...快樂閱讀~~...
...Happy Reading's~~...
...Selamat Membaca~~...
...........
..........
.........
Sebuah pencarian yang membuahkan hasil, Dari segi Ru Xiang begitu bahagia. Sebab, kehadiran seorang teman yang akan membantunya mengubah dunia istana. Putri mahkota yang begitu riang keluar dari paviliun kemegahan pemuda dengan manik mata berwarna biru langit.
“Da Ge ingat pesanku… Jangan lupa, Ingat ya ingat," lontaran kata putri itu menegaskan sembari ketawa.
“Hahaha baik Xiao Mei," jawab Wei Heng dengan meratupkan jempol keempat jarinya dan merapatkan ke samping keningnya sebagai tanda hormat.
Xiao Mei\= adik perempuan
Wei Heng berjalan keluar dari kediamannya dengan hendak mencari jiwa kebahagiaan nya, dengan melewati taman bunga indah yang disertai makhluk bersayap yang saling berkejaran, mentari yang begitu menyejukkan hati dengan sinar yang memancarkan seisi taman ini. Tampak tak jauh darisana, ia melihat seorang wanita yang mengubah penampilannya menjadi lebih elegan dengan rambut yang dibelah menjadi dua sekaligus, perhiasan anting yang melekat sempurna.
Tatkala sedang merenung dengan menyandarkan lengan tangan nya di meja porselen dengan motif bunga persik gabungan warna biru langit yang berada di taman.
Tak jauh dari sana Wei Heng juga mendapatkan seseorang yang ikut mengintai wanita itu.
Di Lang sedang apa dia… ternyata benar apa yang diucapkan oleh Ru Xiang, pikir Wei Heng dalam hati.
“Afei sedang apa dirimu? Tak baik seorang wanita melamun sendirian," ujar Wei Heng seraya berjalan kearah Chen Fei.
Dengan tanda berupa kedipan mata dari Wei Heng, Chen Fei mengerti maksud dengan pertanda itu, jika dibelakangnya masih ada pengintai yang memergoki mereka di balik tembok taman.
“Enggak…Saya sedang memikirkanmu, Sayangku…" tutur Chen Fei dengan senyum manisnya.
Sialan… mengapa dia berbicara seperti itu, untung saja untuk meloloskan sandiwara ini, jika tidak sudah kubungkam mulutmu.
“Ohhh… Baiklah sayangku, Jangan terlalu melamuni diriku nanti kamu makin menyukaiku," gombalan terpaksa yang keluar dari mulut Wei Heng.
Dibalik tembok taman itu, Seseorang yang ikut mengintai kedua manusia ini sudah begitu kesal. Ingin rasanya ia mencabik mulut dari Wei Heng, mengepalkan tangan sampai jari kukunya memutih. hingga ia pergi meninggalkan kedua manusia itu, sebab tak kuasa mendengar gombalan yang dilontarkan dari kakak pertamanya itu.
“Mengapa dia ada disini?" tanya Chen Fei.
“Apa kamu tidak merasa ada yang aneh selama kamu berada di sini," timpal Wei Heng.
“Iya saya cukup risih dengan pandangan Di Lang dan saya merasa di sudut manapun tetap ada seseorang yang mengintaiku, apakah itu semua ulahnya?” maksud yang ditujukan adalah Di Lang.
“Iya, apa yang diucapkan Ru Xiang ternyata benar”, Kamu harus lebih berhati-hati, Panggil aku jika kamu dalam kesulitan," ujar Wei Heng.
“SIAPPPPP".
“Ohhh Yaa... kemana perginya si perusuh itu," maksud Wei Heng adalah teman kebahagiaannya.
“Tadi saya melihat nya berjalan ke aula," ujar Chen Fei.
“Untuk apa dia kesana?" sembari berjalan keruang aula.
"Entahlah, mungkin sedang menggoda pelayan istana."
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
“Heiii apa yang kamu lakukan disini," ujar Weiheng ketika melihat Jie Ru sedang bersembunyi di balik tiang tembok berartefak naga itu dengan gaya yang sedang mengintai seseorang.
Chen Fei yang begitu jahil menganggu Jie Ru yang sedang melakukan penyelidikan "Mana pelayan istananya?"
“Shuttt… Diamlah, Kalian lihat siapa itu?" ucap Jie Ru menunjuk kecil kearah tiga manusia yang sedang berbicara kecil.
“Siapa… Dimana batang hidung nya, Saya tak nampak," ujar Chen Fei yang juga ikut menimpali.
“Bodoh, Lihatlah baik-baik dengan kedua bola matamu," ucap Jie Ru kesal.
Terlintas dalam pikiran Wei Heng ketika melihat seorang pemuda berparas licik yang sedang berbicara dengan kasim itu, Seketika penggalan ingatan itu kembali dalam benaknya, pembunuhan dari gubuk pak tua yang diyakini adalah pemuda bertopeng itu, Sebab dari segi mata yang sipit dan alis yang tebal sangat menunjukkan jika dialah pembunuh bayaran dari kasim bahkan dari kain pakaian yang begitu mirip dengan potongan bukti pak tua.
“A Ru… dialah pembunuh Da Shu," ujar Wei Heng yang mendadak emosi ketika memikirkan kembali kejadian itu.
“APAAAA…. JADI DIA PEMBUNUHNYA!!" geram pemuda berwibawa itu yang hendak segera berjalan ke ruang aula.
“Tidak tidak A Ru... Jangan pergi kesana, jangan terburu-buru, Sabar kita harus persiapkan strategi, Jika tidak kita hanya akan mati sia-sia," ujar Wei Heng.
