"Assalamualaikum," suara seorang lelaki diiringi suara ketukan pintu.
"Iyaaaaa, tunggu sebentar!" jawab Rosa dari dalam rumah.
Rosa yang sedang memasak cumi asam manis mengecilkan kompornya terlebih dahulu, lalu ia segera berjalan ke arah ruang tamu.
Dibukanya pintu dan nampaklah seorang lelaki tampan kisaran usia 20 tahun memakai kemeja hitam lengan pendek dan jeans biru. Rosa mengernyitkan dahinya.
"Maaf, cari siapa ya?"
"Saya Kenan, Bu, temannya Amartha, Amartha ada, Bu?" jawab Kenan sopan.
"Iya ada, masuk dulu, Nak," kata Rosa
"Sebentar, ibu panggilkan Amartha dulu, ya" Rosa tersenyum ramah dan mempersilakan Kenan untuk masuk ke dalam ruang tamu. Kenan melepas alas kakinya dan mengikuti Rosa masuk ke dalam ruang tamu. Rosa mempersilakan Kenan untuk duduk terlebih dahulu. Kemudian Rosa masuk ke dalam untuk memanggil Amartha dan tak lupa melanjutkan aksi masaknya.
Lelaki itu mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang ada di sana. Tak dipungkiri ada rasa gugup yang di rasakannya. Bagaimana tidak? Ada yang bilang first impression is important. Sebab itulah jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya. Dia takut kesan pertamanya tidak begitu baik dimata calon mertuanya ini. Eh..
"Siapa yang dateng, Mah?" tanya Rudy.
"Katanya temennya Amartha, namanya Kenan, mama panggilin Amartha dulu," Rosa meninggalkan Rudy yang semakin penasaran dengan sosok lelaki yang mencari anaknya.
"Kenan?" gumam Rudy. Ia pun memutuskan untuk melihat siapa sosok Kenan itu. Rudy berjalan menuju ruang tamu.
"Ehemm," Rudy berdehem.
"Eh ... Om, selamat malam, perkenalkan Om, nama saya Kenan, teman Amartha," ucap Kenan memperkenalkan diri dan menyalami Rudy.
"Duduklah," ucap Rudy dingin.
"Nama kamu siapa tadi?" Rudy menatap tajam Kenan.
"Kenan, Kenan Pradipta, Om..." jawab Kenan.
"Nak Kenan, sejak kapan kalian berteman? setahu saya, Amartha tidak memiliki teman dekat lelaki," tanya Rudy dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Mungkin sekitar 2 bulan, Om..." jawab Kenan hati-hati.
"Kuliah atau kerja?"
"Masih kuliah Om, tapi ... sambil part time juga di restoran,"
"Saya tidak mau basa- basi, Nak Kenan, saya harap kalian memang hanya sebatas teman, dan satu hal lagi, mulai saat ini lebih baik jangan kamu temui lagi putri saya! sebentar lagi dia ujian, saya tidak mau dia kehilangan fokus hanya karena urusan cinta!" ucap Rudy tegas.
"Iya, Om, saya mengerti," jawab Kenan.
Amartha yang dipanggil Rosa segera datang menemui Kenan yang berada di ruang tamu. Wajahnya tenang tidak menyiratkan sesuatu terjadi. Tapi ketika melihat wajah ayahnya yang kurang bersahabat, Amartha menjadi cemas.
Rudy segera meninggalkan tempat itu setelah melihat Amartha duduk di salah satu kursi disana.
"Mas Kenan..." sapa Amartha.
"Dek, aku bawakan martabak keju kesukaan kamu, aku belinya yang di pertigaan Jalan Mawar," ucap Kenan tersenyum sambil memberikan bungkusan martabak kepada Amartha
"Makasih Mas, kok Mas Kenan tau sih? martabak langganan aku di pertigaan Jalan Mawar?" Amartha mengernyit heran.
"Ada deh..." jawab kenan sambil tertawa kecil.
"Ya udah, aku ambil minum dulu ya," Amartha permisi ke dapur.
"Iya..." jawab Kenan singkat.
Biarlah aku memandangi wajahmu malam ini, Amartha. Karena aku tidak tahu apakah besok aku bisa melihatmu lagi setelah malam ini.
Setelah beberapa saat Amartha kembali dengan membawa dua cangkir teh hangat.
"Silakan diminum, Mas..." Amartha menaruh secangkir teh di hadapan Kenan.
"Terima kasih, Dek..." Kenan mengambil cangkir itu dan menyesap teh hangat yang pas sekali manisnya.
Kenan larut dalam pikirannya. Tidak ada kata yang meluncur dari bibirnya. Keheningan pun tercipta diantara mereka.
"Ehemm, ujianmu kapan, Dek?" tiba- tiba Kenan bersuara.
"Sekitar tiga bulan lagi, Doain ya semoga aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan," ujar gadis cantik itu.
"Pasti itu, kamu pasti bisa, rajin belajar yah," Kenan menerbitkan senyumnya.
"Iya makasih, Mas..."
Rosa melihat kedekatan Kenan dan Amartha bukanlah kedekatan yang biasa. Rosa yakin ada ikatan rasa diantara keduanya. Rosa melihat cinta dimata Kenan untuk putri semata wayangnya. Dia melihat Kenan adalah lelaki yang baik. Rosa kemudian masuk ke dalam kamarnya. Terbitlah senyum di bibirnya.
Setelah satu jam bertamu, Kenan pamit pulang. Tak lupa Kenan berpamitan kepada Rosa dan Rudy. dan menyalami keduanya. Kenan memberikan senyum termanisnya untuk Amartha. Dia berharap suatu saat dia bisa bertemu lagi dengan gadis itu. Kenan melajukan motornya dari kediaman Amartha dengan hati yang terluka. Cintanya kandas sebelum berkembang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Amartha, papa mau bicara, duduklah!" ucap Rudy kepada anak semata wayangnya.
