Sepanjang perjalanan Haidar hanya membeku, pikirannya masih saja tentang ucapan asal sang Mama. Menatap tata kota yang terlihat indah pada malam hari, sesekali ia menjawab pertanyaan sang Mama dengan senyum singkat.
Perasaan yang sungguh cukup lama tak ia rasakan, bersama dalam satu mobil dengan tujuan yang sama adalah hal yang langka bagi keluarga ini. Jelita yang kini sibuk bermanja di bahu putra bungsunya membuat Raka tersenyum hangat.
Lain halnya dengan Gian yang sedari tadi diam membisu, fokus mendengarkan musik dengan eraphonya. Entah lagu apa yang kini ia nikmati, seakan dunianya terlupakan begitu saja.
"Pa, turunkan aku di halte terdekat saja."
Pinta Haidar tiba-tiba, tentu saja pria itu hendak menemui Radha terlebih dahulu. Sejak ia memutuskan untuk pulang, orang yang harus ia temui setelah mamanya adalah Radha. Dan ia tak memiliki rencana untuk tetap di Indonesia dalam waktu yang lama.
"Sudah malam, Haidar, kau bisa melakukan apa yang kau mau esok hari," ujar Raka tanpa menatap Haidar, sungguh ia benci hal ini.
Benar saja, jika ia pulang, Raka akan terus menganggapnya anak kecil. Bahkan keluar malampun di bawah penguasaan Raka, merasa di bedakan dengan Gian yang bahkan sebebas itu dengan dunia malamnya, menghabiskan waktu dengan cara yang ia sukai tanpa larangan Raka sedikitpun.
"T-tapi, Pa?"
"Jangan membantah, kau tau Papa tidak suka di tentang kan, Sayang."
Haidar menghela napas pasrah kala sang Mama yang kini bertindak, sungguh tak adil pikirnya. Bukankah umurnya saat ini bukan anak-anak lagi, bahkan sudah tergolong dewasa.
"Hem, Ma."
Jelita tersenyum kala Haidar memilih mengalah, kini pemilik manik indah itu membuka jendela seraya menikmati angin malam yang begitu menenangkan menurutnya.
*****
BRUGH
Pria itu menghempaskan tubuhnya ke ranjang king size yang sungguh ia rindukan, sudah cukup lama ia tak merasakan kenyamanan yang melekat di sana.
Tidak ada yang berubah sama sekali, bahkan tatanan foto dan komik koleksinya masih lengkap dan rapih disana. Haidar menatap langit-langit kamar, lampu kristal itu menghias indah di kamarnya.
Terlihat jelas jika sang Mama begitu menjaga kamarnya saat ia tak berada di sana. Haidar tersenyum hangat menatap figura di atas nakas, wajah imut gadisnya terlihat menggemaskan.
"Hai, kau baik-baik saja kan?" sapa Haidar menatap lekat senyum manis Radha dalam objek dua dimensi itu.
Haidar menghela napas panjang, ia tatap jarum jam yang kini sudah cukup larut. Tak mungkin ia menghubungi Radha selarut ini, jelas saja akan mengganggu tidur sang pujaan.
Sejenak ia duduk dan meregangkan otot, Haidar merasa dirinya cukup lelah. Segera ia beranjak dan berlalu untuk membersihkan diri.
*****
Mentari menyapa, bias cahaya menelisik jendela kamarnya. Sinar kemilau yang menyilaukan mata mambuat Haidar membuka mata, sudah terlalu siang ternyata.
"Hooaaam,"
Haidar menguap sembari menggacak rambutnya, ia masih merasakan kantuk. Mungkin terlalu merindukan tempat tidurnya hingga membuatnya sebegitu lelap tidur malam ini.
"Kak," panggil Haidar yang kini masih mengumpulkan nyawa.
"Kak Rury!!" tambahnya lagi, pria itu menghentakkan kaki lantaran sang pemilik nama tak jua menghampirinya.
"Sayang, siapa Rury?"
Haidar terdiam sejenak kala Jelita menghampirinya, menatap heran sang Mama. Pria itu menepuk jidatnya, sadar saat ini ia sedang tidak bersama Rury, sungguh ia lupa bahwa tengah berada di rumah orangtuanya.
