...快樂閱讀~~...
...Happy Reading's~~...
...Selamat Membaca~~...
...........
..........
.........
“Da Wang, Wang Zi sudah mati terbunuh, tak ada yang mampu menghalangi jalan kita. Tepat Liang tian kita harus menyerang negeri Zhang, kita harus memperluas wilayah Ru," ujar kasim dengan antusias.
Liang tian\= dua hari kedepannya
“Yaaa benar, tepat Ming tian Chu you kita akan menyerang, dan dimana mayat kedua bocah dungu itu" ucap Di Lang dengan menggertakan giginya.
Ming tian Chu you\= keesokan hari pada jam 5-6 sore hari
“Sudah dibakar Da Wang, Semua sudah dibakar habis bersama dengan kemunafikan nya”.
“Bagus bagus, lekas susun strategi untuk menyusup ke markas mereka," papar Di Lang menggenggam kedua telapak tangannya.
“Baik Da Wang”.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Keadaan gunung yang sudah sunyi ditambahkan dengan keheningan dua bocah manusia ini, yang saling melatih energi qi nya untuk mempersiapkan diri.
Hawa ruangan kamar begitu memadat dari kedua energi qi yang saling berpadu, Konsentrasi yang dipusatkan dalam pikiran begitu lancar tersalurkan.
Dengan fisik kedua manusia yang sudah melampaui, mereka bersiap untuk melenyapkan Biang Kerok yang selama ini menguasai istana Ru.
Dengan berbagai rancangan taktik yang sudah dipersiapkan dan ramuan obat penyembuh luka dalam yang sudah terserap dengan sempurna. Kedua pemuda itu tak lengah, masih meningkatkan ilmu pedang kembar Gan Jiang Mo Ye dengan serangan rahasia yang baru saja mereka tekuni.
“Wei Di, Apa kamu yakin kita akan sanggup melerai perang esok?” ujar Jie yang duduk bersebelahan dengan Wei Heng.
“Apa kamu takut?” tatapan seringai dari Wei Heng.
“Seorang Ksatria tidak akan merasa cemas dalam hal memperbaiki kesalahan” ujar Wei Heng memberi kritikan.
Jie Ru yang masih merasa bimbang dengan kegundahan hatinya untuk menyelesaikan peperangan yang terjadi pada esoknya, Sebab ia adalah putra mahkota yang selalu berdiam diri yang baru saja mengenal dengan dunia perang. Meskipun ia memiliki ilmu qi yang cukup kuat, Bukan berarti ia adalah seorang yang menyukai hal berbau pertarungan.
“Jangan merasa risau, Masih ada aku," ujar Wei Heng menenangkan kegundahan hatinya, yang dibalas dengan senyuman hangat Jie Ru.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Tepat jam menunjukkan waktu Chuyou, begitu juga dengan Tombak, Panah, Bala api, Kuda dan Pasukan khusus yang siap menggempur siapapun yang bertindak duluan, Udara makin memanas dari Bola Api yang dipanaskan dalam Perunggu bola api yang berwarna hitam.
Negeri Zhang begitu ramai bukan maksud untuk bernegosiasi, melainkan untuk menggempur pergeseran nama wilayah. Pasukan Ru yang sudah bersiap sedari tadi yang sudah berkehendak untuk meluncurkan bala api dari bawah istana Zhang.
“Apa perlu dengan cara laknat seperti itu, istana Ru ingin melengserkan wilayah Zhang," teriak Kaisar Zhang He Tian dari atas sisi perbatasan istana.
“YAA, Apa mungkin kalian menyerahkan dengan sendirinya wilayah Zhang sebagai kekuasaan kami," balas Di Lang yang menduduki kuda tunggangannya dan berada di posisi paling depan dengan baju perangnya.
“LAKNATTTT… TAK AKAN KUSERAHKAN WiLAYAHKU MESKIPUN HANYA SEPARUH DARI ISTANAKU," teriak Zhang He dari atas.
“Ohh… kalau begitu jangan salahkan negeri Ru yang akan menggempur habis-habisan istana mu ”.
SHAAAA!!!!, Lontaran keras yang keluar dari mulut Di Lang,
Prajurit perang Ru mulai melepaskan bola api yang sudah membara menerjunkan dalam istana Zhang.
