Jangan lupa vote dan sarannya yaa.. Karna saran dan masukkan dari kalian itu penting.. 🙂😊
Silahkan tinggalkan jejak dengan menekan tombol like dibawah agar aku lebih semangat update cerita ini..
Terimakasih sudah membaca ceritaku 🤗
dan jangan lupa beri bintang 5 ya 😚
Jangan lupa baca cerita aku yang lainnya. kisah nyata 🤗
Happy Reading
***
Kurang lebih sekitar dua puluh menit akhirnya Dara sampai di Apertemen Gold Start.
Dara langsung cepat-cepat memberikan ongkos ke pak sopir dan tidak lupa mengucapkan terimakasih ke pak sopir yang telah membantu menyelamatkannya dari tragedi tadi yang telah menimpanya.
Dara langsung berlari masuk kedalam kawsssn apartemebt elit tersebut. Dengan langkah yang terburu-buru Dara menuju ke tempat apartement milik sahabatnya. Sesampainya di depan pintu apartement milik sahabatnya, Dara segera memencet bel pintu apartement. Dan tidak lama kemudian pintu terbuka. Dara langsung menerobos masuk kedalam apartement Rara. Mengabaikan tatapan aneh yang Rara layangkan padanya.
Rara yang melihat tingkah aneh dari sahabatnya merasa heran. Dikuncinya pintu apartement miliknya karena sudah tengah malam.
Dara langsung terduduk lemas dilantai. Akhirnya, Tuhan masih menyelamatkannya.
Rara langsung menghampiri sahabatnya tersebut. "Dara, kamu kenapa?" Tanya Rara dengan heran.
Dara langsung menangis dan memeluk Rara dengan erat. "Ra, keluargaku Ra.. Hiks!" Badan Dara bergetar di saat mengingat tragedi naas yang menimpanya tadi.
Rara yang melihat Dara yang tiba-tiba menangis tergugu semakin merasa heran. "Aku ambilkan minum dulu ya Dara. Kamu harus tenang dulu. Kalau kamu sudah tennag, kamu bisa menceritakannya. Oke?" Ucap Rara berusaha menenangkan Dara yang terus menangis tergugu.
Dara yang melihat Rara yang mau pergi, langsung memegang baju Rara. "Kamu disini saja Ra, aku takut" Dara langsung bangkit dan memeluk erat tangan sahabatnya. Dara tidak ingin ditinggal sendirian. Dara takut.
Rara memilih mengalah. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdebat dengan Dara. "Baiklah, aku tidak akan kemana-mana Dara. Aku disini." Ucap Rara dengan tersrnyum.
Seketika raut wajah Dara langsung berubah tenang. "Ra, semua pintu, jendela sudah kamu tutup dan kamu kunci kan?" Tanya Dara khawatir. Kedua bola matanya yang sembab itu menelisik apartement Rara. Takut jika ada sebuah cela yang membuatnya tiba-tiba ketahuan lalu tertangkap.
"Sudah Dara. Kamu tenang saja. Semua aman." Jawab Rara cepat. Lalu denga lembut tangan Rara mengusap pelan bahu Dara. "Dara, kamu kenapa?" Tanya Rara lembut sambil menatap kedua bola mata sembab sahabatnya.
"Aku.. aku.." Dara menjawabnya dengan suara yang terbata-bata, ketika sekali lagi Dara mengingat tragedi yang menimpanya tadi. "Hikks!" Isak tangisnya mulai terdengar. Dara langsung memeluk erat tubuh Rara. "Aku ngga punya siapa-siapa lagi Ra. Hiks!" Tangisnya semakin pecah ketika Ia mengingat kedua orang tuanya yang sedang tersenyum padanya. Rara tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Dara. Bukankah keluarga Dara adalah keluarga yang sempurna? Ayah dan Ibunya adalah orang yang penyayang dan berhati lembut. Lalu, apa maksud Dara tadi?
"Orang tuaku dibunuh Ra," Lirihnya pelan yang masih terdengar oleh kedua telinga Rara. Pelukan Dara semakin menguat. Rara, terdiam, mematung.
"A--pa maksudmu Dara? Bukankah orang tuamu tidak memiliki musuh. Dan selama ini bukankah hidup kalian baik-baik saja?" Rara sungguh terkejut apa yang Dara bilang padanya. Dara hanya semakin menangis histeris. "Baiklah,kamu istirahat saja, oke. Ini sudah malam. Dan tenang saja disini aman." Ucap Rara berusaha menenangkan Dara. Rara sungguh tidak tega melihat keadaan Dara yang seperti ini. Lebih baik besok saja dirinya bertanya ke Dara. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakannya. Meningat kondisi Dara yang sepert ini.
Dara lantas bangkit dan berjalan sambil dituntun Rara untu menuju kamar. Sesampainya dikamar, Dara lantas berbaring diatas tempat tidur Rara.
