Jam menunjukkan pukul 02:55 Siang. Matahari masih memancarkan sinarnya yang panas namun mulai mereda sedikit. 5 menit lagi seluruh aktivitas ektrakurikuler biasanya akan dimulai.
Disebuah ruang perpustakaan sekolah, tampak seorang gadis dengan rambut yang dikuncir kuda. Ia seperti sibuk memainkan tape recorder miliknya. Mencoba merekam suranya sendiri dan mendengarkan rekamannya kembali. Setelah puas, ia tersenyum dan melipat tangannya. Dari gantungan lanyard dikerah baju SMA-nya, terlihat sekilas nama gadis itu.
Kartika Kancanamaya
(Reporter) Majalah Dinding SMA.
Gadis itu tiba-tiba melambai kearah jendela. Ia menyadari kehadiran anak laki-laki yang mengintip dengan bingung.
"Ikhsan!" Sahut Maya sambil tersenyum.
"Eh, May. Hehe sori telat"
"Gakpapa, sini duduk. Kita mulai ya" Ucapnya tangkas sambil menepuk tape recorder, memberi sinyal pada Ikhsan bahwa percapakannya direkam.
Ikhsan Al-Hakim, baru saja jadi trending topik disekolah itu.
Setelah akhirnya terungkap bahwa ternyata, diam-diam Ikhsan adalah fotografer yang sangat berbakat.
Beberapa karyanya sudah laku terjual disitus online fotografi, dan beberapa foto melanglang buana dimajalah maskapai terbesar di Indonesia.
Maya mengenal Ikhsan dari seorang kakak senior di tim elite jurnalisnya. Rencananya, sosok yang akan mengisi edisi profile bulan depan adalah Ikhsan. Maya masih ingat pertama kali ia dikenalkan pada sosok Ikhsan. Sang senior hanya menunjukkan Ikhsan dari koridor ruang ekstrakurikuler disebuah pagi yang akan selalu Maya kenang.
"May, gue sibuk banget. Lo cari aja yang namanya Ikhsan Al-Hakim di kelas 1.1 ya. Lantai 2 paling pojok ruangannya!" Ujar sang senior sambil berjalan cepat menuju kelasnya sendiri.
Sebenarnya Tara kasihan juga sama Maya sebagai junior didikannya sudah harus meliput profil sendiri. Tapi ada daya, Tara ada urusan yang sangat penting. Lagi pula, profil yang Maya akan liput adalah profil anak kelas 1 juga. Tidak akan menimbulkan masalah yang cukup berarti.
"Yah Kak Tara, kok gitu sih? Udah janji juga!" protes Maya.
"Eh bentar, lo liat itu! Itu Ikhsan!" Tara menghentikan langkahnya mendadak saat tiba-tiba mendapati sosok anak lelaki yang sedang ia dan Maya bicarakan.
Maya mengikuti arah pandang Tara ke lapangan basket sekolah. "Mana sih?" tanya Maya, manik matanya bergerak-gerak seolah mencari seseorang. Padahal dia pun tidak tahu visual Ikhsan seperti apa.
Tara mengangkat tangannya dan Maya mengikuti arah telunjuk Tara.
"Itu!" Ujar Tara, Ia menolehkan kepalanya ke arah Maya. Juniornya itu tampak kesulitan menangkap sosok yang dimaksud Tara. Dengan kesal, Tara akhirnya memanggil Ikhsan dengan berteriak.
"Ikhsan! Woi! Ikhsan!" Tara berteriak kencang sampai membuat Maya menutup telinganya. Semua pandangan kini mengarah pada Tara dan Maya.
Kemudian, dari kejauhan di tengah lapangan tampak seorang anak laki-laki berjalan ke arah Tara dan Maya dengan ekspresi muka yang bingung.
"Ada apa kak?" Tanya anak yang dipanggil dengan nama Ikhsan itu.