"Mama?"
"Heem, kau kenapa?"
"Ehm, tidak, Ma, aku hanya bingung saja."
"Ada-ada saja kau, sudah cepat mandi. Papa sudah siap," ujar Jelita yang membuat Haidar mengernyitkan kening.
"S-siap? Siap apa, Ma?"
"Cepat, Haidar, pakaianmu sudah Mama siapkan. Jangan terlambat, ini hari yang istimewa untukmu," ujar Jelita yang semakin membuat Haidar tak dapat berpikir dengan jelas.
"What's?!!!"
Jelita hanya tersenyum mendapati tingkah bingung putranya, sungguh lucu pikirnya. Kini pria itu hanya diam membatu menatap satu set jas hitam tak lupa dengan kemeja biru muda yang sang Mama berikan.
Sungguh bukan gaya seorang Haidar, mungkin saja ia akan merasakan gatal lantaran mengenakan pakaian serapih itu. Meski terpaksa, tetap ia harus lakukan.
"Huft apa yang Papa rencanakan."
Haidar berjalan lesu, niat hati hari ini hanya ingin menemui Radha. Jika sudah seperti ini, sudah pasti ia takkan punya waktu lain. Sungguh menyebalkan, pikirnya.
******
Haidar semakin bingung kala ia turun dari kamar dengan jas hitam yang kini membalut di tubuhnya. Melihat penampilan kedua orangtua dan juga sang Kakak membuat Haidar tak habis pikir dengan jalan pikiran mereka. Ada apa gerangan hingga mereka serapih ini, pun dirinya yang bahkan belum menghirup udara tempat lahirnya lebih lama.
"Haidar, habiskan sarapanmu. Kau pasti akan gugup nantinya," ujar Jelita.
Ucapan dan tingkah yang sungguh aneh itu membuat Haidar berpikir macam-macam. Apa yang tengah terjadi di keluarga ini, sungguh tak mampu ia artikan.
Diam, Haidar tak ingin banyak berkata. Cukup diam dan nanti juga akan tahu pada akhirnya, pikir Haidar. Menikmati sarapan dengan perasaan tak nyaman sedikitpun, Haidar merasa dirinya tengah berada dalam ancaman.
Di dalam mobil pun, pria itu hanya diam. Menurut patuh kemana kini dia akan di bawa, bertanya pun percuma. Tak ada yang sudi untuk buka suara, begitulah keluarga mereka.
Hingga kini mobil itu memasuki perumahan megah nan mewah, pertama kali ia mengunjungi tempat ini. Tapi kali ini untuk apa, pikir Haidar.
"Tunggu, kenapa begitu ramai?"
"Astaga, apa ini?!!"
Batin Haidar berteriak kala menyaksikan beberapa orang menatapnya penuh kekaguman. Seakan memang tengah menanti dirinya, Haidar bak tersangka yang di arak para warga sekitar.
"Whats?!!"
Ada penghulu di sana, dan Haidar tersenyum kaku kala pria tua berkaca mata itu menatapnya dalam usai tersenyum sembari berbicara pada Raka. Namun sayang, hanya Raka lah yang mendengar.
"Sial!! Maksud mereka apa?!!"
Haidar semakin pusing kala beberapa wanita paruh baya yang berbisik memuji ketampanan pengantin pria dan menunjuk-nunjuk dirinya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Ilyloveme
Alam bawah sadarnya mengatakan yg sebenarny., sudah sepantasnya Radha ma yg lain aja. Entah karena pekerjaan atau sudah ada Rury, Radha terlupakan ketika diluar negeri
2024-07-01
0
Nanik Kusno
Huuuuhhhhh.....gmn nantinya 😵💫😵💫😵💫😵💫
2024-05-12
0
Qaisaa Nazarudin
Apa saat ini Haidar mau di nikahka. dgn Radha,Tapi sayang Haidar pikir dia mau di nikahkan dgn gadis lain,makanya dia kabur dan di gantikan dengan Gian,ya kan thor..
2024-02-17
0