"Aku Kenan Pradipta, calon suami Amartha..." Kenan menjawab pertanyaan Satya dan menggenggam tangan Amartha. Namun, gadis yang digenggam tangannya hanya diam. Seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kenan.
"Calon suami?" Satya dengan kening berkerut.
"Iya, aku calon suaminya, jadi aku harap, kamu jangan dekati Amartha lagi!" Ucap Kenan memperingatkan Satya.
"Kalau aku nggak mau gimana?" Satya melipat tangan didepan dada. Baru saja Kenan akan menanggapi Satya, Amartha berusaha melepaskan genggaman tangan Kenan.
"Lepas," Ucap Amartha. Bukannya melepaskan tangan Amartha, lelaki itu malah menggenggam kedua tangan Amartha dan menatap gadis itu lekat-lekat.
"Amartha, dengerin penjelasan aku dulu "
"Nggak perlu." Jawab Amartha dingin.
Jangan percaya, Ta. batin Satya
"Amartha, kasih aku kesempatan buat jelasin ini semua ... aku..." Ucap Kenan menatap kedua manik berwarna coklat milik gadis itu.
"Cukup,"
"Amartha..." ucap Kenan dengan wajah sendu.
"Aku bilang cukup!" Amartha memalingkan wajahnya.
Sementara Amartha tak mampu lagi berkata. Hanya air mata yang meluncur deras dari netranya. Amartha sebenarnya ingin melihat lelaki yang selama ini ia rindukan. Seharusnya dia merasa senang bisa melihat lelaki itu lagi. Tapi, mengapa perasaan kecewa lebih mendominasi suasana hatinya saat ini? Arrgh...Kenan datang dan pergi sesuka hati seolah mempermainkan perasaannya.
Satya sedikit banyak bisa menebak hubungan dua sejoli di depannya itu. Dan ada seringai di wajahnya menyiratkan sejuta makna.
Vira yang sedang memesan di counter makanan, membatalkan pesanannya ketika melihat Amartha tengah menangis dan ada dua lelaki asing disana. Vira pun segera menghampiri sahabatnya.
"Ada apa, Ta?" Tanya Vira menatap sahabatnya khawatir.
"Aku mau pulang, Vir, hiks..." Amartha berdiri dari tempat duduknya dibarengi dengan Kenan dan Satya yang juga beranjak dari duduknya.
"Biar aku antar kamu ya...?" Satya menawarkan diri.
"Vira, aku mau pulang sekarang..." Amartha tak menggubris tawaran Satya. Gadis itu terus saja menangis.
Sebelum mereka jadi pusat perhatian orang, Vira membawa Amartha pergi dari area food court itu.
"Amartha....." Ucap Kenan lirih melihat punggung gadis itu pergi menjauh. Kenan tak bisa menyalahkan sikap Amartha yang kecewa terhadapnya. Karena lelaki itulah yang telah menorehkan luka di hati Amartha. Dia Menghilang tanpa jejak.
"Ehemmm ... kayaknya masih ada kesempatan buat aku deketin Amartha," Satya memecah keheningan.
"Jangan dekati Amartha!" Ucap Kenan mulai tersulut emosi.
"Haha ... kita lihat siapa yang akan dia pilih, kamu atau aku? Sepertinya kamu hanya akan menjadi masa lalunya..." sahut Satya sambil tertawa mengejek.
"Omong kosong!" kata Kenan Kesal dan pergi meninggalkan Satya. Berdekatan dengan lelaki itu membuat darahnya mendidih.
Hahaha, Kita lihat saja nanti!"
Kenan meninggalkan Satya dan segera mengejar Amartha. Beruntung dia belum kehilangan jejak gadis itu.Amartha tengah berada di parkiran motor. Dia menangis dalam pelukan sahabatnya.
"Mereka siapa sih,Ta?" tanya Vira. Sementara orang yang ditanya malah larut dalam tangisannya. Vira mengelus lembut punggung Amartha. Berharap memberikan sedikit ketenangan.
"Udah kalo memng kamu blm siap cerita nggak apa-apa ... jangan nangis lagi, kita pulang sekarang, ya?" lanjut Vira. Gadis cantik dengan rambut sebahu itu, kemudian melepaskan pelukannya dan mengajak Amartha untuk pulang ke kosan.
"Makasih, Vira" ucap Amartha singkat.
Vira memutuskan untuk tidak kembali bertanya perihal kedua lelaki yang bersama sahabatnya itu. Sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk membombardir Amartha dengan banyak pertanyaan. Vira sadar tidak semua hal perlu dia ketahui.
Dua gadis itu, kemudian memakai helm dan jaket. Lalu, melajukan motornya keluar dari area mall tersebut. Sedangkan Kenan membuntuti mereka dari belakang. Dia ingin memastikan Amartha selamat sampai tujuan. Pikirannya pun tak kalah kalut saat ini.
Dia perlu bicara dengan Amartha dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Sepanjang perjalanan Amartha tak juga bisa menghentikan air mata yang mengucur deras ke pipinya. Kilasan memori tentang Kenan berputar dalam ingatannya. Mengapa pria itu kini tiba-tiba hadir dalam kehidupannya? Darimana dia bisa tahu Amartha tinggal di kota ini? Sejak Kapan? Argghhh...Semua ini membuatnya pusing.
"Ta...?" Vira memecah lamunan Amartha.
"Iya Vir..." jawab Amartha sedikit memajukan badannya agar suaranya terdengar oleh Vira.