Tara memastikan lagi bahwa anak ini benar target wawancara mereka. "Ikhsan Al-Hakim?" Anak itu mengangguk.
Tara kemudian mengalihkan pandangannya pada Maya dan menepuk pundak juniornya itu.
"Udah ya, lo urus sendiri mulai dari sini. Kalau udah dapat bahannya kirim ke email gue, nanti gue review sebelum masuk layout. Bye, May!" Tara langsung kabur secepta kilat melepaskan dirinya dari Maya yang setengah kesal karena Tara mendadak membatalkan janjinya untuk mewawancarai Ikhsan bersama.
"Ada apa?" Tanya Ikhsan berganti pada Maya.
"Hai, gue Maya. Dari tim jurnalis majalah sekolah. Kita tertarik untuk liput berita tentang kabar lo yang punya penghasilan dari hobi fotografi lo." Maya mengulurkan tangannya.
Belum sempat tangan Maya dijabat oleh Ikhsan, sebuah pantulan bayangan bulat perlahan muncul di wajah Maya. Itu, adalah bola basket yang melayang sembarangan dari arah lapangan. Dengan sigap Ikhsan menangkap bola itu tepat sebelum bola itu menghantam kepala Maya.
"Hup!!" Tangan Ikhsan lalu melempar kembali bola ke arah lapangan. Maya masih meringkuk memegang kepalanya sambil menutup mata ngeri.
"Hey, Maya! Udah aman, bolanya udah balik ke lapangan." Ujar Ikhsan sambil mengulurkan tangan untuk membantu Maya berdiri tegak kembali. Dibelakang mereka beberapa orang bersiul.
"Cieee! Udah kaya FTV dah lo, San!" Sahut salah seorang diantara mereka. Namun, Maya dan Ikhsan tidak menggubris.
Maya membuka matanya dan melihat tangan Ikhsan terulur. Maya menyambut tangan Ikhsan yang langsung menggenggam tangannya dengan erat. Ikhsan lalu tersenyum. Senyum yang membuat mata Maya terkunci.
Krrriiinggg!
Bel jam masuk kelas pagi sudah berbunyi.
Dengan cepat, Maya mengeluarkan pena dan kertas dari saku rok nya.
"Gue nanti hubungi lagi ya nomor Hp lo buat janjian schedule wawancaranya." Ucap Maya, seolah tahu bahwa Maya ingin mencatat nomor ponselnya, Ikhsan segera menyebutkan nomor miliknya.
Usai mencatat, Maya dan Ikhsan berpisah ke arah kelas masing-masing. Tapi sedetik kemudian, Maya membalikkan tubuhnya.
"Thank you, yang tadi San!" Teriak Maya pada sosok Ikhsan yang hanya terlihat punggung. Anak lelaki itu hanya tersenyum dan melambai. Ada bunga yang tumbuh di hati Maya remaja.
***
Dengan angin sore yang menemani percakapan mereka, Maya sangat menikmati keseluruhan cerita yang Ikhsan utarakan.
Malu-malu Ikhsan mengakui dalam wawancara itu bahwa dirinya hanyalah iseng belaka yang akhirnya menjadi serius setelah tau bahwa hobinya dapat menghasilkan pundi-pundi uang.
Maya yang mendengarkan terkekeh-kekeh sebab cerita Ikhsan begitu terkesan asal-asalan tapi nyata.
"Jadi, uang pertama penjualan foto dapat berapa tadi?"tanya Maya kembali.
"Seratus ribu, hehe"
"Dipakai buat apa?"
"Disimpen mau dipamerin tapi terusan uangnya hilang, kualat hehe" jawab Ikhsan sambil cengar-cengir.
Maya terkekeh kembali.
"Abis itu jadi kapok gak mau pamer-pamer, takut kualat malah uangnya hilang lagi" lanjut Ikhsan.
"Oh, jadi itu alasannya diem-diem aja ya?"
