Pras mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, duduk termenung sendirian.
Pras POV
Baru bulan lalu aku merayakan hari ulang tahun pernikahan ku yang pertama dengan Dinda, Kami begitu bahagia, apalagi sebentar lagi kami akan memiliki seorang anak, tanda cinta diantara kamu berdua. Pelengkap kebahagiaan di dalam biduk rumah tangga kami yang baru seumur jagung.
Kemaren semua mimpi itu hancur berkeping keping, menyisakan duka dan kesedihan yang mendalam dan teramat dalam saat Dinda pergi meninggalkan ku untuk selama lamanya.
Dinda Ramadhani adalah gadis cantik dan supel. Dia juga gadis yang mudah bergaul. Aku mengenalnya sejak kami kuliah di kampus yang sama. Kemudian kami bertemu lagi di kantor yang sama. Dan itulah awal mula kisah cinta kami terjalin. Tiga tahun berpacaran aku memantapkan hati untuk melamarnya dan kami menikah.
Kami sangat bahagia, Dinda adalah istri yang sangat baik, dan dia memutuskan untuk resign setelah mengetahui dirinya hamil. Aku sangat bahagia karena sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dan itulah tujuan kami menikah, memiliki seorang anak.
Dinda memiliki saudara kembar yang bernama dara, hubungan ku dengannya tidak begitu baik, dia gadis yang tertutup dengan penampilan yang jelas berbeda dari istriku. Dara lebih suka memakai pakaian panjang dan longgar, dan akhir akhir ini aku melihatnya menggunakan hijab, walau hanya saat keluar rumah. Aku juga tak begitu memperhatikan nya.
Wasiat Dinda, menjadi beban terberat dalam hidupku, bagaimana dia bisa memintaku menikahi saudara kembarnya yang keras kepala itu. Dan aku tahu dia membenciku. Tanpa aku tahu apa kesalahan ku padanya.
Aku menolak begitu juga dengannya, aku tak mau anakku di asuh olehnya yang jelas membenci ku, dan aku membawa Ega pergi bersama ku, enak saja dia meminta Ega bersamanya.
Aku sudah kehilangan Dinda istri yang paling aku cintai, mana mungkin aku kehilangan Ega, anakku satu satunya. Aku akan mengurusnya sendiri. Tapi baru beberapa jam saja, aku sudah kesulitan, tampaknya dia sudah terbiasa dengan gadis kepala batu itu. Buktinya selama bersamanya dia tak pernah rewel seperti ini.
Apa aku menyerah dan memberikan Ega agar dia di rawat oleh gadis itu?"
Pras POV end
Pras melangkah kembali masuk ke dalam kamar rawat anaknya. Dilihatnya ibunya tertidur di kursi menunggui anaknya. Muncul rasa bersalah karena melibatkan wanita paruh baya itu dalam masalahnya. "Kasihan mama, karena aku mama jadi ikut menderita." ucap Pras.
"Ma..mama..." bisik Pras pelan takut membangunkan putranya.
"Ehmmm..." jawab Bu Evi yang masih setengah sadar.
"Mama pindah tidur di sofa ma, biar aku yang jagain Ega." ucap Pras masih dengan berbisik.
ibunya menatap Ega yang tertidur kemudian menatap wajah putranya, dan Pras mengangguk. Kemudian mamanya bangun dan melangkah ke sofa.
Pras duduk di kursi dan menatap wajah damai Ega yang terlelap. "Hidungnya mirip dengan ku, tapi bibirnya mirip sekali dengan mu sayang, apa kau melihatnya," lirih Pras
...****************...
Pagi pagi sekali dokter datang ke ruangan sikecil dan memeriksa kondisinya. Malam tadi Ega dua kali terbangun dan kembali tidur setelah di tenangkan oleh perawat. Dokter kembali memeriksanya,
"Berapa panas nya?" tanya dokter kepada perawat yang memeriksa Ega.
"37, dok."
Belum selesai diperiksa bayi kecil itu kembali menangis kencang. Perawat sudah coba menenangkannya begitu juga dengan Bu Evi, tetap saja Ega tak mau diam.
Di beri susu juga tidak mau membuat semuanya menjadi panik.
"Pak Pras, bisa bicara sebentar" panggil dokter
Pras mengikuti dokter keluar ruangan. Dan kini mereka duduk berhadapan di ruangan dokter.