"Jangan ngelamun! kita sebentar lagi ngelewatin tanjakan dekat pom bensin loh! Nanti kena sawan kamu tuh!" ucap Vira yang sesekali melihat spion motornya.
"Sembarangan!" sahut Amartha kesal. Vira memang jago dalam hal menghibur hati sahabatnya. Walaupun dengan cara yang ajaib.
"Jangan ngelamun intinya, aku pernah diceritain kalo tanjakan itu ada hantunya!" Vira berkata dengan nada serius kali ini.
"Vira?!" pekik Amartha. Dia memukul pelan pundak Vira.
"Hahahahaha," Vira malah tertawa senang mendengar gadis itu meneriakkan namanya.
Konon, di tanjakan itu memang banyak pengendara yang suka diganggu oleh makhluk tak kasat mata. Bukan hanya makhluk astral yang meresahkan tapi di sana juga sering ada rampok dan begal yang menunggu mangsanya melewati tanjakan itu. Mereka akan beraksi di malam hari dengan kondisi jalanan yang sepi.
Motor Vira melaju semakin mendekati tanjakan itu. Ada perasaan deg-degan setiap kali melewatinya. Padahal ini bukan kali pertama mereka melewati tanjakan itu dengan mengendarai motor.
"Ta?" Vira memanggil Amartha dengan nada ketakutan. Vira menghentikan laju motornya dan menepi di pinggir jalan yang agak menanjak itu.
"Kenapa Vira? kenapa berhenti?" tanya Amartha tak paham.
"Itu, ada orang nggak sih disana,Ta?" cicit Vira menunjuk ke arah 6 orang pria yang berada beberapa meter dari mereka.
"Iya, kayaknya mereka mau kesini, Vira!" ucap Amartha yang juga ikut ketakutan.
Segerombolan pria tadi menaiki motor mereka dan menuju ke tempat Vira dan Amartha berada. Vira takut bukan main. Tangannya gemetaran. Ingin kabur tapi tangan tak mau berkompromi.
"Vira?! putar balik!" Amartha setengah berteriak.
"Woy! jangan kabur!" salah seorang pria dari mereka berteriak. Sedangkan Vira tak juga bergeming. Amartha tak habis pikir dengan Vira yang masih saja terdiam.
"Vira cepetam! Mereka udah makin deket!" Amartha setengah berteriak.
"Minggir!" Amartha secepat kilat turun dan mengambil alih stir dan otomatis menggeser tubuh Vira ke belakang.
Amartha secepat kilat memutar dan ngebut bukan main padahal dia belum mahir menyetir motor. Bodoh amat! Yang penting sekarang dia harus segera berputar arah. Dia tidak mau mati konyol. Dalam keadaan terdesak ternyata apapun yang tadinya tidak bisa, mendadak menjadi bisa.
Vira yang gemetaran otomatis memegang pinggang Amartha dengan kencang ketika motor mereka melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Malam itu keadaan jalan tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa pengendara yang sesekali lewat.
"Vira?! mereka masih ngejar kita, nggak?" teriak Amartha.
"Vira?! jawab!" lanjut gadis itu.
"Mmasih, masih,Ta..." Jawab Vira terbata.
Ada 6 orang pria yang mengejar motor yang dikendarai Amartha. Masing- masing berboncengan motor. Namun sial, sebelum mencapai keramaian. salah satu motor dari para preman itu berhasil mengejar motor yang dikendarai Amartha. Dan berusaha menghentikan laju motor Amartha dengan mengayunkan senjata tajam.
"Berhenti nggak?!" Ucap salah seorang pria yang dibonceng oleh temannya, dia mengayunkan belati ke arah Amartha.
"Aku bilang berhenti!" kata pria itu lagi.
Amartha tak juga menjawab. Dia mengabaikan orang yang berusaha menghentikannya. Sementara Vira? Dia semakin mengeratkan pegangannya dipinggang Amartha.
Bukan hanya takut dengan pria- pria yang mengejar mereka, tapi juga takut dengan Amartha yang ngebut dijalanan. Nyawanya sedang diujung tanduk.
Ya Allah, aku masih banyak dosa. Aku belum mau mati sekarang! Tolong selamatkan aku!batin Vira.
Motor pria yang mengayunkan senjata tadi menambah kecepatannya dan menghadang motor yang dikendarai Amartha. Mau tidak mau gadis itu langsung menarik rem mendadak. Vira sudah berkali- kali mengucap Istighfar. Tamat sudah riwayatnya!
Ciiiiiiiiitttttt!
Suara decitan ban motor yang beradu dengan aspal jalan.
Amartha sudah pasrah apapun yang terjadi. Mereka sudah dikepung sekarang. Amartha dan Vira turun dari motornya.
"Serahkan kunci motor dan tas kalian!" teriak seorang pria yang berjalan ke arah mereka dengan menodongkan senjata tajam kepada Amartha dan juga Vira. Amartha yang tidak bergeming mengundang kemarahan pria itu.
Tiba- tiba saja pria itu dengan cepat menghujamkan senjatanya kepada Amartha. Amartha yang melihat itu sontak menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Aaaaaaaaaaaaaaa!" teriak gadis itu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
Andrea
Biarin aja dlu , biar rasain gmn susahnya km buat move on ! sebal
2021-12-25
1
Andrea
Biar tau rasa dia mnyebalkan seenak jidat nongol
2021-12-25
1
Andrea
Ntar ntaran aja maapinnya
2021-12-25
1