"Ikhsan!" Sapa Maya begitu melihat Ikhsan dikoridor sekolah.
"Eh May" Ikhsan menolehkan pandangannya dan mendapati Maya sudah ada disampingnya. Senyum sumringah lantas mengembang di wajahnya. Sekilas ia melirik beberapa orang di koridor tampak memperhatikan mereka. Bagaimana tidak? Jalan sama anak jurnalis elite tentu akan menarik perhatian anak-anak lain, batinnya.
"Ini" Maya menjerahkan Majalah Sekolah edisi terbaru.
"Oh!" Ikhsan langsung membuka beberapa halaman dan terhenti dibagian reportase soal dirinya.
Ia membaca dengan cepat dan menyadari nama Maya tercantum diartikel bagian akhir.
"Oke juga tulisan lu May, gue jadi gak malu baca berita tentang diri gue sendiri nih!"
Mendengar reaksi Ikhsan, Maya mengerutkan keningnya. "Lah kenapa malu?"
Ikhsan tak menjawab. Ia segera menutup dan melipat majalah tersebut lalu menyimpannya di saku tas samping.
"Eh lu beneran udah punya pacar?" Tanya Ikhsan sejenak kemudian.
Lagi-lagi Ikhsan bertanya mendadak, membuat Maya terkejut dan untung saja kali ini Maya menjawab setelah berpikir.
"Belum. Kemaren cuma bercanda gue." Maya menghembuskan nafas lega, kali ini ia dapat mengontrol diri untuk tidak spontan menjawab pertanyaan Ikhsan.
"Oh untunglah!"
"Untung kenapa?"
"Untung belum gue hapus fotonya, haha!" Jawab Ikhsan sambil berlari kabur ke kelasnya di lantai atas.
Lagi-lagi Ikhsan meninggalkan Maya yang memerah pipinya. Maya ingin mengejar dan menjewer telinga Ikhsan lalu protes kepadanya atas sikap jahil yang mulai membuatnya...gemas?
Di lantai atas, Ikhsan berlari terburu-buru ke kelas lain, bukan ke kelasnya. Ia terhenti disebuah meja yang berisi 5 anak perempuan yang sedang mengobrol. Mereka terlihat berkerumun diantara seorang anak perempuan yang duduk di tengah-tengah.
Salah satu anak perempuan yang menyadari kedatangan Ikhsan memberikan raut wajah masam dan mencibir melihat Ikhsan, membuat anak-anak lain menoleh ke arah Ikhsan.
Dengan memasang muka yang memelas, Ikhsan membuka mulutnya.
"Yrene cantik, gue pinjem PR MTK nya dong. Lu kan jam pelajaran ke tiga. Please..."
Gadis yang diajak bicara itu, ialah dia yang duduk ditengah-tengah. Ia lalu mengeluarkan buku PR nya tanpa sepatah katapun dan menyerahkan pada Ikhsan sambil tersenyum manis.
"Elu ya san, kasih apa kek gitu ke kita. hari-hari minjem buku PR Yrene melulu!" protes Tania yang tadinya duduk disebelah Yrene sambil berdiri menantang dan mengibaskan rambutnya. Tania kesal sekali dengan sikap Ikhsan yang tampaknya sudah hilang malu untuk meminjam buku PR Yrene.
"Cerewet lu ah, Yrene aja gak protes. Lagian gue kan minjem nya ke Yrene doang. Kenapa kudu ngasihnya ke elu semua?!" Kilah Ikhsan sambil melengos ke kelasnya untuk segera menyalin buku PR Yrene. Yrene sendiri hanya tertawa kecil melihat tingkah Ikhsan.
Kepergian Ikhsan diiringi dengan sorakan protes dari kumpulan teman-teman Yrene itu. Sementara Ikhsan sudah pergi tak perduli. Hilang bayangan Ikhsan, hilang pula senyum di wajah Yrene.
"Heran gue, mau-maunya lu berteman sama Ikhsan. 180 derajat bedanya." Kali ini, Nina yang menimpali.
Virsa, salah satu teman Yrene yang tampak tomboy karena jago berolahraga dan sering menindas para musuh-musuh geng mereka angkat bicara menimpali.
"Kalau dia bukan temen lu, Rene, Udah gw smackdown tuh anak!"
"Kapan sih berubahnya dia tuh? Gak bosan lu temenan sama dia?" Tanya Adel, gadis dari kelas sebelah yang sering ikut bergabung ngobrol dengan Yrene, Nina, Virsa dan Tania.
"Punya pacar dulu kali baru berubah tuh anak. Biar punya malu." Jawab Yrene asal.
