Menikahi Kakak Ipar
Dara berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan wajah panik dan cemas. Langkah yang cepat menciptakan bunyi nyaring di lantai karena heels yang dia gunakan.
Andara Ramadani adalah seorang gadis berusia dua puluh empat tahun yang saat ini bekerja sebagai seorang manager di sebuah perusahaan swasta di kotanya.
Tadi saat bekerja Andara yang lebih akrab di sapa dara mendapatkan telpon dari orangtuanya jika saudara kembarnya Dinda, terjatuh di kamar mandi dan mengalami pendarahan hebat.
Tak berpikir panjang dara langsung bergegas ke rumah sakit, bahkan dia sampai lupa ijin dengan bosnya. Dara melajukan mobilnya dengan kencang, untung jalanan sepi hingga dia dengan mudah dan cepat tiba di rumah sakit.
Langkah dara terhenti di depan ruang UGD Dimana ayah dan ibunya sedang duduk cemas menunggu. Kecemasan dan ke khawatiran terlihat jelas di wajah keduanya.
"Ma" panggil dara pelan
Mamanya yang melihat dara langsung berlari dan memeluknya, menumpahkan semua ketakutan dan kecemasan hatinya.
"Gimana keadaan Dinda ma?" tanya Andara kepada mamanya.
Mamanya hanya menunduk dan menangis, dia tidak sanggup menjawab pertanyaan dara,
"Dinda masih di dalam ruang UGD kita doakan saja semoga keduanya selamat." ucap papa dengan lirih dan sedih.
Air mata yang sejak tadi dia tahan jatuh bercucuran dengan derasnya mendengar jawaban papa.
Papa juga tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya, tampak air mata mengembun di sudut mata tuanya, membuat hati dara semakin sakit. Sebuah pertanyaan besar di hatinya.
Apa sebenarnya yang telah terjadi pada saudara kembarnya.
Dara menyadari sesuatu kejanggalan, dia melihat ke kiri dan kanan, kosong.
Diedarkannya netra nya mencari sesosok pria yang tidak lain adalah kakak iparnya.
"Pa,mana kak Pras?" tanya dara akhirnya
"Mungkin masih di jalan, tadi saat papa telpon dia masih ada meeting yang tak bisa di tinggal.."
"Meeting?" tanya dara memicingkan matanya tak percaya. Disaat genting seperti ini, lelaki itu malah memikirkan meeting di banding keadaan anak dan istrinya. Sungguh luar biasa. bathin dara.
"Lalu yang bawa Dinda kesini, siapa?" tanya dara lagi.
Papa menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan dara.
"Tadi pagi dinda meminta mama menemaninya belanja keperluan si jabang bayi mengingat usia kandungannya sudah memasuki tujuh bulan, lalu mama dan papa pergi kerumahnya.
Sampai disana mama memanggil namanya, tapi tak ada jawaban jadi mama dan papa langsung masuk saja.
Saat mama masuk mama melihat....hiks...
hiks...hiks.... Dinda...Dinda terduduk di kamar mandi berlumuran darah." ucap mamanya sambil terus mengusap airmatanya. Dara kembali memeluk mamanya.
Dara juga ikut menangis, rasanya sangat sedih dan sakit melihat saudara kembarnya bertarung nyawa sendirian didalam sana. pantas saja sejak tadi aku merasa tidak tenang dan tidak nyaman, ternyata ini yang terjadi.
Andara memeluk mamanya dan menenangkan nya walau di dalam hatinya dia juga sangat khawatir dan takut.
"Terus lah berdoa untuk keselamatan mereka berdua." ucap papa.
Dara dan ibunya mengangguk, mereka diam berdoa di dalam hati, sambil berpelukan untuk saling menguatkan.
Lima belas menit kemudian orang yang di tunggu Dinda datang. Pras berlari menuju ke rumah sakit begitu dia mendapat kabar dari Santi sekretaris nya setelah rapat usai. Pras sempat mengamuk di kantor, karena Santi baru memberi tahunya sekarang.
