Di Ruangan kepala sekolah, lebih tepatnya wakil kepala sekolah, Dona dan ayahnya sudah duduk manis serta disambut secara hangat oleh bu wakil kepala
"Selamat datang pak Zoya"
"Saya kesini untuk meminta anda supaya menghukum orang yang telah membully putri saya" ucapnya seraya melipat tangan di depan dada. Dona pun sudah siap dengan aktingnya sedari tadi
"Apa kau dibully lagi Dona?"
Dona mengangguk sebagai jawaban, dia pandai berakting terutama untuk akting menangis atau orang yang pantas dikasihani
"Apa orang yang sama?"
"Iya, tapi kali ini ada yang lainnya, dia adalah Tari"
"Tunggu sebentar, ibu akan memanggil mereka"
Bu wakil pun segera memangil siswa yang terkait melalui mic yang ada di ruangan itu. Melihat itu Dona pun tersenyum namun itu tidak dia perlihatkan kepada bu wakil
"Kepada Tari dan Sena, segera keruangan ibu sekarang"
Setelah mengatakan satu kalimat itu, bu wakil segera menutupnya kemudian duduk kembali ke tempatnya
"Tunggu sebentar, mereka akan segera kesini"
****
"Kenapa aku dipanggil?"
Sena yang tidak tau kenapa dirinya dipanggil pun segera pergi menuju ruang wakil kepala sekolah karena mungkin saja ada hal penting yang ingin diberitahukan. Namun langkahnya terhenti saat Viktor memanggil serta menghampiri dirinya
"Ada apa tuan Viktor?"
"Tidak usah kesana" ucap Viktor datar serta dengan tangan yang dia letakkan di dalam kantong. Sena yang merasa seperti dilarang pun menjadi bingung karenanya
"Kenapa? Mungkin ada hal penting yang ingin disampaikan kan?"
"Aku yakin itu tidak penting, lebih baik kau kembali saja ke kelas"
"Ah maafkan aku tuan Viktor, tapi ini sepertinya penting jadi aku tidak bisa mengabaikannya"
"Keras kepala... dua orang ayah dan anak itu kenapa selalu membuatku kesal sih?!"
Sena pun melanjutkan langkahnya dan pergi keruangan Bu wakil. Viktor hanya bisa menghela napas pasrah kemudian pergi mengikuti Sena
"Aku juga ada urusan, jadi ayo bersamaan saja"
Sena mengangguk dan mereka pun berjalan beriringan. Saat ditikungan Sena dan Viktor bertemu dengan Tari yang juga dipanggil keruangan bu wakil
"Apa kau mau kesana juga Viktor?" tanya Tari sambil menyesuaikan langkahnya dengan Sena dan juga Viktor
"Ya ada sedikit urusan. Kak Tari berbuat masalah apa lagi sekarang?"
"Lagi? Kau sering melihatku berbuat onar ya?"
Ucapnya seraya tertawa dan Viktor pun hanya tersenyum karena itu
"Hanya asal bicara saja"
"Aku hanya memberikan sedikit pelajaran kepada sang primadona cengeng itu"
"Oh... pantas saja. Kak Tari, kenapa kau sangat membenci Dona?"
"Karena sifatnya yang sombong, manja, seenaknya saja, dan dia juga suka mencari-cari masalah dengan orang lain"
"Ehh... aku pikir karena kak Tari juga suka padaku"
Tari adalah salah satu senior yang Viktor segani sama seperti Leo. Oleh karena itu Viktor suka bercanda kepadanya, dan Tari pun sudah terbiasa dengan candaan seperti itu
"Bocah sepertimu bukanlah tipeku! Lagipula aku sudah memiliki orang yang aku sukai. Ya meskipun dia tidak menyukaiku sih"
ucapnya seraya membuang napas. Viktor pun mendekat kearah Tari kemudian mulai menggoda kakak kelasnya itu
"Siapa tuh? Aku bisa bantu kalau mau?"
