Sebulan lebih sudah berlalu sejak pemakaman Dinda, kini dara dan ibunya mengurus si kecil. Mereka memilih tinggal di rumah orang tua dara. Jika siang hari mamanya yang mengurus karena data aduh Bekerja, jika sore dan malam hati dara yang menjaga, dan mengurusnya.
Walau terkadang Pras memilih tidur di rumahnya sendiri, tapi dia setiap hari datang melihat anaknya.
Ega Prasetya adalah bayi mungil yang lucu. Dia tumbuh dengan baik. Ega tak rewel, dia hanya akan menangis jika lapar dan mengompol. Dara merawat nya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Dia membawa Ega tidur di kamarnya agar lebih mudah merawat nya.
Walau dia tetap bekerja di kantor. Bos nya pak Arfan sangat baik dan tak mengijinkan nya lembur demi merawat keponakan nya.
Pak Arfan juga hadir dalam pemakaman Dinda dan selalu mendukung dara.
...****************...
Malam ini setelah acara peringatan empat puluh hari kepergian Dinda, papa dan mama nya begitu juga papa dan mama Pras duduk berkumpul di ruang tamu.
"Dara, " panggil mamanya
"Ya ma" sahut dara dari dalam kamar.
Dara keluar dari dalam kamar setelah menidurkan bayi nya.
Dara memang memilih membawa putranya tidur bersama di kamarnya. Putra nya, walau bukan dari rahimnya tapi dara bisa merasa ikatan bathinnya dengan Ega.
"Dara, kami ingin menanyakan wasiat Dinda, kapan kau dan Pras akan menikah?" tanya orangtua Pras saat dara sudah tiba di ruang tamu.
"Maaf sebelumnya, Aku tidak bisa, Tante. Aku tidak mau menikah dengan kak pras, Biarlah Ega tinggal bersama ku, dan kak Pras tinggal di rumah nya sendiri. Aku akan merawat Ega seperti anakku sendiri. Tante tak perlu khawatir."
"Tapi kenapa nak?" lagi orang tua Pras bertanya dengan nada sedih.
"Aku...aku tidak bisa mencintai kak Pras, dia suami kakak ku." jawab dara
"Tapi bagaimana dengan Ega, dia butuh seorang ibu, dan juga wasiat dari Dinda..." tampak jeda sebentar, semuanya diam termasuk dara dan Pras.
"Bagaimana ini besan?" tanya orang tua Pras kepada papa dan mama dara.
Ibu berpindah duduk di samping dara, tangannya mengusap lembut jemari anak,, gadisnya itu gadisnya yang saling bertautan.
"Dara sayang, pikirkan Ega, nak. kasihan dia, jika sampai orang lain yang..."
"Aku yang akan mengurusnya ma, tanpa harus menikah dengan ayahnya. Dia akan tinggal bersama ku." potong dara cepat
"Aku tidak mau terpisah dari anakku!" jawab Pras dengan nada tinggi. Habis sudah kesabaran nya. Sejak tadi dia diam mendengar perdebatan mereka.
Enak saja dia mau memisahkan ku dengan darah dagingku sendiri, siapa dia, dia tak berhak apapun karena aku orangtuanya.
"Apa kau kira, aku juga mau menikah dengan mu?" ucapnya menatap sinis kearah dara.
"Tapi Ega membutuhkan ibu Pras, harus ada yang merawat nya." bantah ibunya
"Aku bisa pakai jasa baby sitter ma, tapi aku tak akan pernah mau berpisah darinya "
"Bukankah kalian sudah berjanji dihadapan Dinda! tanya mama dengan wajah kecewa
"Berikan kami waktu untuk berpikir," ucap data
"Ibu tidak yakin dengan ini Bu hu baby sitter bisa menjaga nya dengan penuh kasih sayang. Apalagi di jaman sekarang banyak sekali kejadian baby sitter yang jahat, bahkan mereka menculik si bayi. Ibu takut, Bagaimana jika untuk sementara biar Eka tinggal bersama dengan kami" ucap mama dara.
Pras sudah terlanjur emosi dan sakit hati dengan dara, memang sejak dulu hubungan mereka kurang baik.
"Tidak,aku tidak mau. Aku tetap akan membawanya, Aku bisa melakukan seleksi dulu mencari baby sitter terbaik dan tulus merawat anakku."
"Jangan egois, kami telah kehilangan Dinda karena keegoisan mu dan kami tak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan memberikan Ega." bantah dara tak mau kalah.
"Siapa kau bisa menahan ku?" tanya Pras dengan suara lantang.
Tatapan matanya menusuk tajam membuat dara menciut.
Pertanyaan yang begitu menohok di dada dara, dara kehabisan kata kata untuk membantah.
Senyum mengejek muncul di wajah Pras, 'Dia anakku, aku akan membawa nya kemanapun aku mau, dan kau..." ucapnya menunjuk tepat di depan wajah dara
"Kau tak punya hak apa pun untuk mencegahku." setelah bicara Pras berjalan masuk ke dalam kamar dara untuk mengambil Eka.
Dara terdiam, kata kata Pras benar, dia hanyalah bibinya, tapi aku ..aku....
"Ma, ayo kita pulang" ucap Pras yang sudah menggendong putranya.
"Jangan bawa dia" ucap dara, coba menghalangi Pras tapi Pras terus berjalan, tak sedikit pun Pras menggubrisnya. Pras terus berjalan diikuti papa dan mamanya.
