"Eh, Udah mau jam 8 nih, Ta. Aku pamit ya..." Ucap Vira seraya melihat arloji di tangan kirinya. Kemudian gadis itu bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Kenan diikuti oleh Amartha.
"Mas Kenan, Vira pamit pulang. Cepet sembuh ya?"
"Ta, aku pulang ya? Kalau butuh apa -apa telfon aku ajah." Ucap Vira.
"Makasih ya,Vir?" Amartha mengantar Vira ke depan pintu. Lalu Amartha berbalik , berjalan kembali menuju kursi di samping ranjang lelaki yang sedang terbakar cemburu itu. Ada senyum yang nyaris tak terlihat di bibir gadis itu.
"Dek...." Panggil Kenan setelah Amartha berjalan mendekat ke arahnya.
"Iya, Mas?" Sahut gadis itu. Amartha berdiri di samping ranjang dimana Kenan terbaring.
"Aku laper, Dek." Ucap Kenan dengan wajah memelas.
"Ya ampun, aku sampe lupa?!!! Kamu belum makan ya, Mas." Amartha menepuk pelan keningnya diiringi tawa kecil.
"Iya Iya aku siapin dulu ya..." Lanjut Amartha dan membuka bungkusan bubur ayam. Sebelumnya Amartha meminta mangkok di bagian pantry.
Sebenarnya Kenan sudah diantarkan sarapan oleh bagian gizi. Tapi entah kenapa, bubur ayam yang di bawa Vira seakan menggoda indra penciumannya.
"Mas, buburnya mau diaduk atau nggak diaduk?" Tanya Amartha setelah menuangkan bubur dan kuahnya ke dalam mangkok.
"Maunya disuapin!" Sahut Kenan.
"Hah?" Amartha menampakkan wajah polosnya.
"Iya maunya disuapin! Kamu nggak liat nih tanganku? Sakit loh, Dek.." Jelas lelaki itu sambil meringis kesakitan.
"Oh....heheh....Emm." Amartha tersenyum kaku.
"Halah alesan....!" ( Batin Amartha)
"Kamu nggak lagi ngedumel dalam hati kan, Dek?" Tanya Kenan penuh selidik.
"Heheh...Nggak nggak?! Mana ada ngedumel." Ucap Amartha dengan tawa terpaksanya.
"Emmmm... buburnya mau diaduk atau nggak?" Amartha mengulang pertanyaannya.
"Aku bukan tim diaduk maupun tim nggak diaduk. Aku tim perjuangin cinta kamu..." Kata Kenan yang membuat pipi Amartha semakin panas saja.
"Ih...apaan sih." Hanya Kata itu yang keluar dari bibir gadis itu.
"Hahahah......" Kenan tertawa lepas. Betapa bahagianya dia saat ini. Melihat wajah gafis yang selama ini dia rindukan.
"Ya udah, Sini aku suapin." Amartha mulai menyendokkan bubur dan mengarahkannya ke pada mulut Kenan. Walaupun dengan sikap yang sangat canggung.
Suapan pertama mendarat di mulut Kenan. Ada rasa bahagia yang membuncah di hati lelaki itu. Untuk beberapa hari ini, dia akan selalu berdekatan dengan gadis yag dicintainya ini. Andaikan dia bisa seperti ini setiap hari.
"Kamu juga makan ya?" Ucap Kenan setelah menghabiskan makanannya
"Iya nanti aku makan." Jawab Amartha singkat.
Ponsel Kenan berdering.
"Mas, ada telfon." Amartha mendengar suara dering telepon . Kenan mengernyitkan dahinya. Dia bahkan lupa, menanyakan dimana ponselnya. Karena dia baru saja sadar jam 4 pagi tadi.
"Ini hape kamu mas. Semalem aku yang simpen." Ucap Amartha seakan menjawab pertanyaan tersirat dari Kenan.
Amartha memberikan ponsel milik Kenan. Kenan tak lupa menerimanya dengan senyum yang mengembang.
Terlihat nama Irwan di layar ponselnya. Dengan segera Kenan mengangkat panggilan itu.
"Ya....Assalamualaikum.." Ucap Kenan.
" Waalaikumsalam Pak Kenan. " Sahut Irwan di seberang sana.
" Ada apa , Wan?"
"Saya sudah survey tempatnya Pak Kenan. Tempatnya cukup strategis dan ditambah lagi dekat dengan kampus. Untuk Area parkir juga cukup luas, Pak." Jelas Irwan.
"Alhamdulillah, Bagus Wan! Kamu urus saja semuanya, ya? Kalau bisa secepatnya. Ehemm..Wan, sepertinya saya masih ada urusan disini dalam beberapa hari kedepan. Untuk cafe tolong handle dulu, ya?" Kata Kenan sembari melirik ke arah Amartha.
"Baik, Pak. Nanti saya kirim laporan keuangan bulan ini lewat email." Ucap Irwan.
"Oke, Makasih, Wan"
" Assalamualaikum" Kenan mengakhiri percakapan.