Tari pun mendorong Viktor menjauh darinya dan Viktor pun hanya tersenyum
"Bocah sepertimu tidak akan bisa membantuku, belajar saja sana!"
"Kak... kita hanya beda satu tahun loh... aku bukan bocah"
Mereka akhirnya sampai di ruangan Bu wakil. Mereka mengetuk pintu terlebih dahulu dan setelah mendapat izin mereka langsung masuk kedalam
"Permisi"
Saat ketiga orang itu masuk semua yang ada di ruangan itu langsung saja menoleh seraya menatap tidak suka kepada orang yang baru datang
"Duduklah. Dan kau Viktor? Kenapa kau ada disini?"
"Apa tidak boleh?" tanya Viktor seraya duduk disalah satu kursi yang ada di sana
"Tentu saja, ini tidak ada hubungannya sama sekali denganmu per—"
"Sudah biarkan saja, aku suka anak muda ini. Apa kau masih ingat denganku?"
Perkataan Bu wakil terpotong oleh pak Zoya yang memang sudah tertarik kepada Viktor. Pria paruh baya itupun mendekati orang yang dicap sebagai calon menantu olehnya itu
"Aku kehilangan ingatanku jadi aku tidak ingat"
"Ah sayang sekali. Tapi meskipun begitu, aku masih mengingatmu"
Laki-laki itupun tersenyum dan Viktor hanya memberikan wajah datar dan tidak berekspresi sama sekali, sebenarnya dia masih kesal sekarang ini
Bu wakil pasrah dan menerima kehadiran Viktor di ruangan itu. Dia pun memangku dagunya dengan tangan kemudian menatap tajam kearah Sena dan juga Tari yang duduk di samping Viktor
"Apa kalian tau kenapa kalian saya panggil kesini?"
Tari diam saja karena dia tau apa yang akan terjadi setelah ini. Dia sebenarnya juga membenci wakil kepala sekolah karena beberapa hal. Sedangkan Sena dengan polosnya menggeleng karena dia benar-benar tidak tahu
"Dona melapor kalau kalian lagi-lagi membully nya, apa itu benar?"
"Ah lagi-lagi... aku rasa melawan preman lebih baik daripada berurusan dengan anak manja seperti dia" gumam Tari jijik melihat Dona yang sesenggukan pura-pura menangis
"Saya tidak membully nya Bu"
"Apa kau yang bernama Sena? Yang sudah membuat nama putri saya tercemar?!"
Pria paruh baya itupun meninggikan suaranya seraya menatap kearah Sena. Sena yang ditatap seperti itu menjadi heran sekaligus sedikit takut
"Saya tidak pernah melakukan itu"
"Sudah mengaku saja, gara-gara kamu popularitas ku tercemar di sekolah ini"
Dona memposisikan tangannya menutupi matanya dan memulai aktingnya lagi. Kali ini lebih dari yang tadi dan membuat ayahnya semakin kesal dengan Sena
"Aktingnya bagus sekali, kenapa tidak jadi aktris saja?" gumam Tari lagi sambil melihat kearah Viktor yang menunjukkan ekspresi seperti akan muntah
"Saya tidak pernah melakukan itu, dan putri andalah yang selalu membully saya!" ucap Sena yang mulai berani mengatakan isi pikirannya karena dia percaya diri dengan Viktor yang ada di sampingnya
Viktor dan Tari yang mendengar itu langsung saja bersiul dan menatap bangga kepada Sena yang berani mengatakan isi pikirannya
"Saya bisa saja memasukkan kamu ke penjara karena pencemaran nama baik. Sebaiknya kau jangan membuat masalah lagi untuk anakku!"
Sena terdiam mendengarnya, jika berhadapan dengan orang kaya memang akan sulit baginya. Sepertinya dia tetap akan disalahkan disini
"Ah... seenaknya saja mau memasukkan orang ke penjara. Dia pikir dia siapa?!"
"Bu wakil! Segera berikan hukuman kepada kedua orang ini atau aku akan menuntut sekolah ini karena tidak bisa melindungi siswanya sendiri!"