"Ma, gimana keadaan dinda?" tanya Prasetya.
Dara melayangkan tatapan tajam nan menghunus, jika itu sebuah pedang mungkin saat ini Pras telah mati di tangannya. Namun dara masih bisa menahan emosinya karena ini di rumah sakit, jika tidak dia pasti sudah memaki Pras habis habisan.
"Masih di dalam, berdoa lah nak, agar mereka selamat." ucap pak Agung.
Mama hanya terdiam dan terus menangis.
"Maafkan aku pa, aku baru tahu setelah rapat selesai, sekretaris ku tak langsung memberitahu ku tadi, maafkan aku!" ucapnya lirih sarat dengan penyesalan.
Papa tak menjawab hanya mengangguk lemah dan kembali duduk di kursi tunggu.
Pras terduduk lemah, tangannya menutup wajahnya dan menopangnya dengan kedua kakinya. ya Allah cobaan apa ini, tadi pagi saat aku berangkat Dinda baik baik saja, dia juga berpamitan ingin pergi belanja dengan mama, tapi ini...mengapa ini bisa terjadi... bathin Pras.
"Keluarga ibu adinda Ramadani!" panggil dokter
Semua berdiri dan menghampiri dokter,."Bisa bicara dengan suaminya."
"Saya dok!"
"Kita harus melakukan operasi Caesar, untuk menyelamatkan keduanya,"
"Lakukan yang terbaik dokter!" ucap Pras.
"Bapak ikut suster ini, untuk mengurus administrasi, saya akan melakukan operasi, sekarang mohon doanya."
Setelah bicara dokter kembali masuk dan menutup pintu. Pras mengurus semua administrasi.
Sepuluh menit kemudian dokter kembali ke luar ruangan.
"Operasi nya berjalan lancar, keduanya selamat. Bayinya laki laki, tapi kondisi pasien tidak baik, beliau mengalami pendarahan hebat dan saat ini dalam keadaaan kritis." jelas dokter Eka.
Semua terkejut tak percaya, mama kembali menangis histeris di pelukan ku, begitu kaki ku yang rasanya tak bisa berpijak. Lemas dan terkulai tak berdaya.
Setelah kepergian dokter, Pras masuk melihat kondisi istrinya yang berada di ruang ICU, hanya mampu melihatnya dari kejauhan.
"Semua ini kesalahan mu?" ucap dara ke arah Pras. Ada sorot mata penuh kebencian disana. Saat ini mereka berdiri berdampingan sambil menatap Dinda.
Dengan tatapan tak terima, Pras menatap balik dara. Tanpa gentar dara kembali berucap "Jika saja kau mau mengantarkan Dinda berbelanja ini pasti tak akan terjadi, tapi kau terlalu sibuk, dan ..dan...ini semua terjadi. Kau bajingan, suami tak bertanggung jawab, suami kejam." ucap dara sarkastik di depan Prasetya.
Kata kata yang dara ucapkan menusuk tepat di ulu hati Pras, mana mungkin dia ingin mencelakai anak dan istrinya.
Prasetya tak terima dengan semua ucapan dara, benar kemaren Dinda mengajaknya berbelanja, tapi pagi ini ada meeting penting, Dan dia meminta dinda mengundur sampai hari Minggu saja, Dinda tak mau dan mengajak dara tapi dara juga tak bisa akhirnya Dinda mengajak ibunya.
"Jaga bicaramu, kau.."
"Sudah, ini di rumah sakit, jangan bertengkar disini, saat ini bukan waktunya saling menyalahkan yang terpenting adalah keselamatan Dinda dan bayinya".
Dara dan Prasetya terdiam, benar kata mama percuma saja mendebat pria itu, tunggu saja aku pasti akan menghajar nya. bathin dara.
Enak saja dia menyalahkan aku, dimana salahku, aku berangkat kerja kondisi Dinda baik baik saja, apa sebenarnya yang terjadi padanya? aku khawatir sangat khawatir, didalam sana istri ku sedang berjuang melahirkan anak ku, buah cinta kami berdua, aku takut , ya Allah selamatkan lah mereka, aku mau keduanya selamat. bathin Prasetya.
