Siang telah pergi, mentari perlahan berpulang menuju peraduan, di peluknya cakrawala, menjemput rembulan sebagai hiasan sang malam, meninggalkan seberkas bias redup yang meremang, jingga namun tanpa warna, dialah sang senja.
Mata sayu itu masih terpejam, bibir pucat belum juga membuka suara, membuat rasa gelisah merorong dalam batin Gio. Pria muda itu berlalu lalang, menunggu peri mungilnya membuka mata.
Rasa khawatir masih saja terpikir, meski dokter mengatakan Kinara hanya kelelahan, sebab mereka tak tau luka batin yang kini gadis itu tanggung.
"Jangan lelah Kinara, aku mohon! Bukalah matamu, karena jika terjadi apa-apa padamu, aku tak akan memaafkan diriku sendiri," batin Gio lirih seraya mengelus lembut peri mungil yang ada di hadapanya kini.
"Heeey!" Suara lembut itu seketika menyentak batin Gio.
"Kina, kau bangun, kau membuka mata," ucap Gio terbata-bata kerena bahagia.
Tanpa berpikir lagi Gio beranjak dari duduknya, untuk memanggil, dokter dan memberi tahukan bahwa Kinara sudah membuka matanya.
"Kak...!" Gadis cantik itu menahan langkah Gio. "Tetaplah di sini, jangan pergi!" pintanya dengan mata berkaca-kaca.
"Kakak, hanya memanggil dokter, secepat mungkin akan kembali." Gio meyakinkan.
Kina menggeleng, tanda tak memberi izin pada malaikat penjaganya, untuk pergi walau sebentar saja.
"Baiklah." Gio mendudukkan tubuhnya kembali.
"Apa Kakak baik-baik saja?"
"Kina, harusnya aku yang bertanya, karena kau baru saja membuka mata."
"Apa yang kakak ingin tahu dariku, bukankah kakak sudah tau bahwa aku sudah hancur." Kinara berucap seraya tersenyum simpul.
Gio tau arti di balik senyum itu, senyum yang menggambarkan betapa luka dirinya saat ini.
"Kina, izinkan aku selalu di sampingmu, menjagamu setiap waktu!" pinta Gio pada peri mungilnya.
Wajah Kina berubah nampak begitu serius membuat Gio menatap heran.
"Apa ada yang salah dengan ucapanku, atau aku salah bila ingin menjagamu?" Gio mendekatkan tubuhnya dan menatap lekat wajah Kinara.
"Apa aku selemah itu?"
"Tidak." Gio terdiam sejenak.
"Aku harus apa, dan aku harus bagaimana? Kakak, katakan padaku, apa yang harus aku katakan pada Ayah?"
Kinara justru menghkawatrikan perasaan sang ayah, andai lelaki paruh baya itu tau, pasti dunianya seketika runtuh.
"Untuk sementara, kita rahasiakan semua ini dari Ayah."
"Tapi... Sampai kapan, aku mampu berpura-pura?" Ucapan Kinara terdengar sendu.
"Kina hanya perlu diam saja, biar kakak yang menghadapi Ayahmu, nanti, saat ini Kina hanya perlu berfikir positif. Semua harus baik-baik saja."
Berucap itu mudah, berada di posisinya itu yang susah, menasehati tentu bisa saja, tapi merasakanya itu bagai hidup di dalam neraka. Begitulah batin Kinara saat ini, namun gadis itu bersembunyi, kini bukan hanya perasaan sang Ayah yang harus di jaga, tapi Gio juga, sebab Kinara tau Gio begitu tulus menjaganya. Walau gagal.
Ceklek
Pintu ruangan Kinara perlahan terbuka. Sosok pria paruhbaya datang dengan berjuta rasa khawatirnya.
"Kina, maafkan Ayah baru datang! Kau kenapa sayang, mana yang sakit?"
Broto sadar betul, sudah beberapa hari ini gadis mungilnya itu memang sedang tak baik-baik saja, yang sang Ayah tau anaknya itu memang sudah tak enak badan beberapa hari ini.
Broto menaruh parsel buah di meja, yang berisi buah anggur dan apel hijau kesukaan Kinara.
"Ini Vino yang menitipkan untukmu! Kakak iparmu itu terlalu sibuk jadi dia belum bisa menjengukmu. Apa kau mau apel sayang?" Ucapan Broto membuat hati Kinara semakin sakit, batin Gio pula terluka
"Ayah, andai kau tau ... Menantu kesayanganmu itulah yang menghancurkan hidup Kinara," batin Gio seraya mengepal kedua tangannya.
Seketika saja, Gio merasa kesal sebab Vino pura-pura perduli terhadap Kinara di hadapan sang Ayah.
Sementara Kinara masih saja bungkam, menatap tajam wajah Ayah dengañ hati penuh tanya.
"Dasar breng sek! Bisa-bisanya dia berpura-pura tak tau apa-apa di hadapan Ayah," gumam Kinara dalam hati.
Dreet
Dreet
Dreet
Ponsel Ayah tiba-tiba saja bergetar dan dengan cepat Broto memastikan siapa yang menghubunginya malam-malam begini.
Sang ayah tersenyum senang, manakala mendapati nama Vino di layar ponselnya. Víno melakukan panggilan video. Entah apa maksud dan tujuan lelaki tampan itu.
"Malam Vino," sapa Ayah ramah menyapa mantan menantu kesayanganya melalui layar ponsel.
"Ayah, bagaimana keadaan, Kinara? Apa dia baik-baik saja?" tanya Vino dengan senyum pura-pura tak tahunya.
"Baji ngan! Bisa-bisanya dia sok tak tau apa-apa," umpat Gio dalam hati begitu kesalnya.
"Tanyakan saja langsung pada, Kinara!"
Broto memberi posel miliknya, dan tak ada alasan bagi Kinara untuk menolaknya.
"Malam, Kina," sapa Vino dengan senyum berjuta makna.
"Ma_malam, kak," jawabnya terbata-bata.
Nampak jelas raut ketakutan dari wajah Kinara, nampak jelas pula rasa benci memenuhi benaknya.
"Sial. Bang sat itu benar-benar pandai drama," umpat Gio berkali-kali.
Sementara dari panggilan Videonya, Vino memperhatikan dengan lekat wajah Kinara, di tatapnya dalam-dalam wajah sayu itu.
"Kina, apa kau sedang terluka?"
Pertanyaan itu lolos dari mulut Vino bagai tanpa rasa bersalah. Ingin rasanya berteriak, ingin sekali kinara mencaci maki, namun apa daya lidahnya tercekat walau hanya mengucapkan sepatah kata.
"Dasar Baji ngan, sialan!"
Kinara membatin, napasnya tertahan. Senyum hangat dan tatapan lekat Vino justru membuatnya semakin tersiksa.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Halimah
Makanya ceritain aja semuanya jgn terlalu lama ditutupi karna biar bagaimanapun ayahnya harus tau.
2025-03-15
0
strawberry 🍓
ini kaianya yg butuh perawatan si vino deh thor /Joyful/
2024-10-28
0
Yuliana Purnomo
fix,,kelainan si vino ini
2024-06-18
0