"Baik pak Zoya, tolong tenanglah. Sekarang... entah hukuman apa yang cocok untuk kalian supaya kalian tidak membully Dona lagi"
Viktor sudah bosan dengan drama yang terjadi di ruangan itu. Dia pun menghela napas berat pertanda bosan kemudian berdiri dari tempat duduknya. Dalam sekejap semua mata tertuju kepada Viktor yang berdiri. Setelah itu Viktor segera berjalan mendekat kearah bu wakil yang sedang duduk ditempatnya
"Ada apa Viktor?"
"Bu wakil, bukankah keputusanmu terlalu berat sebelah disini?"
Viktor pun tersenyum kepada gurunya itu, namun senyum itu bukanlah senyum tulus melainkan senyum yang memiliki seribu arti
"Apa maksudmu?"
"Kau selalu saja membela Dona. Apa kau sudah benar-benar punya bukti kalau kak Tari dan Sena membully nya? Tidak kan? Jadi bukankah ini tidak adil?"
"Jangan asal bicara Viktor. Aku adalah gurumu dan kau hanya siswa disini!"
Bu wakil pun mulai menegaskan tentang pangkat mereka. Sebenarnya Viktor bisa saja menggerutu tentang pangkatnya yang sebenarnya, namun itu tidak dia lakukan karena itu pasti akan merepotkan
"Eh benarkah..? Tapi jika aku memberikan file ini kepada paman, ah tidak, maksudku kepala sekolah, kira-kira bagaimana reaksinya ya..?"
Ucap Viktor seraya mengambil sesuatu di dalam kantongnya. Setelah mendapatkan apa yang dicari Viktor segera mengeluarkannya kemudian memperlihatkannya kepada bu wakil serta bisa dilihat oleh semua orang yang ada di ruangan itu
Bu wakil langsung saja menatap tajam kearah hardisk yang Viktor pegang. Dan Viktor puas dengan ekspresi itu
"Disini ada anggaran tentang biaya klub, OSIS, perbaikan lingkungan sekolah, perawatan gedung, dan gaji para karyawan. Tapi apa bu wakil tau? Ada keanehan di semua itu loh..."
Seringai Viktor tunjukkan, bu wakil tau kalau Viktor sedang membicarakan dirinya sehingga dia menjadi kesal
"Jangan bicara yang tidak-tidak Viktor dan jaga sopan santun mu terhadap guru!!"
"Guru?! Orang yang mudah melakukan suap dan menerima korupsi sepertimu, tidak pantas mendapat hormat ku! Apalagi sampai dipanggil guru olehku! Ketahuilah posisimu, kau yang dirugikan disini. Opps maaf, aku tidak bisa seenaknya memecat orang di sekah ini. Aku rasa aku akan memberikan ini langsung kepada yang berkuasa saja. Bagaimana ya reaksinya..?"
Viktor pun hendak memasukkan kembali hardisk itu ke dalam kantongnya. Namun belum sempat, hardisk itu sudah lebih dulu diambil oleh bu wakil dan setelah itu dia hancurkan sampai hancur berkeping-keping. Semua menjadi terkejut karenanya
"Ah sepertinya tadi aku salah ambil" ucap Viktor diselingi senyuman dan membuat bu wakil terkejut dan makin kesal kepada Viktor. Namun Viktor sama sekali tidak peduli akan hal itu
"Itu adalah laporan yang diberikan ketua OSIS tadi. Astaga... kenapa ibu menghancurkannya?"
Viktor menikmati saat-saat dia berpura-pura bodoh, dia suka saat orang-orang menjadi kesal dan marah karena perbuatannya
"Apa maksud semua tindakanmu ini Viktor?!"
"Tidak ada... ah aku mau membawa kak Tari dan Sena pergi, permisi.."