Dimatikannya lampu kamar di apartement Rara. Hanya menyisakan lampu tidur sebagai penerang. Setelah itu, mereka berdua tertidur dengan nyenyak menyelami mimpinya. Sedangkan Dara masih terisak dan berusaha menahan tangisannya. Dara masih mengingat kejadian itu. Tuhan aku mohon, jika ini adalah sebuah mimpi, aku mohon bangunkan aku.
***
Sedangkan disisi lain, tampak seorang pria berdiri dengan gagahnya ditengah-tengan sebuah ruangan kerjanya. Dia adalah Sean Crishtian. Senyumnya sedari tadi tidak hilang dibibirnya takkala mengingat gadis tadi yang telah memanfaatkannya dan membodohinya.
Baru kali ini Sean dibodohi oleh seorang gadis. Biasanya dirinya yang membodohi para wanita di luar sana. Sungguh hebat sekali gadis itu.
Padahal tidak ada yang berani mencari masalah dengan seorang Sean. Bahkan tak ada yang berani membodohinya hanya dengan trik murahan seperti itu. Hahaha, tapi dengan mudahnya Sean terjebak oleh tipuan murahan gadis itu! Sean menggeram marah. "Sialan!!" Umpatnya.
Sean tersenyum sinis, entah kenapa Sean semakin tertarik untuk mencari tahu gadis yang telah mempermainkannya itu.
Lalu, ia mengeluarkan handphone miliknya dari celana bahan kerjanya. Dan Sean langsung menghubungi orang kepercayaanya, Roy. Sean langsung berbicara ketika telfonnya langsung diangkat oleh Roy. Suara tegas dan dingin itu langsung keluar begitu saja dari mulutnya. "Roy, tolong cari tau gadis bernama Dara. Cari tau semua tentangnya. Dan periksa semua CCTV ditepi jalan yang telah ku lewati tadi. Dan laporan tetang gadis itu harus berada dimajaku ketika aku sudah bangun nanti. Jika tidak ada, kau tau sendiri bukan akibatnya?" Dengan senyum smirknya Sean berkata.
Di seberang sana, Roy tampak begitu kesal. Bukankah beberapa jam yang lalu tuannya menyuruh dirinya untuk bersenang-senang? Tapi, mau bagaimana lagi. Ini sudah menjadi tanggung jawabnya. "Baik tuan akan saya lakukan"
Sean langsung mematikan sambungan telfonnya. Raut wajahnya yang semula memerah karna menahan amarah langsung terganti menjadi tenang. Sebuah seringai tersungging dibibir tipisnya. Sean begitu senang sekarang. "Aku akan mendapatkanmu litle girl. Tunggu tuan mu."
***
Sinar matahari masuk ke cela-cela jendela sehingga membuat seorang gadis yang tengah tertidur menggeliatkan tubuhnya pelan. Matanya yang indah mulai terbuka dan pandangannya langsung tertuju pada gorden kamarnya.
Kilasan tragedi tadi malam mulai berputar..
Flashback
Tampak seorang gadis yang tengah tertidur pulas. Pukul 20.00, gadis tersebut menggeliat pelan ketika seorang pelayan yang berusia 47 tahun tengah tergesa-gesa memasuki kamarnya.
"Nona.. bangun, kita harus cepat pergi dari sini" dengan suara pelan, Bi Marta yang merupakan pengasuhnya membantunya untuk bangun dari tidurnya.
Dara langsung terduduk, heran. "Tapi Bi, Dara masih mengantuk" dengan nyawa masih terkumpul setengahnya Dara berusaha bangun menuruti keinginan pengasuhnya yang sudah ia anggap menjadi Ibunya sendiri.
Dorr.. Dorr..
Suara tembakan yang terdengar seketika membuat nyawanya langsung terkumpul begitu saja. Matanya langsung terbuka lebar. "Bi,ada apa ini? Kenapa ada suara tembakan? Ayah dan Bunda kemana Bi??" Tanyanya khawatir ketika ia baru mengingat kedua orang tuanya.
"Nanti saya jelaskan non, kita harus pergi dahulu dari sini" Bibi Marta dan Dara langsung keluar kamar dengan mengendap-ngendap. Mereka berdua akan keluar dari rumah ini melalui ruangan bawah tanah yang sudah ayahnya siapkan dari dulu apabila ada sesuatu yang menimpanya sewaktu-waktu.
Ayahnya adalah seorang pembisnis handal dan terkenal. Banyak orang yang memusuhinya bahkan sudah beberapa kali berancana untuk membunuh ayahnya. Hanya karena mereka merasa tersaingi dan iri dengan kekayaan kedua orang tuanya. Padahal, ayahnya adalah orang yang baik dan ramah.