"Bagaimana keadaan cucu dan menantuku?" tanya papa Pras begitu sampai di rumah sakit.
"Bayinya selamat tapi ibunya masih kritis" jawab papa.
Mama tak bersuara hanya memeluk besannya yang juga menangis.
Dert....Dert.ponsel Dinda berdering memecah kesunyian. Diambilnya benda pipih tersebut, tertulis jelas nama Arfan , ya Allah aku sampai lupa ijin karena tadi terburu buru.
Dara menekan tombol hijau.
"assalamu'alaikum pak" ucap dara mengangkat telepon nya.
"Dara kamu dimana?" terdengar suara diseberang, dari suara nya terlihat jelas dia sedang khawatir.
"maaf pak, saya lupa ijin, karena tadi terburu buru, saat ini saya di rumah sakit."
" kamu sakit? sakit apa? rumah sakit mana?" Arfan memberondong dara dengan banyak pertanyaan.
" saya nggak apa apa pak, Dinda mau melahirkan, Maaf karena saya tidak permisi dan membuat bapak khawatir," ucap dara penuh penyesalan.
"Alhamdulillah, saya kira kamu yang sakit, ya sudah tak.usah balik lagi ke kantor. titip salam buat Dinda semoga proses lahirannya berjalan lancar. Assalamualaikum" Arfan menutup telponnya.
'Waalaikum salam" jawab dara, dan menyimpan kembali ponselnya.
Diam dan berdoa itulah yang saat ini dara dan ibunya dan juga ibunya Pras lakukan.
Tiba tiba pintu ruang operasi terbuka, seorang perawat keluar.
"Pak Prasetya" panggil perawat
"Ya saya" Pras langsung berdiri dan menghampiri perawat yang memanggilnya.
"bayinya saat ini ada di dalam ruang bayi." ucap perawat.
"Alhamdulillah, bagaimana dengan istri saya sus!" ucap Pras
"Masih ditangani, tapi istri bapak banyak mengeluarkan darah, saat ini kondisinya lemah."
"Saya mohon lakukan yang terbaik untuk istri saya, saya akan bayar berapa pun itu." ucap Pras.
"Kita akan lakukan yang terbaik, anda bisa melihat bayinya."
Setelah bicara pintu kembali tertutup, dan seorang perawat berjalan kearah nya membawa seorang bayi. Dan menyerahkan nya kepada Pras.
"Ini putra anda" ucap perawat.
Dengan tangan gemetar Pras menerima bayi nya, anaknya, buah cintanya dengan dinda. Malaikat kecil yang akan mewarisi gen nya, menjadi penerus dan kebanggaan nya kelak.
Dada Pras bergemuruh hebat, bahkan matanya sampai berkaca kaca. Dipeluknya bayi mungil itu dan mulai mengadzani nya.
Setelah selesai dia menyerah kan kembali bayinya kepada perawat untuk kembali ke ruangan bayi.
Lagi seorang perawat keluar.
"Pak Prasetya" pqnggilnya
"Ya saya," Pras langsung berdiri, perasaan was was menghampirinya nya, entahlah sejak tadi dia merasa tidak tenang.
"Ibu Dinda memanggil anda" jawab perawat
Pras langsung berjalan menemui istrinya, wajahnya berubah senang mendengar istrinya sudah sadar dan memanggilnya.
Prasetya baru melangkah dua langkah memasuki ruangan istrinya, kembali perawat keluar memanggil dara.
"Nona dara"
"Ya saya" jawab dara yang langsung berdiri menghampiri perawat yang memanggilnya.
"Anda juga di panggil pasien." ucapnya.
Dara melangkah masuk, dilihatnya Pras sudah berdiri di samping kanan istrinya, dan dara memilih berdiri di sisi kiri Dinda.
"Mas, anak kita ...." terdengar suara Dinda pelan dan lirih.
