Sementara di tempat lain, jauh dari hingar bingar hiburan dunia malam yang begitu Vino sukai, seroang pria paruh baya tengah menatap nanar keluar jendela. Memikirkan nasib Vino yang kini tengah di titik kehancurannya, ia tak memiliki anak laki-laki, karena itulah baginya Vino sunggih berarti.
"Kina, kau mau kemana? Hari sudah malam, Nak." tanya pria itu kala sang putri tengah bersiap hendak pergi.
Wajah ayu gadis yang masih duduk di bangku SMA itu begitu menenangkan, tak kalah cantik dengan Kinanti, sang kakak.
"Kak Gio memintaku mendatangi apartemen kak Vino, Yah. Sepertinya dia sedang tidak baik-baik saja."
Kinara menatap sendu sang Ayah yang juga menatapnya begitu lembut. Entah mengapa malam ini terasa berbeda, ada semburat kekhawatiran di wajah sang Ayah. Namun, segera ia tepis dengan sejuta sangkaan baik di benaknya.
"Ayah istrirahat saja dulu," ujar Kinara tersenyum hangat, tak ingin sang Ayah memikirkan hal yang tidak perlu lantaran kini ia tengah sakit.
"Hati-hati, Kina, dan ingat segera kembali ya."
Kinara melangkah usai mengangguk patuh dan mencium punggung tangan sang Ayah. Sudah menjadi kebiasaan Kinara menghantarkan makan malam untuk Vino, perlakuan cuek Vino tak sedikitpun membuatnya merasa lelah untuk terus memberi perhatian pada kakak iparnya itu.
Dengan fasilitas yang diberikan Vino, memudahkan Kinara untuk mengunjunginya. Meski sudah berkali-kali Vino melarang gadis itu untuk datang, tetap saja ia melakukan niat baiknya.
Temaram lampu jalan menghiasi perjalanan Kinara, bayangan akan keadaan Vino kembali memenuhi benaknya. Beberapa waktu lalu, pria itu terlibat pertenggkaran yang membuatnya terluka cukup parah. Entah mengapa, gadis mungil itu begitu khawatir dengan keadaan Alvino.
Dengan langkah pasti, ia segera menuju ke lantai 20 tempat dimana sang Kakak tinggal. Dengan pakaian yang over size membuat tubuh mungilnya seakan tak terlihat.
"Ck, dia pergi lagi," ujar Kinara menatap sekeliling ruang yang tampak begitu sepi.
Segera ia berlari ke meja makan untuk menyiapkan makanan yang ia masak tadi sore, meski gadis itu masih menginjak usia 17 tahun, tetapi ia sudah cukup lihai dalam hal-hal seperti ini.
"Oke, beres." Kinara tersenyum manis kala menyaksikan meja makak yang kini tertara begitu rapih.
Brukk!!
Kinara segera berlalu ke ruang tamu kala mendengar suara gaduh itu, setengah berlari karena ia merasa takut akan kehadiran pencuri di sana.
"Kakak!!" Kinara berlari menyadari suara gaduh itu adalah Vino yang kini terkulai lemas di lantai.
"Bantu aku," pinta Vino dengan suara parau yang begitu lemah, matanya terlihat memerah dan wajah yang begitu kacau.
Susah payah Kinara membantu sang Kakak masuk ke kamar, tubuhnya terlalu tinggi jika dibandingkan dengan tubuh Vino.
Brugh
Keduanya terhempas di ranjang king size itu, Kinara mencoba melepaskan diri lantaran ia terhimpit sang kakak. Aroma alkohol begitu menyeruak, membuat Kinara merasa tak nyaman.
"Kinan," racau Vino kini mendekap tubuh mungil Kinara, aroma tubuh gadis itu membuat jiwa kelelakian Vino memberontak.
"Kakak lepas, ini Kinara, Kak." Kinara mencoba melepaskan diri sekuat tenaga, namun apalah daya ia hanya anak kecil yang tak memiliki kekuataan untuk menghindar.
Alvino mengunci tubuh Kinara, dengan tangan yang di kunci di atas kepala membuat wanita itu gemetar. Saat ini ia tak mengenali siapa yang ia tatap, Vino takkan pernah berpikir mendekatinya, pikir Kinara.
"Kakak!! Lepaskan aku!! Pergilah, Kak!!" Teriakan Kinara cukup mengganggu pendengaran Vino. Hingga pria itu menutup mulut Kinara dengan telapak tangannya cukup kuat.
"Diam, Kinan!! Kau ingin menolakku? Lagi? Hahaha ayolah, kita sudah menikah berapa lama, Nan, dan kau masih saja sama?!"
Seringai jahat begitu mengerikan tergambar jelas di wajah sangar Vino, tangisan Kinara makin menjadi kala pria itu menatapnya dengan mata yang kini memerah.
"Hhmmmmppp." Kinara mencoba memalingkan wajah kala Vino membungkam bibir tipisnya dengan ciuman yang begitu kasarnya.
"Diam!!" Bentakan Vino membuat Kinara semakin ketakukan, seakan dunianya akan runtuh.
Hatinya menjerit, memanggil sang Bunda yang entah berada dimana. Perlakuan kasar Vino membuat tubuhnya bergelinjang, bahkan kini pria itu lancang menelusupkan tangan di balik jaketnya.
"Bundaaaaaaa!!!!" Kinara menjerit, memohon pertolongan pada malaikat penjaga yang kini telah tiada.
"Diam, Sayang," bisik Vino begitu halus di telinganya. Seketika itu bulu kudu Kinara berdiri, hanya tangisan yang mampu ia perlihatkan kala meminta iba pada sang Kakak.
"Aaaaaaaaaa, Bundaaaaaaa!!!" Lagi-lagi Kinara berteriak kala kesempatan.
PLAK
PLAK
Dengan kasar Vino bahkan tega menampar wajah mulus Kinara, pengaruh alkohol sungguh membuatnya buta malam ini. Di matanya Kinara saat ini adalah Kinan, mendiang sang istri yang begitu ia cintai sejak dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Halimah
kasian kinara🥺🥺
2025-03-14
0
Nanik Kusno
Kutuk marani sunduk....
2024-04-24
0
Mahmudah Mahmudah178
Kinara Yo Podo ora ngenah
2023-12-29
1