Gadis langka

"Aku mendapatkan Dewi Peri dari sini Daddy. Saat aku masuk mobil, Dewi Peri sudah berada di dalam mobil." tutur gadis kecil itu.

"Hmmm... Sepertinya Dewi Perimu sedang kehilangan jejak kawan-kawannya, princess." celetuk Andre sekenanya.

"Benarkah begitu Dewi Peri?" Sandrina yang masih polos tampak mempercayai ucapan Daddynya.

"Ahh itu.. Aku, mmm.. Ya! Benar yang dikatakan oleh Pak Daddy tadi. Dewi peri sedang kehilangan jejak teman-teman Dewi Peri. Mereka meninggalkan Dewi peri saat kami sedang mandi disungai. Tiba-tiba selendang Dewi Peri hilang entah kemana. Akhirnya Dewi Peri tidak bisa kembali ke kayangan deh!" cerocos Rumanah yang berhasil membuat Sandrina tertawa lepas.

Mendengar setiap kata dan gaya bicara si Dewi Peri, Andre tampak sedikit mengembangkan senyumannya. Tapi sepertinya ada yang ganjal di telinganya saat Dewi Peri mengatakan Pak Daddy.

"Dewi Peri, kenapa ceritamu persis sekali dengan Dongeng yang sering aku baca di sekolah." seru Sandrina tampak riang gembira.

Rumanah hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ya! Memang dia hanya mengarang cerita dan menyontek sedikit dari Dongeng rakyat Indonesia.

"Hei apa yang kau bilang tadi? Siapa namaku? Kau bilang apa tadi.. Pak.." ucap Andre sedikit merasa geli saat mendengar ucapan ambigu si Dewi Peri.

"Anu, saya memanggil nama asli anda. Pak Daddy, sedari tadi saya mendengar gadis kecil ini memanggil anda dengan sebutan Daddy. Ah! Lucu sekali kehidupan di kota ini, masak seorang anak memanggil Bapaknya dengan nama aslinya. Hmm.. Sulit dipercaya.." Rumanah tampak nyerocos tiada henti. Wanita itu benar-benar polos dan ndeso.

Mendengar hal itu membuat Andre dan Sandrina tampak tertawa terbahak-bahak. Bagaimana mungkin panggilan Daddy disangka memanggil nama asli Bapaknya sendiri.

Rumanah tampak mengerutkan dahinya merasa heran dengan sikap Bapak beranak itu.

"Kunaon ieu teh? Malah ketawa-ketiwi atuh." batin Rumanah berucap.

"Coba kau jelaskan pada Dewi Perimu, princess." perintah Andre pada putri kecilnya.

"Baiklah Dadd." sahut Sandrina yang masih tertawa kecil.

"Eh, gadis manis, kenapa kalian tertawa? Memangnya ada yang lucu?" tanya Rumanah sedikit berbisik.

"Tidak ada, Dewi Peri. Kami hanya menertawakan ucapanmu tadi." jawab Sandrina seraya mencubit gemas pipi Rumanah.

"Eleuh eleuhh.. Si Neng teh mani lucu pisan euy." seru Rumanah seraya membalas mencubit pipi chubby Sandrina.

"Namaku Sandrina, Dewi Peri." ucap Sandrina yang tak terima dirinya dipanggil dengan sebutan Neng. Walaupun gadis kecil itu tidak faham bahasa Sunda, tapi saat Rumanah memanggil dirinya dengan sebutan Neng, gadis kecil itu tampak sedikit menafsirkan ucapan Rumanah tadi.

"Owalah.. Nama yang sangat cantik, sama sepertinya orangnya. Sangat cantiiiik.." seru Rumanah dengan sebuah senyuman keibuan.

"Ya dong! Siapa lagi Daddynya... Andreeee!" ini si Andre yang menyahuti ucapan Rumanah.

Rumanah tampak melongo dan bengong. Entah apa yang dimaksud oleh pria tampan yang sedang menyetir mobil itu, yang dia tahu pria itu menyebutkan dua nama pria sekaligus.

"Kau kenapa Dewi Peri?"tanya Sandrina membuyarkan lamunan Rumanah.

"Ah! Tidak ada cantik." ucap Rumanah beralasan.

"Oh ya, dengar Dewi Peri.. Nama Ayahku bukan Daddy, tapi Andre. Jadi kau salah faham. Aku memanggilnya dengan sebutan Daddy, yang artinya Ayah." tutur Sandrina menjelaskan pusat perbengongan si Rumanah.

"Oooohhh.. Begitu ya. He he he.. Saya baru faham. Memangnya bahasa Indonesia ada sebutan Daddy untuk Ayah kita?" Rumanah yang lugu dan ndeso tampak masih linglung.

"Tidak ada, sebutan Daddy berasal dari bahasa Inggris. Sama seperti dirimu, boneka Annabelle yang berasal dari luar negeri." cerocos Andre yang menjawab ucapan Rumanah.