Sha\= bunuh, berantas, basmi, binasakan.
Tembakan panah dari negeri Zhang juga tak kalah banyak memakan banyak korban jiwa prajurit Ru. Pertarungan yang begitu hebat terjadi pada istana Zhang. Para kaisar yang semakin menginstruksikan taktik yang direncanakan sebelumnya.
Negeri Zhang sudah bagaikan neraka penuh api , anak panah melayang dari kedua sisi pihak musuh. Pengeboman dari pihak Zhang juga ikut diluncurkan dari atas, alhasil begitu banyak korban jiwa yang tak kalah banyak.
Pendobrakan pintu gerbang utama istana Zhang dibabat habis dengan sepotong kayu besar yang masih menerjang maju mundur kearah pintu gerbang yang ditahan oleh ratusan prajurit Zhang dan ratusan pasukan Ru memanjat dinding-dinding istana dengan tali dan tangga.
Pasukan perang kuda juga ikut menggencar dan bertempur habis-habisan diluar istana dengan tameng dan baju besi yang menempel lekat ditubuh pasukan.
Pembantaian dan pelengseran perang masih berlanjut, tanpa adanya kedua pemuda gunung yang menindaklanjuti. Kemanakah mereka saat ini? Mengapa tak ada ditengah kekacauan ini.
*Flashback on
Wei Heng dan Jie Ru bergegas menunggangi kuda yang hendak menyelesaikan pertikaian antar dua negara, menuruni gunung dengan langkah kuda yang begitu cepat, yang kebetulan berpapasan dengan pembunuh yang terjadi kemarin malam.
“Eiii… Wei Heng, Jie Ru bagaimana bisa mereka masih hidup," Suara pemuda yang membunuh Wei Heng pada malam festival kemarin.
Segera Xue Yang mengejar kedua pemuda itu dengan tunggangan kuda yang tak kalah cepat, Dengan sergap Xue Yang menghentikan langkah kaki kuda Wei Heng dan Jie Ru.
HIIKKKIKKKKIKKKKK, Suara kuda yang begitu melengking hingga membuat Wei Heng dan Jie Ru membalikkan arah kudanya.
“Bajingan Kecil, Hebat juga, ternyata kalian tidak mati."
“Minggir kami tidak punya banyak waktu untuk meladeni mu," bentak Wei Heng dengan tergesa-gesa.
“Hahaha… nyawa kalian adalah masalahku, Jika kalian tidak mati jangan harap bisa keluar dari gunung ini," ujar Xue yang yang mulai menyerang kedua pemuda yang ada dihadapannya.
Pertarungan antar ketiga pemuda ini masih terus berlanjut dengan Xue Yang yang masih menggunakan pedang nya untuk membekap Wei Heng dari belakang.
“AWASS”, teriak Jie Ru dengan melampiaskan pedangnya untuk menjauhkan pedang Xue Yang dari punggung Wei Heng.
“Hahaha masih taktik yang sama tak akan berguna bagiku," gelak Wei Heng yang sekejab berada di posisi belakang Xue Yang dan dengan cepat Wei Heng melayangkan pedangnya di punggung dan bahu Xue Yang.
Alhasil Xue Yang jatuh terkapar dengan muntahan darah tetapi masih bernyawa. Sedikit goresan menyertai wajah bengis nya. yang selama ini, ia tidak tahu sudah berapa kejahatan yang ia perbuat.
“Jurus apa yang kau gunakan?" Tanya Xue Yang dengan darah yang masih menempel di sudut bibirnya.
“Pembelah Jiwa dan Raga, Tanpa kau sadari yang hendak kau basmikan adalah bayanganku dan Sebenarnya ragaku sudah berada di belakang tubuhmu," ujar Wei Heng.
“SIALAN ,Ternyata kau bersembunyi untuk mengelabui" teriak Xue Yang dengan suara yang mulai melemah.
“Tak akan kuberi ampun”, ujar Xue Yang hendak bangkit dari tergeletak nya.
Xue Yang yang masih tak puas dengan kekalahannya. Dari balik tangan nya, Ia mengeluarkan energi qi penghancur raga seperti yang ia lakukan pada pak tua itu. Tapi sebelum itu.
SLASHHHH, Seringai pedang yang menancapkan hunusnya ke tubuh Xue Yang yang mulai membidik curang, alhasil Xue Yang jatuh tergeletak tak bernyawa.