"Iya"
Sebelum mengakhiri sore yang menyenangkan itu, Maya harus memotret Nara sumbernya.
Maya meminta Ikhsan bergaya dengan kameranya.
Meski Ikhsan malu-malu dan Maya bersusah payah menjadi pengarah gaya, sesi itu akhirnya selesai juga.
"Oke, sudah selesai nih. Thank you ya san!"
"Bentar" tukas Ikhsan singkat.
Ckrk!
Ikhsan memotret Maya.
"Biar adil, lu punya foto gue, gue juga punya foto lu" tukasnya sambil ngacir dan melambai pergi meninggalkan Maya yang sedang merah pipinya.
Malam itu, Maya mengetik hasil reportase nya.
Setelah selesai, ia mengirimkan bahan itu ke tim cetak dan melampirkan foto Ikhsan.
Sebelum mengirim, ia membuka kembali file foto Ikhsan.
Difoto itu Ikhsan tersenyum dengan lesung pipi yang sangat dalam disebelah kanan.
Ia memakai jam tangan sporty berwarna hitam.
Saat sesi wawancara tadi siangpun, Maya memperhatikan tangan Ikhsan yang sibuk memainkan lampu jam tangannya seperti bocah.
Ia tersenyum gemas mengingat kelakuan Ikhsan.
Setelah tersadar dari lamunannya, jari Maya cepat-cepat mengklik tombol kirim email.
Maya kemudian teringat bahwa dia masih menyimpan nomor Ikhsan.
Jemarinya mulai mengetik sebuah pesan:
San, buat apa foto gue tadi? Hapus Ih.
Setelah mengirim pesan, tak lama Maya menerima jawaban.
Gamau.
"Ih!" Maya kaget tapi tersipu. Apaan sih nih cowok, gumamnya.
Serius gue. Gue moto elu kan buat bahan majalah.
Lah foto gue buat apaan, nakutin kecoak rumah lu?
Maya kembali menerima balasan.
Lah, elu kan ga jelek. Mana takut kecoa di rumah gue.
Pipi Maya semerah tomat saat membaca balasan dari Ikhsan.
Gue ga jelek? Cantik gitu? Dih nih anak, gumam Maya.
Tapi detik berikutnya Maya bingung mau membalas apa.
Ia ingin terus berbalas pesan dengan Ikhsan tapi ragu untuk membuka topik lain.
Maya mengigiti bibirnya.
HP nya kembali berbunyi tanda pesan masuk.
May, lu udah punya cowok belum?
Dahi Maya berkerut.
Iseng, Maya membalas: Udah, kenapa?
Padahal sih Maya masih single aja tuh.
Oh, yasudah. Gue udah hapus foto lu.
Sori ya, hehe iseng doang gue.
Jangan kaduin gue ke cowok lu ya.
Gue udah gak nyimpen foto lu kok.
Good night, Maya.
Maya menepuk jidat dan langsung menyesali keputusannya untuk iseng.
Tapi, sudah terlanjur. Malah sekarang Ikhsan langsung menyudahi percakapan mereka malam ini.
Maya berbaring ditempat tidur dan menutup mukanya dengan selimut.
Ia galau.
Tapi senang bisa kenal lebih dekat dengan Ikhsan yang ternyata menggemaskan.
Tapi kembali galau, sudah salah langkah iseng gak karuan.
Halo, pembaca yang baik 🙋
Dukung karyaku dengan like dan berikan komentar ya 💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
🍭aiNa_SAN🦭
coba kalo bilang blm punya pacar.. kan bisa lanjut 😬
2022-03-05
0
Uya Memang Surya
wah maya salah langkah
2021-11-15
0
hokitoki
masih kurang paham awalnya udah percakapan sm maya sm ikhsan baca lagi taunya di kenalin sm temennya ya ampun mohon maaf bgt thor.apa emang aku nya yg kurang fokus ya
2021-06-27
0