“Apa!! kenapa masih harus menunggu, jelas-jelas pembunuhnya ada di depan mata. jangan bilang kau tak ingin balas dendam untuk Da Shu ," bentak pemuda itu, sembari meninggalkan kedua manusia yang masih berada diposisinya.
Dikediaman Jie Ru yang tak kalah jauh mewah dari kediaman Wei Heng, Pemuda bermata manik biru itu mencoba untuk menegaskan maksud dari ucapannya.
“A Ru, A Ru, A Ru" panggilan yang tidak ditanggapi pemuda bangsawan itu.
“Apa kamu sanggup mendiamiku?” ledek Wei Heng dengan mencolek pinggulnya.
“ Apaa…"jawab singkat Jie Ru.
“Lepaskan egomu, Coba kau mengerti maksudku dulu," ujar Wei Heng yang masih mengelus pundak Jie Ru seakan induk kucing yang mengelus anaknya.
"Apaaa… Kenapa kita harus menungguku, Jelas-jelas pembunuhnya sudah ada didepan mata, Mengapa tidak langsung bertindak,"
“Tidak, kita hanya akan mati sia-sia. butuh strategi yang cukup untuk menuntaskan pembunuh itu, sebab di penglihatan batin saya. pembunuh nya memiliki qi tingkat tinggi," ujar Wei Heng.
”Apa giok mu tidak mampu mengatasinya?” ucap Jie Ru antusias.
“Saya belum mengetahuinya, Lebih baik kita tetap menetapkan strategi," ujar Wei Heng.
Jie Ru mencoba memahami sekaligus mencerna apa yang disiasati Wei Heng saat ini, sudah beribu-ribu kata yang dilontarkan dari bibir Wei Heng. Kedua manusia ini masih saling mencerna opini dan pendapat yang disampaikan.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Udara begitu panas, begitu menyesakkan seluruh isi ruangan aula, orang yang berpendirian baik mesti akan merasa sesak nafas yang luar biasa ketika mendengarkan perihal yang diucapkan dari mulut lebar kasim. Ia yang memiliki nafsu dan hawa yang begitu besar dengan kekuasaan dan takhta, mencoba menghasut kembali pendengaran Di Lang untuk memperluas wilayah sisi Xibei di negeri Zhang tepat setelah perayaan Chunjie. Memperluas wilayah begitu didukung oleh menteri-menteri lainnya yang duduk di bawah singgasana yang jauh dari kata megah dengan singgasana yang ditempati sang kaisar.
Chunjie\= festival perayaan tahun baru imlek di Indonesia (sebagai malam pergantian tahun)/ festival musim semi di china.
Xibei\=barat laut, arah mata angin
Wei Heng yang menempati posisi tepat disebelah Di Lang, merasa tidak menyukai hal yang berbau dengan perluasan wilayah, sebab jika ini terjadi pastinya perang darah akan kembali terjadi seperti kejadian beberapa tahun silam, dan penduduk yang tidak bersalah itu juga akan ikut menjadi korban dalam peperangan.
Istana yang diduduki oleh menteri penjilat ini, cukup hanya menyetujui permintaan dari kasim iblis ini. Semua yang diperintahkan dari mulut besarnya seakan menjadi titah dari kaisar juga.
“SAYA TIDAK SETUJU!!!" ucapan yang keluar dari mulut pemuda ini.
“Apa yang kamu tidak setujui Da Ge, Bukankah bagus jika negeri Qin memperluas wilayahnya," ujar Di Lang.
“Tidak, Saya tidak setuju bukankah perang ini hanya akan menjadi pertumpahan darah, Apa kamu tidak memikirkan nasib rakyat di luar sana," ujar Wei Heng yang mulai mengeluarkan unek-unek nya.
“Hahaha Apa yang kamu pikirkan Da Ge, Hidup dan nyawa rakyat untuk rajanya, Hidup mereka tidak akan sia-sia jika untuk membantu rajanya Hahaha," ujar Di Lang mengibas-ngibas jubah besarnya.
“Tidak Di Lang… Apa yang dipikirkan oleh otakmu itu, Mengapa hanya omongan tak berguna yang keluar dari mulutmu," bentak Wei Heng yang mulai kesal.
“Jangan kau pikir kamu adalah kaisar di istana jadi saya tak berhak atas pemerintahan, Kamu salah besar Di Lang. kecamkan ucapanku saya berhak atas kebebasan istana ini," tegas Wei Heng yang mengibaskan jubah polosnya seraya pergi dari aula istana itu.
Suasana di dalam aula menjadi lebih mencekam, Ucapan yang dilontarkan dari putra mahkota itu begitu keras, Semua yang diucapkan dari bibir kecil nya sebagaimana mestinya. Jika dirinya tidak menghilang akibat kasus pembunuhan mungkin ialah yang akan menjadi kaisar.
Omongan para menteri begitu tak enak didengar, Semua yang diucapkan hanya berupa kata makian. Harta dan takhta sudah menutup kedua bola mata dari manusia tak berprikemanusiaan itu.
Sikap Wei Heng begitu dibenci oleh seisi istana yang menganggap nya terlalu bodoh, tetapi sebaliknya dengan pendapat dari luar istana, Wei Heng begitu dipuja oleh penduduk biasa yang masih bekerja untuk menyanggupi hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Restviani
mohon maaf Takdir Gintani baru bisa mampir lagi...
lanjut thor...!
2021-07-31
1
Little Peony
Semangat selalu Thor ✨✨✨✨
2021-07-26
1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir nih.semangat lnjut ya
2021-07-24
0