"Anak kita sudah lahir, dia laki laki, tenanglah dia sehat. Jangan pikirkan apapun yang terpenting kau segera sehat."ucap Pras menggemgam tangan istrinya. Airmatanya lolos begitu saja.
"Kau harus kuat sayang, demi putra kita." Pras menciumi tangan istrinya berulang kali.
"Maafkan mas, maafkan...mas..." ucapnya lirih
Dinda tersenyum tipis menahan sakit di tubuhnya. Dia menggeleng lemah, "Tidak mas, ini takdir. Mas, boleh aku melihatnya sebentar saja..," ucap Dinda terbata.
Perawat memberikan bayinya dan dara menerimanya Lalu mencium kan nya ke Dinda.
"Dara, aku punya satu permintaan, tolong jaga anakku... sa..yangi dia seperti anak mu sendiri..." ucapnya menatap sayu dara
" mas...." panggilnya pekan kearah suaminya.
"Mas, a..aku punya satu permintaan," ucap Dinda pelan dan terbata, sambil menahan sakit ditubuhnya.
"me...menikahlah de...dengan dara de..demi bayi kita. A ..aku tak mau orang lain yang....membesarkannya." ucap Dinda terbata, airmata mengalir di sudut matanya.
"Tidak, jangan bicara seperti itu kau pasti akan sembuh, sayang dan kita akan membesarkan anak kita bersama"ucap Pras
"Sayang bertahan lah, aku mohon" ucap Pras ketakutan. Wajah Dinda semakin pucat.
"Dinda kau pasti kuat, kau harus sembuh Dinda, jangan tinggalkan aku, atau aku akan membencimu," ucap dara
"A...aku mohon mas. ber... berjanjilah..." ucapnya semakin pelan dengan nafas tersengal sengal
"Mas...." panggil Dinda semakin lemah.
Prasetya semakin mengeratkan genggaman tangannya, akhirnya dia menunduk.
Senyum tipis terlihat di wajah Dinda, dan dia menoleh saudara kembarnya.
"Dara, aku mohon...terima anak ku, sa...saya..ngi dia seperti anakmu."
"Jangan seperti ini Dinda, kamu pasti kuat, jangan tinggalkan aku, jangan memberiku beban, kita saudara kembar tak akan terpisahkan. Aku mohon bertahanlah..." jerit dara tak kuasa menahan emosinya.
"Dara..aku.mo..hon."
" Mas..."
tiba tiba tubuh Dinda berguncang dan Dinda pun menghembuskan nafas terakhir nya.
"Dinda..
sayang..sayang.....bangun." teriak Pras.
"Mas janji." bersamaan dengan jawaban Pras Dinda pergi untuk selamanya.
" Dinda...."
Pras menangis dan memeluk tubuh istrinya erat, meluapkan semua kesedihannya. Dara juga menangis bersama papa dan mamanya. Bahkan ibunya dara pingsan dan harus di tangani di ruang sebelah.
Semua orang menangis termasuk bayi dalam gendongan dara.
Perawat mengambil bayi tersebut, dan membawanya ke ruangan bayi.
Semua menangisi kepergian Dinda, dara menjerit sekuat kuatnya, seumur hidupnya dia tak pernah berjauhan dengan Dinda, tapi kini Dinda pergi dan meninggalkan tanggung jawab kepadanya. Takdir sungguh kejam, dalam sekejap dia memberikan kebahagiaan sekaligus kesedihan.
Hai semua, ketemu lagi dengan mamie, semoga kalian semua sehat ya, ingat tetap jaga jarak dan patuhi protokol kesehatan.
Ini novel terbaru mamie, semoga kalian suka ya. Di akhir Juni mamie mau bagi pulsa untuk tiga orang dengan vote terbanyak selama 1 bulan, semoga beruntung.
Oh ya, jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Selamat menikmati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Enung Samsiah
awal yg menyedihkn ,, sesak didada
2023-05-05
0
Emmah Suhaemah
Enin mampir mammi....tetap sehat sll 🙏💖💖💖💖🥰🥰💐💐
2022-12-08
0
Wiek Soen
simpan dulu mie di favorit
2022-08-17
0