Bersamaan dengan perlakuan kurang ajar Alvino, gadis cantik itu hanya mampu menangis. Air mata yang membasah di pipi seakan tiada guna, seberapa kuat ia berontak takkan mampu mengalahkan tenaga Alvino yang memang di bawah pengaruh alkohol.
"Aku merindukanmu, Kinan."
Pria itu berucap lirih tepat di telinga Kinara, aroma alkohol serta hembusan napas hangat menyentuh kulit. Pria itu memeluk erat tubuh mungil wanita yang kini tengah meratapi hidupnya, air mata malam itu menjadi saksi hancurnya hidup Kinara.
Lemah. Tak ia duga mimpi seburuk ini terjadi, ia ingin terbangun. Kinara berharap sesegera mungkin akan membuka mata, namun bagaimana matahari tak jua menyapa.
Napas teratur Alvino membuat terdengar begitu jelas, bak alunan musik yang begitu indah namun menakutkan. Keringat yang mengucur di sekujur tubuhnya kini begitu lengket, dan Kinara merasakan itu.
Dalam gelap, Kinara menatap nanar langit kamar. Napas yang bahkan belum teratur lantaran sesenggukan membuatnya perlahan memejamkan mata. Bahkan untuk berteriak Kinara tak mampu lagi, sungguh pria keparat itu benar-benar menjadikannya sasaran empuk malam ini.
*****
Bias cahaya menyelinap dari celah jendela kamar, begitu berat rasanya namun mata cantik itu kini perlahan membuka. Kinara mengerjap menyesuaikan cahaya di sekelilingnya, sesaat ia tersadar akan apa yang kini terjadi.
Kinara menatap bagian perutnya, tangan kekar itu melingkar begitu eratnya. wanita itu kini menoleh, manatap wajah tampan nan menjijikkan di sisinya. Lagi dan lagi, Kinara bergetar, terbayang akan aksi brutal yang ia terima dari pria itu.
Perlahan Kinara melepaskan diri dari pelukan pria itu. Badannya kaku, sungguh ia jijik dengan dirinya sendiri. Namun sayang, lagi-lagi ia terlalu lemah, air mata yang tadi malam sempat terhapus kini kembali berurai. Sadar dirinya bukan bermimpi, semua adalah nyata. Dunia tak lagi membelainya, takdir tak lagi memeluknya.
Kinara menarik napas dalam-dalam serta menghelanya perlahan. Pelukan itu tak lagi seerat sebelumnya, kini ia mampu untuk melepaskan diri. Gadis cantik itu segera beranjak dan hendak meninggalkan kamar hina yang menjadi saksi bisu kehancurannya.
"Mau kemana, Kau?" Kinara tersentak kala tangan kekar itu menggenggam pergelangan tangannya, ia masih terlalu kecil untuk berhadapan dengan pria. Jelas saja takut yang mencekam itu masih ada.
Tak ada jawaban dari bibir mungil Kinara, ia terlalu lemah bahkan untuk sekadar bernapas. Isak tangis dan air mata yang seenaknya tak mampu ia tahan, berulang kali ia menepis kasar tangan Alvino hingga membuat pria berwajah tampan itu perlahan membuka mata.
"Haaaaaaaaa!! Sedang apa kau di sini?!! Kenapa kau berada di sampingku, Kinara!"
Saat ini, Kinara terasa teriris, bukankah seharusnya ia yang berucap demikian. Lantas, mengapa justru Alvino seakan menjadi korban dalam hal ini.
Vino mengusap kasar wajahnya, sedikit menjauhkan tubuhnya. Perlahan ia menyingkap selimut, sungguh ia tak dapat megartikan dengan cepat apa yang tengah terjadi. Kini, pria itu hanya mampu menutup mulut yang menganga seraya susah payah menahan salivanya.
"I-ini tidak benar kan? Ti-tidak ada yang terjadi di antara kita benar kan, Kinara?" Alvino menatap sekilas Kinara yang kini tenggelam dalam tangisnya, ia sedikitpun tak dapat mengingat apa yang ia lakukan terhadap gadis kecil di sampingnya.
Dalam tangisnya, gadis itu semakin terhenyak. Mengapa pria itu bahkan tak sedikitpun menyadari apa yang ia perbuat sendiri. Kinara memeluk lututnya erat seraya bersembunyi di balik rambut panjangnya.
"Kina!!! Jawab!!!" Alvino memerah, pria itu meninggi seraya menjambak rambut Kinara.
"Aaaakhhh!! Kakak, lepaskan aku!!" jerit Kinara begitu pilu, sungguh menyakitkan, ia tak menduga perlakuan kasar Vino yang kerap ia saksikan kini ia rasakan.
"Kau sengaja kan? Haah!! Cih, menjijikkan." Alvino mencengkram dagu Kinara, menatap tajam mata yang kini begitu sembab. Ia tak sudi tubuhnya tersentuh wanita jika bukan inginnya, begitulah sikap Alvino.
"Katakan!! Siapa yang memintamu?!! Ayahmu? Bukankah kehidupan kalian sudah membaik dengan bantuanku?" Alvino menuntut Kinara dengan tuduhan tak bermakna yang begitu menyesakkan dada.
"Berani juga kau, bahkan kakakmu yang sok suci itu enggan menyerahkan tubuhnya untukku."
"Lalu kau? Cih, bahkan dengan sengaja memberikannya padaku? Hem?"
Cengkraman itu semakin menguat, bahkan kini gadis kecil itu kesulitan bernapas, belum lagi wajah Alvino begitu dekat dengannya tanpa celah.
"Aaaaarrrrrrgghh!! Gadis sialan!!" Alvino menghempas Kinara begitu kasar, lagi-lagi hanya air mata yang mampu berbicara.
Detak jantung yang seakan tak terkendali, Kinara menatap punggung Alvino yang kini berlalu ke kamar mandi. Tak ia duga, niat baik dan tulusnya berakhir tuduhan hina dari mantan kakak iparnya.
"Ya Allah, Kina takut." Kinara meremas ujung selimut yang menutupi tubuhnya, bahkan tanda kemerahan di sekujur tubuhnya begitu menyakitkan.
Sejak tadi, ingin rasanya Kinara berlalu pergi. Namun rasa ngilu yang menyiksa tepat di miliknya hingga kini masih terasa. Bahkan untuk berubah posisi saja ia tak mampu, apalagi berjalan.
Ceklek!!
......
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
suyetno
ga sadar diri di yg melakukan dia pl yg marah sabar kina biar dpt karma dia nanti
2025-03-23
0
Halimah
kasian kinara😭😭😭😭
2025-03-14
0
sharvik
klau ad crta sprti in slalu mewek dlm emosi hahaha
2024-09-02
0