bahwa pelaku pembunuhan keji itu, tidak lain adalah adik kandung dari para korban tersebut.
Tangan sang Raja pun bergetar. Sambil mencoba berpikir jernih, ia menurunkan tangannya untuk meraih pedang yang sudah ia masukkan ke dalam sarungnya. Tetapi, belum ia berhasil mengambil pedang tersebut, tiba-tiba...
Bersambung.
***
“Hah? Apa-apaan ini?” Mysha mengomel ketika mendapati novel ‘The Dark Prince’ yang ia baca bersambung di tengah jalan. Padahal ia sudah menanti jilid kedua novel tersebut selama enam bulan lamanya.
Dengan kekesalan yang menyelimutinya, akhirnya ia menutup novel tersebut dan berbaring di kasurnya. “Kalau aku tau buku keduanya akan bersambung di tengah jalan seperti ini, seharusnya aku tunggu sampai jilid tiga keluar dulu” gerutunya.
‘Pangeran Egon. Apa dalang dari peperangan itu dia ya? Padahal dia sudah diberi kesempatan kedua untuk hidup kembali, tetapi kenapa malah ia gunakan untuk balas dendam?’ Sambil melihat langit-langit kamarnya, ia pun mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya tersebut.
‘Hah, andai saja aku di sisi Egon, aku akan menyuruhnya mencari jalan lain untuk balas dendam. Siapa juga yang bisa hidup tenang jika membalas dendam dengan cara keji seperti itu?’ Gerutunya kembali.
‘Egon... Apakah ada cara, agar kamu bisa bahagia?’ Lanjutnya.
Begitulah kalimat terakhir yang diucapkan Mysha pada dirinya sendiri, sebelum akhirnya, ia menutup matanya untuk tidur.
Malam itu, tiba-tiba hujan lebat dan angin kencang mengganggu tidur Mysha. Perasaan Mysha yang masih terhanyut dalam novel ‘The Dark Prince’ membuat ia semakin tidak tenang. Setiap saat ia memejamkan matanya dengan kuat, sosok Egon yang mengenaskan muncul dihadapannya. Pangeran ketiga sang raja itu menatap Mysha dengan tangan yang menjulur kearahnya, seakan sedang meminta pertolongan padanya.
Mysha mencoba untuk tidak memedulikan sosoknya tersebut. Ia sangat yakin bahwa itu hanyalah khayalannya.
Karena memang, setiap kali ia membaca dalam cerita novel yang membuatnya terhanyut, mimpi dan imajinasinya menjadi liar.
”Kau yang akan memberitahuku cara hidup bahagia bukan?” Ujar lelaki tersebut.
Mysha tersentak mendengar hal tersebut. Bukankah itu yang ia ucapkan sebelum ia tertidur tadi? Mysha yang merasa bersalah pun, akhirnya meraih tangan tersebut. Lalu, ia pun kembali tertidur lelap.
***
Malam telah berganti. Sang mentari datang mengantikan tugas sang rembulan untuk bekerja memberi cahaya di kehidupan.
Mysha yang akhirnya dapat tertidur lelap pun terbangun oleh alarm ponselnya yang berbunyi nyaring. Saat ia meraih ponselnya dan mengintip ke layarnya untuk menekan tombol ‘snooze,‘ ia dikejutkan oleh bayangan seseorang yang berdiri tidak jauh dari tempat tidurnya.
Ia pun membuka penuh matanya. Sambil mencoba untuk tetap tenang, ia mengangkat kepalanya untuk memeriksa sosok tersebut. Dan ternyata apa yang ia lihat itu benar. Seorang lelaki berdiri tidak jauh dari tempat tidurnya. Menggunakan pakaian lengkap kerajaan layaknya seorang pangeran yang sering digambarkan di cerita bertema kerajaan.
Ia menarik nafas panjang. Memperhatikan sosok tersebut dengan teliti. “Pangeran.. Egon?” Ucapnya ragu.
Lelaki tersebut memiliki mata hijau seperti batu jade. Rambutnya sedikit bergelombang dengan warna rambut hitam, sehitam bulu burung gagak. Posturnya tinggi dan kulitnya cerah bagaikan mutiara.
Gambaran yang sama dengan pangeran Egon yang ada di dalam novel.
Mysha mengubah posisinya. Ia duduk di kasurnya sambil tetap menatapnya tidak percaya.
‘YA AMPUN! Apakah aku mati dan bereinkarnasi ke dalam novel? Padahal aku pikir..’ sebelum ia melanjutkan ucapannya dalam hati. Ia terdiam sejenak. Ia memperhatikan sekelilingnya, juga ponselnya yang masih ada di genggaman tangannya.
‘Tunggu, ini kan... INI KAN KAMARKUUUU?’
***
Bersambung.
Beneran bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Bella
halo thor, aku mampir nih.. novel kamu bagus dan awal ceritanya menarik. Semangat up nya 🔥!
2021-06-08
1
Resviandira
kirain dia bakal masuk novel. ternyata eh ternyata, si pangerannya muncul uhuyy
2021-05-28
1