Hari pertama sekolahnya cukup melelahkan bagi Runa, namun cukup seru juga. Di kelas hanya tersisa Runa dan Vanya yang sedang memasukkan buku mereka ke dalam tas.
"Runa gue balik duluan ya, supir gue udah dari tadi ngebel mulu, udah di depan ternyata." pamit Vanya.
Runa mengangguk kecil sambil tersenyum. "Iya gak papa, duluan aja."
"Ya udah gue pamit ya, awas nanti ketemu sama kak Shaka." Vanya menakut-nakuti Runa.
"Vanya!" pekik Runa, gadis itu menggembungkan kedua pipinya dengan ekspresi kesal, membuat Vanya tertawa ngakak.
"Gak papa, antisipasi lebih baik, ntar gak tau kalau lo ketemu dia, udah ya, gue dulu." ujar Vanya dan pergi meninggalkan kelas.
Runa mengangguk singkat, lalu meninggalkan kelas dengan buru-buru, akibat ojol yang dia pesan sudah berada di depan gerbang.
"Dengan mbak Runa?" tanya ojol itu, menatap layar handphone dan Runa bergantian.
"Iya Pak, maaf ya pak lama." Runa menerima helm dan memakainya.
Di tempat yang berbeda, Shaka dan kelima temannya tengah berkumpul di warjok. Atau lebih dikenal dengan sebutan warung pojok.
Tempat ini bukan sekedar tempat biasa, melainkan tempat luar binasa. Warjok termasuk salah satu dari beberapa tempat yang dijadikan tempat perkumpulan atau basecamp oleh anggota Alastair.
Sekaligus tempat cabut kelas setelah kantin, warjok adalah sebuah yang sudah lama tak terpakai. Seperti tempat yang telah lama tak ditinggali oleh pemiliknya.
Dengan ide brilliant dari seorang Rasya Adipati, cowok blasteran itulah yang memberikan semua usulan. Bagaimana jika tempat ini di jadikan sebagai tempat perkumpulan? Sampai akhirnya jadilah warjok.
Bukan hanya warjok saja sebagai tempat perkumpulan mereka, di sekolah juga ada, tepatnya di gudang. Namun di sana jarang buat di tempati anak-anak, biasanya digunakan untuk santai jika jam pelajaran kosong.
Mereka lebih sering untuk berkumpul di warjok, alasannya lebih sejuk aja gitu, dan juga mereka bisa memesan makanan dan minuman dengan cepat tak harus bolak-balik, seperti gudang-kantin.
Shaka baru saja datang berkumpul. Cowok itu melepaskan jaket serta seragam putihnya, menyisakan kaos hitam polos yang memperlihatkan otot-otot miliknya.
Bukan hanya warjok saja sebagai tempat perkumpulan mereka, di sekolah juga ada, tepatnya di gudang. Namun di sana cukup jarang kumpul, lebih sering di warjok, katanya sih lebih adem aja gitu.
Rayn yang melihat kekedatangan Shaka langsung melemparkan sebotol minuman soda dingin. "Nih Sa,"
Dengan sigap Shaka menangkapnya. "Thanks," balas Shaka, mendudukkan diri di samping Rasya.
"Tadi gue gak sengaja lihat murid baru yang tadi pagi Bram ceritain, gila sih cantik banget anaknya, terus mukanya kayak polos-polos gitu. Udah gitu mungil lagi." Ujar Arthur membuka topik.
Bram yang sedang memakan mie rebus pesananya menyahut. "Lo mah, kalau ada yang bening dikit langsung tancap gas." seru Bram.
"Tau aja lo, tapi tadi emang gak sengaja ketemu di lorong kantin, bareng Vanya anak IPS 5, kayaknya mereka berdua sekelas deh." Turut Arthur.
"Vanya? Cewek yang ngejar-ngejar Rasya itu? Yang sampai sekarang belum di terima?" giliran Tara yang bertanya.
Arthur mengangguk. "Iya yang kejar-kejar Rasya, Ras, terima gih kasihan tau lo diemin gitu."
"Bener tuh, terima gih, katanya sih banyak banget yang suka sama dia. Dan udah beberapa yang nembak, tapi ditolak. Alasannya mau sama Lo Ras," sahut Bram.
"Kebal juga si Vanya." cetus Rayn.
Rasya yang sedari tadi sibuk dengan laporan pekerjaan dan merasa terpanggil menoleh, laki itu mengangkat sebelah alisnya, dan berkata. "Gak minat,"
Bram berdecak sebal sambil menggelengkan kepala. "Gila sih lo Ras, cewek secantik Vanya gak lo minati, wah kayaknya lo harus bimbel ke Arthur dah, cobalah Ras, biar lo bisa merasakan gimana rasanya pacaran."
