Amartha membuka lemari pendingin di minimarket itu. Ditaruhnya beberapa air mineral dan roti sisir ke dalam keranjang belanjaannya. Sementara Satya, lelaki itu mengekori Amartha, seperti anak ayam.
Amartha beralih ke bagian obat- obatan. Dia mencari obat lambung yang botolnya berwarna hijau, obat yang biasa dibeli oleh Vira.
"Kamu sakit?" tanya Satya kepada Amartha yang sedang mengecek tanggal kadaluarsa obat itu.
"Nggak," jawab Amartha.
"Lah, terus beli obat lambung buat siapa?" tanya pria itu sambil mengerutkan keningnya.
"Buat Vira," kata gadis itu singkat.
"Vira siapa?" tanya Satya penasaran.
"Temen yang aku bonceng tadi!" Amartha mulai ngegas.
Satya tersenyum melihat wajah kesal Amartha. Sekarang sepertinya dia mempunyai hobi baru yaitu menganggu gadis yang satu ini.
Amartha tak lupa memasukkan beberapa keripik kentang ke dalam keranjang.
"Sini, aku ajah yang bawain," Satya menawarkan bantuan.
"Nggak usah!" tolaknya.
"Udah, sini..." Satya mengambil alih keranjang belanjaan dari tangan Amartha.
"Mau ngambil apa lagi?" Satya dengan nada lembut.
"Nggak ada,"
"Ya udah kita ke kasir..." ajak Satya menggiring Amartha menuju kasir.
Satya memberikan keranjang belanjaannya kepada petugas kasir minimarket biru itu.
Setelah barang- barang di scan, si petugas menyebutkan nominal uang yang harus di bayar.
"Biar aku ajah..." Satya mencegah Amartha mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.
"Ini mas..." Ucap Satya sembari memberikan uang kepada petugas kasir. Satya membawa belanjaan itu dan keluar dari minimarket. Sedangkan Amartha mengikuti lelaki itu dari belakang.
Mereka berjalan menuju kosan Amartha. Amartha mempersilakan Satya duduk di kursi yang ada di teras, setelah mereka sampai di kosan.
"Duduk dulu..." Amartha duduk di salah satu kursi yang ada disana.
"Oh ya, ini belanjaan kamu," Satya memberikan belanjaan Amartha.
"Nih, katanya haus?" Amartha menyodorkan satu botol air mineral dingin dari dalam plastik berwarna putih itu.
"Ciyeee mulai perhatian..." Satya menaik turunkan alisnya. Amartha memasang mode jutek pada wajahnya.
"Ya udah, aku minum dulu." Satya membuka botol dan meminumnya.
"Aku ke dalam dulu, mau ngasih obat buat Vira," Amartha bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam rumah itu.
Aku nggak tahu kenapa aku begitu tertarik denganmu Amartha. Sepertinya ada kesedihan di balik sikap dinginmu itu.
Amartha berjalan menuju kamar yang ditempatinya dengan Vira. Di kamar itu terdapat dua tempat tidur dengan kamar mandi dalam. Ukurannya tidak terlalu luas namun cukup untuk ditinggali berdua. Dan lebih ngirit pastinya.
Amartha mengetuk pintu terlebih dahulu, kemudian masuk ke dalam kamar. Amartha menaruh tas ungu miliknya dan satu keresek belanjaan diatas meja.
Vira sedang berbaring. Wajahnya pucat menahan sakit. Amartha duduk dan mengusap lengan Vira.
"Vir ... Vira ... bangun..." Amartha memanggil nama sahabatnya yang masih terlelap.
"Emmmmmm," Vira mengerjapkan matanya dan berusaha untuk duduk.
"Minum obat dulu, ya? sebentar aku ambil sendok dulu," Amartha bangkit dari duduknya dan mengambil sendok dan obat lambung.
"Vira, aku lupa belinya malah air mineral dingin, nggak apa- apa? " Amartha kembali duduk.
"Nggak apa- apa," Jawab Vira lemas.
"Nih, minum obatnya..." Amartha menyuapkan satu sendok makan penuh yang berisi obat lambung.
"Minum, Vir..." lanjutnya sambil memberikan air mineral kepada Vira.
Vira meneguk air itu dan berbaring kembali. Amartha membereskan obat dan pamit kepada sahabatnya itu.
"Vir, aku taruh air dan roti disini, tunggu setengah jam baru kamu makan, ya?" ucap Amartha lembut.
" Aku keluar dulu," Sambung gadis itu.
Gadis itu keluar kamar dengan hanya mengantongi ponsel yang dia taruh di dalam saku blue jeans yang dia kenakan.
Amartha mendapati Satya tengah duduk sambil memainkan ponselnya.
"Ehem..." Amartha berdehem.
"Udah?" Satya mengantongi ponselnya.
"Aku mau menagih janji kamu," kata Amartha dengan nada yang datar.