Kini Dara dan Bi Marta sudah berada didepan pintu lorong bawah tanah. Dengan perlahan-lahan Bi Marta membuka pintu otomatis tersebut agar tak menilmbulkan suara apapun.
"Kalian cepat bereskan mayat menjijikkan ini. Jangan biarkan satu orangpun dapat keluar dari rumah ini. Kalian bunuh siapapun yang ada disini. Dan ingat, buatlah peristiwa ini seakan-akan sebuah tragedi pencurian." Suara tegas dari seorang pria itu terdengar di indera pendengaran Dara dan Bi Marta.
Setelah pintu terbuka, mereka berdua langsung masuk kedalam lorong ruangan bawah tersebut. "Nona, ini kalung dari Nyonya. Ini untuk nona Dara."
Dara langsung menerima kalung indah tersebut. Kalung bundanya dari pemberian ayahnya dulu. "Tapi Bi, apa ayah dan bunda baik-baik saja? Kenapa hanya kita berdua disini?" Pikiran negatif mulai menghantuinya. Mungkinkah Ayah dan Bundahnya?? Tidak mungkin kan??! Dara mulai terisak.
"Nona yang sabar ya, mungkin ini memang sudah kehendak Tuhan. Kita tidak bisa menghentikannya. Kita hanya bisa mendoakan tuan dan nyonya. Ikhlaskan ya Nona." Kata Bi Marta lembut sambil mengelus pundak Nonanya yang telah dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri. Dara hanya menangis terisak. Ayah dan Bundanya yang sangat ia sayangi bahkan pelayan-pelayannya yang telah dianggapnya sebagai keluarganya telah mati terbunuh.
Tap.. Tap.. Tap..
Terdengar suara dibalik pintu rahasia tersebut. Lantas Dara dan Bi Marta langsung mempercepat langkahnya. "Kita harus cepat Non. Nona harus cepat melarikan diri. Ingat, Nona harus lolos dan bersembunyi. Di kalung itu merupakan sandi Bank uang simpanan orang tua Nona. Gunakan uang itu sebaik mungkin dan mulailah hidup baru. Pergilah cepat dari negara ini. Nona harus menyelamatkan nyawa nona." Titah Bi Marta.
"Lalu bibi bagaimana?" Dara menatap khawatir Bi Marta.
"Bibi akan baik-baik saja Non. Kita berpencar Non. Nona segelarah berlari kejalan raya. Nona bisa meminta pertolongan ke orang yang melintas disana."
"Baiklah bi. Terimakasih bi" Dara langsung memeluk Bi Marta dengan erat. Mereka menangis sedih. Lalu merekapun berpencar. Mereka berlari sekuat dan semampu mereka. Hingga, pada akhirnya Dara ketahuan oleh seseorang yang menjaga di ujung jalan sana.
"Hei berhenti disana" ucap salah satu orang berbadan besar. Dara langsung berlari dengan semampunya. Ia tak berani untuk menoleh kebelakang sama sekali. Dara terlalu takut untuk melakukannya. Hingga Dara melihat mobil yang melintas, Dara semakin mempercepat laju larinya, dan bertemulah Dara dengan pria berwajah dingin tersebut.
Flashback Off
Dara sekali lagi menangis. Keluarga yang sangat ia sayangi telah habis dibantai orang. Jika Dara melaporkannya, tidak mungkin Dara bisa selamat dari jeratan orang yang membunuh kedua orang tuanya. Yang harus Dara lakukan adalah harus bertahan hidup. Demi Ayahnya, demi Bundanya, demi pelayannya yang menjaganya. "I love you so much ayah, bunda dan bibi." Ucapnya pelan. Lalu Dara langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dara akan memotong rambutnya yang panjang dengan sedikit lebih pendek, dan Dara akan mulai berubah.
Sedangkan disisi lain, tampak seorang pria yang menyeringai puas. "Aku mendapatkan mu little girl. Tunggu aku. Aku akan menjemputmu. Kau Milikku."
***
Yang mau ngobrol dengan Visual My Possesive Husband atau ingin memberi pesan/nasehat untuk Sean, Dara, Nick, dll kalian bisa follow Instagram aku ya 😊
Dan yang mau tau spoiler semua karyaku untuk next chapter bisa follow instagram aku juga 😊
instagram: @fullandari
Kalian bisa tau info tentang Update semua karyaku, bisa memberi kritik atau saran lewat DM atau QNA, bisa ngobrol bersama pemain My Possesive Husband dan menambah teman disana 😊
Aku tunggu notif dari kalian ya 😊 Terimakasih teman-teman.. ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
fiendry🇵🇸
seru
2023-11-06
0
Calya Adiba
seruuuu smngatt kakak
2021-11-25
0
Musniwati Elikibasmahulette
lanjut
2021-09-12
0