"Waalaikumsalam"
Amartha memilih untuk duduk di sofa dan membuka bungkusan bubur ayam yang masih tersisa. Mengisi perutnya yang sedari tadi meronta ingin diisi. Suapan demi suapan bubur ayam ia nikmati, dengan kerupuk sebagai pelengkapnya.
Kenan yang baru saja menutup teleponnya menatap Amartha yang sepertinya sangat kelaparan. Bagaimana tidak kelaparan? Di food court dia membatalkan pesanan kwetiaw seafoodnya karena dua orang lelaki yang malah membuanya jengkel setengah mati. Belum juga sampai ke kosan malah terjadi drama begal di tanjakan pom bensin yang terkenal angker itu. Alhasil, hanya bunyi perut kruk kruk yang menemaninya sepanjang malam menjaga lelaki bernama Kenan itu. Kini bubur sudah menjelajah ke lambung Amartha. Alhamdulillah!
Amartha lantas meneguk air mineral . Sementara Kenan? Dia malah asyik memperhatikan gadis itu. Sesekali senyuman terbit dari bibirnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah beberapa hari di rawat di Rumah Sakit. Hari ini Kenan sudah boleh pulang. Kenan dan Amartha bersiap pulang. Amartha mengecek kembali, takut ada barang yang tertinggal di kamar ini. Bisa repot urusannya.
"Udah?" Tanya Kenan.
"Udah Aku cek semua. Insya Allah nggak ada yang tertinggal di sini." Amartha mengulas senyumnya. Membuat Kenan semakin di buat melayang.
"Sini, Kopernya aku yang bawa." Ucap Kenan kepada Amartha yang akan menarik handle koper milik Kenan.
"Tangan mas Kenan kan lagi sakit. Nggak apa - apa biar aku aja." Tolak Amartha.
"Yaelah, tangan kiri doang yang abis kena beset
yang kanan kan masih bisa. Lagian udh nggk bgitu sakit kok" Ucap lelaki itu.
"Udah...sini. Biar aku yang bawa. Kamu cukup bawa tas ransel kamu aja." Lanjut Kenan seraya mengusap lembut rambut Amartha yang panjang. Lantas lelaki itu mengambil alih koper miliknya.
Sekali lagi perasaan Amartha menghangat mendapatkan perlakuan yang manis dari Kenan. Amartha benar- benar tidak tahu apakah cinta sudah di hatinya atau belum? Tapi jika bukan cinta lalu mengapa perasaannya kecewa saat lelaki itu tiba-tiba saja menghilang darinya? Apakah ini cinta? Perasaan kecewa, marah, khawatir, kumpulan rasa yang mewakili satu rasa yang namanya cinta? Bukan hanya otaknya yang terkadang lemot tapi untuk menyelami perasaannya sendiri pun, Amartha lemot bukan main.
Kenan membuka pintu mobilnya, masukkan koper di bagasi belakang. Mereka berdua masuk ke dalam mobil. Kenan berada di belakang kemudinya. Dia tersenyum sekilas melihat Amartha yang terlihat canggung. Nampak sekali jika gadis yang berada di sampingnya ini belum pernah menjalin asmara dengan lelaki mana pun. Sesulit itukah membuat Amartha jatuh cinta? Entahlah.
Mobil Kenan membelah jalanan siang itu. Beberapa kali , dia mencuri pandang kepada gadis itu. Setelah 15 menit perjalanan, Kenan menghentikan mobilnya bukan di kosan Amartha tapi di sebuah restoran.
"Kok berhenti, Mas?" Tanya Amartha sembari menengok ke arah Kenan.
"Kita makan dulu ya, aku laper." Kenan mengulas senyumnya. Membuat jantung Amartha berdebar lebih kencang dari pada biasanya.
"Iya." Amartha menjawab singkat. Kemudian Amartha memalingkan wajahnya. Dia tidak mau Kenan melihat wajahnya yang merah merona
"Yuk?" Kenan melepas sabuk pengamannya.
"Hah?" Ucap Amartha.
"Ayo, turun." Kenan kembali terkekeh melihat wajah polos Amartha. Amartha diam mematung, seperti tidak ada niat untuk melepaskan sabuk pengamannya. Kenan tersenyum kembali dan kemudian mendekat ke arah Amartha. Sontak membuat Amartha kaget dan spontan menjauhkan tubuhnya dari lelaki itu.
"Mau apa mas?" Tanya Amartha gugup diiringi jantungnya yang memompa lebih cepat.
"Hmmm......" Kenan semakin mendekat.
"Jauhan dikit mas" Amartha semakin terpojok. Dia belum pernah berada di posisi sedekat ini dengan laki-laki.
"Aku cuma mau ini.." Ucap Kenan menggantung.
...----------------...
Makasih yang udah mau like ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
SyaSyi
semangat Thor
2021-10-24
0
𝕽𝖍'𝖘༄Ida✨Dearhusband✨
next
2021-10-12
0
lina
😅😅😅 memori dulu terlintas lagi. kenan m amarta pake mobil pribadi.
kalo do'i d kopaja 😅😅
2021-10-02
0