"Hah? Emang ada yang mau gitu jadi pacarnya si Ikhsan?" Tanya Tania sengit. Ia lalu tergelitik untuk menanyai Yrene. Tania menarik nafas dalam-dalam dan mulai memancing pertanyaan lain.
"Jangan-jangan lu mau lagi jadi pacarnya Ikhsan?!" Tebak Tania dengan niat awal iseng saja.
Yrene hanya mengangkat bahu, dan reaksi itu justru membuat teman-temannya bergidik risih membayangkan Yrene jadi pacar Ikhsan.
Jauh dilubuk hati, Yrene sudah jatuh cinta pada Ikhsan sejak pertama kali bertemu diacara MOS SMP dahulu sekali.
Cintanya cinta monyet. Saking monyetnya, ia sangat malu mengakui.
Tapi monyet cinta Yrene terus bergelantungan disekitar persahabatannya dengan Ikhsan.
Entah kapan monyet itu minggat dan kabur, tapi Yrene selalu dengan senang hati memelihara monyet cintanya. Hingga sang monyet besar dan berat lalu jatuh dikepala Ikhsan.
Agar Ikhsan sadar, Yrene butuh lebih dari persahabatan.
***
Adel kembali kekelasnya saat bel berbunyi. Anak-anak lain tampak belum sepenuhnya duduk memenuhi kursi masing-masing. Adel memang lebih suka mengobrol di kelas sebelah. Bergabung bersama geng terkhusus dengan Yrene di dalamnya, membuat geng itu terkenal dengan anggotanya yang cantik-cantik. Otomatis ini menaikkan pamor sosialnya di sekolah.
Ia mendapati Maya, teman sebangkunya sedang membaca majalah sekolah.
Ah, Maya. Maya juga merupakan salah satu orang yang mendongkrak pamornya. Duduk disebelah gadis cerdas yang masuk dalam tim elite jurnalis sekolah. Ia bahkan mendapat banyak sekali kabar baru dan hangat perihal apa-apa yang terjadi di sekolah lebih awal dari anak lain berkat Maya. Pokoknya, Maya menjadi teman yang sangat berharga untuk Adel. Sebaliknya, Adel justru tidak pernah keberatan jika ia harus membantu Maya dengan meminjamkan catatannya saat Maya harus skip mata pelajaran karena izin dari kelas.
Adel mendapati Maya sedang asik sendiri menundukkan kepalanya ke meja. Ia tampak sedang membaca majalah sekolah yang baru terbit untuk bulan ini. Merupakan kebiasaan Maya untuk berkali-kali membaca tiap lembar majalah buletin. Kata Maya, aktivitas itu akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas performa majalah sekolah mereka. Biasanya mereka ada kegiatan review majalah yang telah terbit sepulang sekolah.
Saat Adel melirik ke majalah tersebut, ia malah bergidik.
"Ih, itu kan si Ikhsan! Ngapain dia majang di majalah sekolah?"
Maya memberikan majalah tersebut pada Adel. "Lu kenal?"
Adel mengangguk sambil mulai membaca tulisan Maya dengan cepat. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri. Sejenak ia cukup terkejut juga membaca profile Ikhsan. Tak menyangka bahwa Ikhsan bisa punya prestasi selain selalu meminjam PR dan merepotkan Yrene.
Maya meletakkan tangannya di pipi lalu menyandarkan sikunya di meja. Sambil menoleh ke arah Adel yang masih memperhatikan foto Ikhsan dimalah, Maya membuka mulutnya.
"Ceritain tentang dia dong?"
Adel sontak memicingkan matanya menatap Maya curiga.
"Ntar, gue kenalin ke kembarannya. Si Yrene dari kelas sebelah, dia sih udah kaya kakaknya si Ikhsan. Kalau bisa minta jajan ke Yrene, bakal minta juga kayaknya dia mah" celoteh Adel.
Maya hanya tersenyum mendengar apa yang Adel sampaikan. Ia belum berharap apapun.
Ikhsan belum menjadi seseorang yang berarti baginya. Tapi, hatinya mulai suka berbicara sendiri membahas nama Ikhsan.
Hey, Ikhsan. Aku gak keberatan kalau kamu minta jajan ke aku.
Jajan bareng aja ya? gumam Maya sambil tersenyum geli.
Hi pembaca yang baik 🙋
Dukung kisah ini terus berlanjut dengan berikan like, vote dan komentar ya 💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Uya Memang Surya
kisah kasih di sekolah😁
2021-11-15
0
Fita Gray
lanjut lanjut bacaaaa
2020-09-04
1
Sihafa🌥
ini th lagi flashback
2020-08-09
0