“Sudah kubilang nyawa akan dibalas dengan nyawa, Dan tahun depan adalah hari peringatan kematianmu, Sampaikan kesalahanmu kepada raja neraka," ujar Jie Ru yang menancapkan kembali pedang penuh darah dalam sarungnya.
Sembari kedua pemuda itu melanjutkan perjalanan menuruni gunung.
*Flashback off
Perperangan yang masih begitu sengit, gerbang istana Zhang yang sudah dibobol habis dengan kayu besar, Mayat berlimpah baik dari sisi kanan maupun dari sisi kiri, Kini bau amis tercium begitu menyesakkan paru-paru.
Di Lang dan Kasim belum turun tangan untuk memegang pedang yang ada di saku mereka, Hanya sebuah instruksi yang mereka perintahkan dan rencana taktik yang sudah menjadi bekal perperangan.
Pasukan prajurit Ru semakin menipis, Lantaran penguasanya hanya duduk diam di kuda tunggangannya tanpa menggerakkan badan sekalipun, Hingga kasim merasa bala pasukannya banyak yang terbunuh sudah tentu ia yang harus tangan sendiri.
Ia memanggil roh iblis yang keluar dari tubuhnya. Awan hitam menggempur istana Zhang, Begitu banyak roh-roh iblis yang menyeruak bertebaran menghisap energi qi dari pasukan Zhang dan seketika banyak prajurit yang tergeletak, bahkan mati pucat dengan mata terbuka.
Kaisar Zhang begitu terkejut, dengan mendadak adanya Roh Iblis yang dipanggi. Meski begitu, langit yang tadinya gelap tiba-tiba berubah menjadi terang.
Seorang Kakek Tua yang terbang melayang diatas langit dengan mengambil sebuah kantong kain memasukkan roh iblis tersebut dan dikunci dengan mantra pengikat.
“Siapa Kau Bedebah Tua?" teriak Kasim yang masih diatas kuda.
“Saya Leluhurmu," ujar Kakek tua yang ialah Kakek Dewa itu.
“KURANG AJAR!!! Berani sekali kau menentangku," Kasim mengeluarkan pedang nya melayang keatas langit dan bertarung dengan Kakek dewa.
Pertarungan dibawah juga masih terus berlanjut tanpa memperdulikan pertarungan antara dewa dan monster iblis yang masih berujung di atas langit.
"GEMPUR PASUKAN ZHANG DENGAN TANAH! JANGAN DIBERI AMPUN! SHAAAA!!!" teriak Di Lang layaknya memberi perintah.
Tak sampai disitu, Kedua pemuda berkuda memberhentikan kudanya tepat di tengah- tengah pertarungan, Wei Heng yang melihat begitu banyak mayat dan serangan menjadi begitu khawatir akan menambah korban tak bersalah. Hingga ia, menarik energi qi dengan membuat bola perlindungan yang begitu besar dengan sinar merah gang terang benderang, menyelubungi dirinya dengan Jie Ru yang ada disebelahnya.
“HENTIKAN PERTARUNGAN INI!!!" teriak Wei Heng dari bawah istana dengan plat naga emas kaisar yang ada ditangannya.
“Siapa dia? Mengapa mirip persis dengan Da Ge, Tak mungkin saya salah melihat," gumam Di Lang kemudian menunggangi kudanya untuk menempuh jarak yang lebih dekat.
”KUBILANG HENTIKAN PERTARUNGAN INI! APA KALIAN TIDAK MENDENGARKAN KU!!!" teriakan kembali dari mulut Wei Heng.
Seketika perperangan itu berhenti dan pasukan prajurit Ru menundukkan diri dengan berlutut satu kaki dan ujung pedang nya ditancapkan dalam tanah sebagai tanda penghormatan ketika melihat plat emas naga kaisar yang berada di tangan Wei Heng.
“Hormat Da Wang," salam penghormatan dari seluruh pasukan Ru.
“Apa-apaan ini, Siapa kau sebenarnya? Dengan beraninya kau menyamar sebagai Da ge dan bagaimana bisa plat emas naga bisa ada ditanganmu?" ucap Di Lang menodongkan pedang kearah Wei Heng.