Arthur terkekeh pelan. "Yuk Ras, bimbel ke gue, lumayan sejam paling 200 ribu. Itu yang paling murah buat lo, harga sahabat."
Rayn menoyor kepala Arthur. "Itu bukan harga sahabat bego, yang ada lo palakin dia."
Arthur tertawa ngakak. "200 ribu mah bagi Rasya kecil, jangankan 200 ribu. Yang setengah M aja kemarin dia beli."
Dari keenam cowok itu hanya Shaka lah yang terdiam, dia memilih untuk menyimak saja, otaknya sedang memikirkan seseorang.
...
Runa melangkahkan kakinya memasuki rumah, dengan senyum manis yang tercetak di bibirnya. Melepaskan sepatu dan membawanya masuk ke dalam.
Rumah begitu sepi sekarang, hanya menyisahkan dirinya seorang. Sudah dipastikan jika jam segini, sang Bunda tengah berada di ruko untuk berjualan roti.
Berjalan menuju dapur, mengambil gelas dan menuangkan air dingin, meneguk hingga tak tersisa. "Mukanya serem banget," gumam Runa memegang erat gelas kaca, mengingat-ingat ekpresi Shaka yang menatapnya tadi.
Membuang napas perlahan, Runa berkata pada dirinya sendiri. "Gak usah takut, toh kamu cuma nabrak dia aja dan gak bikin dia luka juga, jadi gak usah takut." seru Runa.
Memutuskan untuk naik ke atas dan menganti pakaian, hari ini Runa akan pergi menyusul sang Bunda yang berada di ruko.
"Gerah banget, sekalian mandi deh." Batin Runa. Tak perlu waktu lama, Runa selesai dengan ritual mandinya. Menganti pakaian dengan kaos lengan panjang tak lupa training berwarna hitam, berjalan turun ke bawah.
Sebelum lanjut untuk berangkat ke ruko, dia memilih untuk membuat makan siang, sedari tadi perutnya telah meminta jatah makan.
Lagi asik-asik dengan masakan, ponsel milik Runa berbunyi, Runa tersenyum manis, mengetahui siapa yang menelponnya
"Halo, selamat siang, dengan Aruna di sini. Ada yang bisa di banting?" tanya Runa diakhiri kekehan pelan.
"Siang mbak Runa, maaf mbak menganggu waktunya. Ini kenapa orang lain yang jawab, adik saya dimana?"
"Maaf mas, adiknya yang mana ya?"
"Loh kan tadi saya titipkan ke situ, aduh jangan bilang kalau adik saya di culik lagi. Terus mbaknya mau minta tebusan ya? Maaf mbak, saya gak bisa tebus, saya gak punya uang. Gak papa kok mbak ambil aja saya ikhlas."
"Abang!" pekik Runa dengan kesal.
Terdengar suara tertawa dari sebrang. "HAHAHAHA! Lo udah ada di rumah kan?" tanya Arfan.
"Dari tadi udah di rumah, ini lagi masak."
Arfan bernapas lega. "Syukur deh kalau gitu, gue kira masih di sekolah. Cuma tanya kabar aja, gue lanjut kelas ya, ati-ati lo di rumah." pesan Arfan.
"Siap Abang, semangat belajar nya!" Arfan hanya terkekeh pelan, lalu mematikan panggilan sepihak.
Tersenyum manis, masakan buatannya berhasil. Siang ini, Runa memasak spaghetti Carbonara. Runa memang tak jago masak, tapi kalau masak beginian, bisa dibilang cukup enak buat dimakan.
Bunda pernah bilang, kalau kita harus pintar urus diri, pintar masak dan pintar dandan, biar nanti kalau udah punya suami, suaminya bakal betah buat tinggal di rumah.
Makan siang kali ini telah selesai, tak lupa membereskan semuanya, Runa langsung pergi keluar rumah. Sesekali Runa bernyanyi kecil.
"I want you to."
"Take me home, I'm fallin."
"Love me long, I'm rollin."
"Losing control, body and soul."
"Mind too for sure, I'm already yours."
To The Bone - Pamungkas
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
hadir kak
2021-09-07
0
Puan Harahap
lima like hadir ya thor
2021-09-06
0
ennita
aku mampir...salam dari''Pesona Tersembunyi Sang Tuan Muda" dan "Malaikat Kecilku".
2021-08-26
0