"Iya, Pah..." jawab Amartha singkat.
"Papah tidak suka kamu dekat dengan laki- laki itu! kamu masih belum cukup umur untuk mengenal cinta! fokus saja dengan sekolah kamu! apalagi sebentar lagi ujian," titah Rudy.
"Tapi , Pah..."
"Nggak ada tapi-tapian! kamu mau membantah?" Rudy meninggikan suaranya.
"Udah, Pah! cukup!" ucap Rosa memeluk Amartha.
"Amartha berhak mengenal cinta, selama ini dia sudah terkurung oleh aturan yang Papah buat! dia sudah cukup umur untuk menyukai seseorang!" sambung Rosa.
"Cukup! aku lebih tahu apa yang terbaik untuk Amartha, lebih baik kamu diam!" Rudy membentak istrinya.
"Kamu egois Rudy!" sentak Rosa kepada Rudy.
"Diam kamu, Rosa!" Rudy memperingatkan.
"Diam! tolong diam! hiks ... tolong, jangan bertengkar, aku mohon..." ucap Amarta disertai dengan tangisan.
"Ssssstttt, tenang Sayang, tenang..." Rosa masih memeluk Amartha yang sudah berderai air mata.
"Aku mohon Mamah dan Papah jangan bertengkar, aku dan mas Kenan hanya berteman, tidak lebih, lagi pula ... aku sadar, jika aku tidak berhak atas diriku, bahkan cita- cita pun Mama dan papah yang tentukan untuk Amartha ... dan hati ini pun bukan milikku," ucap Amartha seraya menunjuk dadanya yang kini sepertinya terasa sesak menahan tangis.
"Iya, aku sadar itu, aku tidak akan melewati batasku, semuanya telah diatur oleh Papah, aku tau aku tidak berhak atas diriku ini..." Amartha tak cukup kuat untuk menahan bulir air mata yang akhirnya jatuh ke pipinya.
"Sampai kapan kamu mau mengekang Amartha, Rudy?" tanya Rosa
"Rosa! aku tidak sedang ingin berdebat denganmu! ini semua untuk kebaikan putri kita!" jawab Rudy dengan menatap tajam Rosa.
"Kebaikan? kebaikan macam apa yang kamu maksud?"
"Sebentar lagi dia Ujian! biarlah dia fokus terhadap sekolahnya, bukannya sibuk dengan urusan cinta!" ucap Rudy beralasan.
"Aku sudah cukup sabar mengahadapi sikap over protective kamu Rudy! kamu, kamu hanya berpikir menurutmu, Iya! hanya dari sudut pandangmu! kamu terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi!" Rosa mulai hilang kesabaran.
"Kamu tidak tahu apa- apa Rosa!" Rudy membentak.
"Biarkan kali ini aku bicara Rudy! selama ini aku tidak pernah sekalipun membantah ucapanmu! aku hanya ingin melihat ada binar kebahagiaan di mata anakku! dia bukan Robot yang bisa kau atur sesuka hatimu! ingat itu!" ucap Rosa penuh penekanan.
"Ayok sayang, kita masuk ke kamarmu..." Rosa yang memeluk putrinya berjalan menuju kamar Amartha dan meninggalkan Rudy yang masih duduk di sana.
Sementara Rudy, menjambak rambutnya dan meraup wajahnya kasar. Rosa tidak pernah sekalipun meninggikan bicaranya selama ini. Dia begitu sabar menghadapi sifat Rudy. Tapi malam ini, dia mendapati istrinya membentak bahkan menentang dirinya.
Rosa berbaring memeluk Amartha. Mereka menangis bersama. Setelah hampir 19 tahun pernikahan, baru kali ini rosa bertengkar hebat dengan Rudy. Dia hanya ingin Amartha bahagia. Dia melihat ada cinta dimata putrinya. Dia bisa merasakannya walaupun Amartha mengelak.
"Jangan pikirkan perkataan papah ya, Sayang..." ucap Rosa sambil membelai pucuk k
kepala putrinya.
"Tapi, Mah..." Amartha menatap wajah Rosa.
"Mamah akan selalu mendukungmu, Sayang, Mamah tahu ada cinta yang tersembunyi di hati anak mama yang cantik ini, kamu tidak bisa mengelak itu, mata kamu tidak bisa membohongi mama, Sayang..." Rosa menatap wajah anaknya.
"Mama..." Amartha kembali menangis dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Ssssst, udah ah, jangan nangis lagi, ngomong- ngomong Kenan itu ganteng lho, Sayang, Mama juga bisa lihat itu dari matanya, bahwa dia itu cinta sama kamu, Sayang..." Rosa mencoba mencairkan suasana.
"Ih ... Mama, apaan sih, Mah..." Amartha yang semula menangis mulai tersenyum mendengar godaan dari mamanya.
"Mama tidak bisa berbuat banyak untuk kamu, Sayang, tapi mama akan selalu ada buat kamu, tenanglah semua akan baik- baik saja," ujar Rosa menenangkan anaknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Silakan berkomentar yang sopan yes wahai netijen yang budiman.... Apalah author ini hanya butiran debu jangan dihujat ya..?
Sampai jumpa di episode selanjutnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
aq lanjut dl kk..
2023-01-04
1
Tiara Ameliaramadhani
klo Q pling bnci dikekang,negara aja udah merdeka knpa kita msti msih mau dijajah oleh kluarga sndri lgi,
2022-06-22
2
Tanjung Jung
karena sang ibu akan slalu jadi tameng buat anaknya
2022-05-04
2