"Janji? janji yang mana?" lelaki itu memasang wajah bingung.
"Hapus foto aku yang lagi mangap itu!"
"Nih hapus sendiri..." Satya memberikan ponselnya yang langsung disamber Amartha secepat kilat.
Satya hanya tersenyum melihat tingkah Amartha yang terkesan irit ngomong dan tertutup.
"Nih..." Amartha selesai menghapus foto nyeleneh itu dan memberikan kembali ponsel Satya.
"Udah dihapus beneran? padahal fotonya bagus loh, hahaha ... ups!" lelaki itu tertawa lepas. Sesaat kemudian dia mendapat lirikan mematikan dari Amartha yang membuatnya menghentikan tawanya.
"Kamu udah makan belum?" tanya Satya.
"Belum..." sahut Amartha.
"Kalau belum, kita cari makan aja sekitar sini, kayaknya banyak makanan yang enak!"
"Nggak usah..." tolak gadis itu.
"Udah malem, kalau nggak makan nanti kamu sakit. kamu mau makan apa?" Satya menawarkan lagi yang disambut gelengan dari Amartha.
"Aku nggak biasa makan sama orang asing" jawabnya datar.
"Kan kita udah kenalan...." ucap Satya dengan lembut
"Iya bisa aja nanti kamu taruh sesuatu di makanan aku, terus aku diculik..." sarkas Amartha.
"Parnoan banget jadi cewek, kebanyakan nonton sinetron ya? Hahaha"
"Nggak lucu!" Amartha memasang kembali wajah dinginnya.
Ketika dua makhluk berbeda jenis ini sedang berdebat tiba- tiba ponsel Satya berdering.
"Sebentar ya ... aku terima telfon dulu" Satya menjauh beberapa meter dari Amartha. Wajahnya nampak serius. Sangat berbeda ketika berbicara dengan Amartha beberapa saat tadi.
"Amartha, aku ada urusan penting, mungkin lain kali kita bisa makan bareng, aku pamit,"
Satya nampak tergesa- gesa berjalan ke arah mobilnya. Amartha hanya diam mematung. Tak ada senyum di wajah lelaki itu. Amartha masuk ke dalam kos, ketika mobil milik lelaki tampan itu sudah tak terlihat lagi.
Setelah membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan pakaian tidur, Amartha memandang langit- langit kamarnya. Pikirannya berkelana mengingat sosok lelaki yang mengisi hatinya .
"Mas Kenan..." gumam Amartha lirih.
"Apa yang buat kamu mundur dengan mudahnya? hiks ... kenapa begitu tiba-tiba? apa yang terjadi sebenarnya? hiks..." gadis itu menutup wajahnya dengan bantal. Menangis dengan puas. Menumpahkan segala kerisauan hatinya.
Dia tidak ingin Vira terbangun. Vira yang sudah terlelap ketika Amartha sudah kembali ke kamar.
Amartha segera mengusap air matanya. Dia mengambil buku dan pena.
Kenapa kamu hadir dalam hidupku?
Meninggalkan aku yang mulai ada hati
Kenan Pradipta...
Aku rindu...
Bahkan rasa ini seperti tercekat di leherku..
Membuatku sulit bernafas.
Diletakannya buku dan pena itu. Amartha tak kuasa menuliskan kalimat selanjutnya. Bayangan Kenan berputar di pikirannya.
Sudah ratusan pesan dia kirimkan ke akun media sosial lelaki itu. Tapi tak ada balasan satu pun. Apakah dia harus mengosongkan hatinya? Dan jangan pernah terjerat lagi dengan urusan cinta?
Ketika dia sedang bernostalgia dengan memori tentang Kenan. Ada Chat yang masuk ke ponselnya.
Ting
💬 Jangan lupa makan.
Amartha mengerutkan keningnya. Baru saja akan meletakkan ponselnya, ada chat lagi yang masuk.
Ting
💬Aku Satya, cowok ganteng yang ketemu kamu di kereta 🤣
Gadis itu mencebikkan bibirnya. Ternyata orang sableng itu yang mengirimnya chat. Dia ragu untuk membalas chat lelaki itu. Tiba - tiba ponselnya kembali berbunyi.
Ting
💬Selamat tidur. Have a nice dream.
Sebuah chat masuk lagi dan itu dari orang yang sangat ingin di hindarinya. Dia tidak ingin berurusan dengan orang itu lagi. Amartha mengusap sisa- sisa tangisan di pipinya. Dia kembali menatap langit- langit kamarnya. Pikirannya jauh terbang entah kemana.
Rasanya ingin berteriak menyebutkan nama lelaki yang sangat dia rindukan.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ
semangat
2022-01-19
0
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™
BOOM like Sudah mendarat ditunggu feedback-nya KK di Novelku
2021-12-17
0
✰͜͡v᭄pit_hiats
ekhemm😌😌😌
2021-12-15
0