“Hahahahaha siapa saya? Seharusnya pertanyaan mu adalah sebenarnya siapa kasim mu itu," Tanya balik dengan Di Lang.
“Saya tidak mati, kemampuan kalian masih begitu rendah, tak akan sanggup menandingi ku," ujar Wei Heng membalas ucapan Di Lang.
Di Lang yang diselimuti ketakutan dan berkata “Ta-tapi bukankah mayat kalian berdua sudah dibakar oleh Huanguang”.
“Hahaha mayat siapa yang kalian bakar, itu mayat dari kedua anak buah Xue Yang yang jatuh ke jurang dan Kami menggunakan jurus Pembiasan Wajah mengubah mereka menyamai bentuk fisik kita Hahaha begitu bodoh," tawa ledek Jie Ru.
“BEDEBAHH," Di Lang mengambil pedangnya terbang kearah mereka berdua.
Pertarungan antar pasukan sudah dihentikan, tetapi pertarungan antar saudara terjadi begitu saja. Dengan Di Lang yang juga menguasai ilmu qi, Tapi kalah cepat dengan qi Wei Heng yang sudah mengalami tempaan besar.
Sebelum Wei Heng dan Jie Ru menyerang Di Lang untuk yang kedua kalinya, tubuh Kasim jatuh dari atas langit hingga membentuk sebuah Monster Iblis tanpa kepala dengan bentuk yang menyerupai Anjing besar Hun Dun.
Bentuk asal dari Kasim adalah seorang monster iblis.
Yang kemudian disusul kakek dewa yang ikut turun dari langit.
Semua perhatian jatuh pada monster iblis yang masih bernyawa tetapi sudah lemah, Kakek Dewa membuka kantong keduanya dengan menyerap Hun Dun masuk kedalamnya, dan seketika pikiran dan emosi Di Lang kembali seperti semula.
“Apa yang barusan terjadi?" ujar Di Lang memegang kepala dan menyadarkan isi pikirannya.
"Kau baru bangun dari mimpimu," ujar Jie Ru
“Huanguang diistana adalah seekor monster iblis yang menjelma menjadi orang kepercayaan Da Wang, ia adalah monster yang dapat mempengaruhi pikiran manusia untuk kearah jalan yang sesat dan benci dengan hal yang baik, Hun Dun bisa masuk ke istana Ru sebab kaisar dan permaisuri yang begitu baik dan bijaksana atas rakyatnya, maka ia tak puas dengan itu, hingga ia menjelma menjadi seorang pengemis dan meminta belas kasihan yang sudah ia tahu jika mendiang kaisar akan membantunya," penjelasan dari penatua hingga panjang lebar.
“Kantong Hun Dun saya serahkan pada Wang Zi untuk ditindaklanjuti," ujar penatua.
“Baik, Terima kasih Shan shen," ujar keceplosan dari mulut Wei Heng.
“Shan shen?” Tanya Jie Ru dengan ekspresi bingung.
“Hahaha iya Haizi saya Shan shen," ujar Kakek Dewa kembali pada penampilan yang sebenarnya, dengan tongkat kayu sakti yang ada ditangannya serta sinar kebajikan yang ada dikepalanya.
Kaisar Zhang, Di Lang serta seluruh prajurit istana beserta Jie Ru juga ikut menyembah berlutut di hadapan Dewa Gunung, Sedangkan Wei Heng hanya mengedipkan sebelah matanya.
“Terima Kasih Shan Shen, Terima kasih," Sembah seluruh isi manusia yang masih setia di posisinya.
“Hahahaha”.
“Wei Heng, Haizi, Semuanya saya pergi dulu, Tugasku disini sudah lunas Zaijian," ujar kakek yang mulai menghilangkan dirinya ke ujung langit dengan mengibaskan tongkat saktinya.
Zaijian\= ucapan selamat tinggal, salam perpisahan
“Wei Heng? Siapa Wei Heng?” ujar Di Lang menanyakan pada mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Duajie
ceritra yg bagus dgn gambaran peristiwa dan tokoh ala komik...namun akan lebih sempurna seandainya pemaparan ditingkatkan karena masih banyak penggunaan kosa kata yg belum pas....!👍🙏
2022-01-28
0
Restviani
sepertinya, mulai ketauan nih...
lanjut...!
2021-07-31
1
triana 13
lanjuy
2021-07-21
0