Viktor pun menarik tangan Tari dan Sena secara bersamaan pergi keluar dari ruangan itu dan orang yang ditarik pun hanya diam saja tanpa bertanya atau berkata apapun
Bu wakil hanya diam saja membiarkan hal tersebut, dia tidak berusaha menghentikan. Hal itu membuat dona kesal sedangkan pak Zoya hanya duduk sambil tersenyum karena calon menantunya itu sangat menarik
"Bu kenapa mereka dibiarkan pergi?!"
"Diam lah Dona... mereka pasti akan ibu hukum nanti"
Bu kepala pun memangku dagunya dan menatap kesal kearah pintu luar yang tertutup
"Anak itu..!!" Bagaimana dia bisa?!"
Setelah keluar dari ruangan bu wakil, Tari langsung saja menepuk keras bahu Viktor sambil tersenyum dan Viktor pun ikut tersenyum karena itu
"Wah kau berani sekali Viktor"
"Terima kasih atas pujiannya"
"Apa tidak apa-apa kalau kita pergi begitu saja? Bagaimana kalau dia marah?"
Sena khawatir dengan yang baru saja terjadi, maklum saja karena ini pertama kalinya dia dipanggil keruang guru dengan situasi seperti tadi
"Anak teladan memang seperti ini ya?"
"Viktor.."
sebuah suara memanggil dan orang yang punya nama pun menoleh kearah suara itu. Ternyata Leo sang kapten lah yang memanggil dirinya
"Ada apa kak Leo?"
"Tim kita tiba-tiba saja memiliki ide untuk uji nyali besok malam. Apa kau mau ikut?"
Leo pun menyerahkan sebuah formulir kepada Viktor, itu adalah surat perizinan yang harus diberikan kepada wali Viktor nanti. Viktor pun segera mengambil formulir itu kemudian membacanya sekilas
"Kenapa tiba-tiba kepikiran hal ini?"
"Entahlah... sepertinya mereka ingin menunjukkan kemampuan mereka kepada para adik kelas di tim kita"
"Em... kak Tari apa kau mau i~ eh dimana dia?"
Tari yang semula ada di samping mereka menghilang tiba-tiba tanpa sepengetahuan mereka berdua. Viktor dan Sena pun melihat-lihat sekeliling untuk mencari sosok kakak kelasnya itu
"Mencari siapa?"
Tanya Leo karena heran dengan tingkah Viktor dan juga Sena. Merasa tidak menemukannya, mereka berhenti mencari kemudian kembali menatap kearah Leo yang ada didepannya
" Mencari kak Tari"
"Ah Tari ya? Sepertinya dia lari sesaat setelah melihatku, itu sudah sering terjadi belakangan ini. Aku merasa kalau dia membenciku" ucapnya seraya memegangi dadanya pertanda sedih
"Eh... tidak ku sangka kalau sosok kak Leo ada yang membencinya" ucap Viktor seraya tersenyum dan itu membuat Leo menjadi sedikit kesal sekaligus senang dalam waktu bersamaan
"Memangnya di dunia ini ada ya orang yang disukai oleh semua orang?"
"Ya kak Leo benar juga. Sena, apa kau mau ikut?"
Viktor pun menoleh kearah Sena yang ada di sampingnya dan yang ditanya pun menjadi gugup dan menoleh kearah lain karena malu
"Em aku... takut pada hantu atau sesuatu yang berbau mistis, jadi aku tidak akan ikut"
"Oh begitu ya?"
Sena pun mengangguk sebagai jawaban. Karena sudah selesai Leo pun memutuskan untuk segera pergi dari sana
"Kalau begitu aku pergi dulu, nanti jangan sampai pingsan ya"
"Seharusnya aku yang bilang begitu"
Leo pun tertawa mendengarnya, dia tau kalau Viktor pasti akan mengatakan itu. Leo melambai sejenak kemudian langsung berlari menuju kelasnya karena jam istirahat akan segera berakhir
"Ayo kembali ke kelas"
"Ok"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rintik Ludira
lanjut thor... aku mulai baca nih... ditunggu up nya
2021-08-03
0