"Coba minta tantenya datang kesini, Aku rasa dia merindukannya." ucap dokter.
"Jika anda tak mampu mengobati putra saya, saya akan membawanya ke dokter lain." jawab Pras emosi.
"Terserah anda, tapi jangan karena keegoisan, anda kehilangan putra anda, kasihan, dia masih sangat kecil."
"Anda tahu apa dokter!" ucap Pras emosi. Pras keluar ruangan dan kembali ke kamar anaknya dengan perasaan marah.
"Ma, ayo kita bawa Ega ke rumah sakit yang lain, dokter disini terlalu banyak bicara." ucap Pras penuh emosi. Dia mulai mengemasi barang barang putranya.
"Pras" panggil Bu Evi dengan nada tinggi.
"Aku sudah menelpon dara, dia sedang dalam perjalanan kesini."
Sontak Pras terdiam sejenak, kemudian dia kembali mengemasi barang Ega,"Kita tak membutuhkan bantuannya, untuk apa mama menelpon nya." ucap Pras datar.
Pras menggendong Ega, dan meminta perawat mengemasi semua barangnya.
Bu Evi menarik nafas dan menghembuskannya keras hingga suara desahannya terdengar jelas.
Belum sempat Bu Evi bicara pintu kamar terbuka dan dara dalam hitungan detik sudah berada di hadapannya.
"Ada apa dengan Ega Bu." tanya dara panik.
Dara melihat Pras menggendong Ega yang menangis karena terkejut, bermaksud mengambil Ega dari gendongan papanya, tapi Pras tak memberinya kesempatan.
"Jangan sentuh putraku." ucap Pras dengan nada datar. Sambil terus menenangkan Ega yang kembali menangis mendengar suara ribut.
"Bahkan kehadiran mu tak dia inginkan, buktinya dia menangis." tambah Pras.
Pras kembali pcoba menenangkan nya, lagi lagi gagal, malah Ega semakin kencang menangis.
"Sus, ayo kita pulang!." ucap Pras bermaksud jalan.
"Jangan siksa dia, apa kau tega melihat menderita karena keangkuhan mu." ucap dara menghadang langkah Pras.
"Minggir"
"Tidak," jawab dara tegas
Dara langsung merebut Ega dan menggendongnya. Ajaib dalam sekejap Ega terdiam di pelukan dara.
"Mana susunya?" tanya dara kearah perawat. Perawat memberikan susu Ega dan dara langsung memberikan nya. Dalam hitungan menit susu tersebut sudah berpindah ke perut mungil Ega. Dan dia pun tertidur lelap dalam dekapan dara.
Bu Evi yang sejak tadi memperhatikan, menangis terharu. Dia berjalan kearah Pras yang diam dan terus memperhatikan drama di hadapannya.
"Kau lihat, anakmu sudah memiliki ikatan bathin dengannya. Ap kau tega melihatnya menderita dengan memisahkan mereka berdua." ucap ibu pelan. Namun kata katanya bagai belati tajam menusuk di hati Pras.
Bagaimana bisa, dara yang jelas orang lain mampu menjalin ikatan bathin dengan putranya ,sementara dia adalah ayah kandungnya? mengapa putranya lebih nyaman dengan dara? ribuan pertanyaan berputar di kepala Pras.
"Alhamdulillah dia sudah tertidur, Tante boleh aku membawanya pulang?" tanya dara kepada Bu Evi.
"Aku papanya, aku yang memutuskan kemana putraku pergi. Dan aku akan membawanya pulang ke rumah ku. Lagipula aku sudah menyewa seorang babysitter." jawab Pras dengan angkuh.
Dara hanya memutar bola matanya, malas meladeni Pras, apalagi ini di rumah sakit. Dia memilih diam dan ikut dengan Pras pulang ke rumahnya. Bersama Bu Evi dan seorang perawat yang sudah dia sewa untuk sebulan ke depan. Namanya Maya, dia masih muda dan cantik.
Disepanjang perjalanan pulang, Ega tertidur pulas dalam dekapan hangat dara. Tak sedikit pun dia menangis.
Diam diam Bu Evi tersenyum bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Wiek Soen
Pras egois
2022-08-17
0
Kamsia Heriyanti
apa ya penyebab dara benci dgn Pras, penasaran ........
2022-06-02
0
Alfa Yuna
sangat disayangkan sikap ayahnya
2022-04-20
0