"Kami permisi dulu, assalamualaikum."
Dara menangis dan terduduk di lantai saat Pras pergi membawa Eka, bahkan Eka juga menangis kencang dalam gendongan papanya.
"Pras," panggil mamanya dan mengusap punggung anaknya pelan.
"Aku tidak apa apa ma, gadis itu sejak dulu selalu memandang rendah diriku, aku tidak terima, bagaimana dia bisa menjadi istriku dan ibu bagi Eka." ucap Pras
Dada nya terasa sesak menahan emosi sedari tadi.
"Sini biar mama gendong, bayi mu takut melihat amarah mu, bayi itu sensitif, nak. Dan dia bisa tahu dan merasakan jika orangtuanya bertengkar."
Pras berhenti sejenak, kemudian dia menghembuskan nafas berat dan kuat.
Setelah memberikan bayinya kepada mamanya, Pras melajukan mobilnya pulang ke rumah.
...****************...
Pras meletakkan bayinya di dalam boks kemudian dia menyelimutinya. Pras duduk dan tepi tempat tidur.
Bayangan dinda dan semua kenangan diantara mereka berputar, tanpa dia sadari airmatanya jatuh berderai.
Mengapa kau secepat itu meninggalkan ku dinda, mengapa kau jahat membiarkan ku membesarkan Eka sendirian,
Lamunan Pras buyar mendengar suara tangis Ega. Ega menangis kencang, Pras mengangkatnya dan memeriksa popoknya, tidak basah. Lalu Pras mengambil botol susu yang sudah dia siapkan dan coba menyusui anaknya, tapi lagi lagi Eka menolak.
"Ada apa Pras?" tanya mama yang datang dari kamar sebelah.
"Entahlah ma, dia terus saja menangis." ucap Pras masih coba menenangkan bayinya.
Mama mengambil Ega dari gendongan Pras dan coba menenangkan nya tapi tetap sama, Ega tak mau diam.
Pras terus saja menangis kencang, padahal sudah satu jam lamanya. Pras yang kebingungan membawanya ke rumah sakit. "Apa mungkinkah dia sakit Pras?" tanya mama
"Kita bawa ke rumah sakit saja ma, ayo?' ucap Pras, ibunya pun mengkuti kemauan putranya, dia juga takut terjadi sesuatu kepada cucu satu satunya.
Disepanjang perjalanan tetap Ega tak mau diam, membuat mamanya semakin panik. Pras melajukan mobilnya cepat. Berharap segera tiba di rumah sakit.
"Bagaimana kondisi anak saya dok?" tanya Pras setelah dokter memeriksa putranya dan kini Ega tertidur pulas.
"Sejauh ini dia baik baik saja, mana ibunya?" tanya dokter
"Ibunya baru saja meninggal saat melahirkan nya," jawab mama lirih
'Oh maaf, lalu siapa yang merawatnya selama ini?" tanya dokter lagi.
"tantenya." jawab mama
"Aku rasa dia merindukannya, karena secara fisik dia baik baik saja. Biasanya anak kecil lebih sensitif dan dia akan merasa nyaman dan aman bersama orang yang dia kenal. Maaf maksud saya, anak kecil bisa lebih peka dan memiliki ikatan bathin yang kuat. Mungkinkah n tantenya adalah orang yang dia rindukan, Karena aku sudah memeriksanya dan dia baik baik saja " jawab dokter
"Terima kasih dokter" jawab Pras tanpa mau berpanjang lebar.
"Malam ini menginap lah disini, kasihan jika membangunkannya, besok pagi sudah bisa di bawa pulang."
"Baiklah, kami akan menginap." jawab mama
Setelah dokter pergi, mama Pras Bu Evi duduk di sebelah anaknya. Mengusap punggung Pras yang terduduk sambil menunduk lemas.
"Jangan keras kepala nak, anakmu butuh ibu, dan dia sudah sangat nyaman dengan dara, mereka sudah memiliki ikatan bathin." ucap nama pelan dan lembut. Karena dia tahu Pras putranya sangat keras kepala.
"Besok aku akan mencari baby sitter untuk Ega, dan aku yakin dia pasti akan nyaman dengannya." jawab Pras
"Terserah padamu, mama hanya mengingatkan."
Setelah bicara mamanya pergi dan memilih meninggalkan Pras, Bu Evi memilih duduk di samping tempat tidur cucunya dan menatap nya. "Bayi kecil ini harus menderita karena keegoisan papa nya. sabar ya nak." Ucapnya pelan.
Berbeda dengan ibunya Pras memilih keluar dan berjalan menuju taman di depan rumah sakit, duduk menyendiri dan merenung.
Dalam sekejap hidupnya yang aman dan nyaman menjadi terbalik seratus delapan puluh derajat, istrinya meninggal dan dia memiliki seorang anak, tapi bukan itu masalahnya, Pras mampu membesarkan Ega sendirian tapi wasiat almarhumah istrinya untuk menikahi adik kembarnya menjadi beban berat di hati Pras.
Pras menarik nafas berat dan membuangnya kasar, berharap beban di dalam dadanya sedikit berkurang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Anita noer
emg novelx mamie reni keren2 semua....top deh
2023-09-02
0
Efvi Ulyaniek
byk typo dimana"
2023-09-01
0
Wiek Soen
kok ikut nyesek
2022-08-17
0