Suara langkah kaki terdengar dari ujung lorong dan suara ribut-ribut pun terdengar. Dari ujung lorong itu terlihat segerombolan siswa-siswi yang sedang berlari sekuat tenaga mereka menuju kesuatu arah
"Ah itu dia! Ayo cepat!"
"Ah iya iya, ayo semuanya!!"
Setelah melihat sosok yang dicari, segerombolan siswa-siswi itupun langsung mengelilingi orang itu. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Viktor. Viktor hanya diam dan kebingungan, dia tidak tau apa yang sedang terjadi sekarang ini
"Ada apa ya?"
Tanya Viktor sambil tersenyum kikuk. Para siswa itupun mulai membuka suara
"Kau adalah siswa terpintar di sekolah kita, oleh karena itu pinjamkan lah catatan biologi milikmu kepada kami"
"Iya benar! Catatanmu pasti rapi dan mudah dibaca. Jadi tolong bantulah kami"
"Kenapa tiba-tiba? Apa kalian tidak mencatat sendiri?" ucapnya pura-pura tidak tau akan hal yang baru saja dia lakukan beberapa hari yang lalu
"Kami mencatat! Tapi buku catatan kami hilang dan saat ditemukan semuanya sudah rusak dan tidak bisa dibaca lagi"
"Viktor pinjamkan catatanmu ya!!"
"Iya! Kami akan melakukan apapun jika kau mau meminjamkan catatanmu"
"Itu benar! Katakan saja apa yang kamu!"
Para siswa itu secara bersamaan memohon dan memasang wajah memelas mereka supaya Viktor mau meminjamkan catatan miliknya. Sebenarnya mereka tidak perlu melakukan itu. Viktor yang ditatap dengan ekspresi seperti itupun menggaruk tengkuknya sambil tersenyum kikuk
"Em bagaimana ya...?"
"Kami akan memberikan apapun yang kau mau sebagai balasannya"
"Apapun, katakan saja"
"Aku tidak butuh apapun dan aku pasti akan meminjamkannya jika aku punya"
Para siswa itupun tersenyum secara bersamaan mendengar Viktor mau meminjamkan. Tapi ekspresi itu langsung berubah saat mereka baru sadar dengan kata terakhir yang Viktor ucapkan
"Jika punya?"
"Aku tidak mencatat saat pelajaran biologi"
Semua terkejut secara bersamaan, mulut mereka menganga tidak percaya dengan yang baru saja mereka dengar. Para siswa pun mendekatkan jarak mereka dengan Viktor dan mulai memberikan pertanyaan secara bertubi-tubi
"Viktor sang siswa teladan tidak mencatat pelajaran?!"
"Apa kau tidak dimarahi oleh bu Ama?!"
"Tidak. Saat dia bertanya maka aku akan menjawab dan karena jawabanku selalu benar, jadi bu Ama tidak mempermasalahkan kalau aku tidak memiliki catatan"
"Ah... aku iri kepadamu!! Sudah ganteng pintar pula!!" ucap salah seorang siswa sambil sedikit meneteskan air mata frustasinya, mengapa dia tidak dilahirkan seperti Viktor saja
Viktor yang mendengar itupun tersenyum dan mulai memuji-muji dirinya sendiri lagi di dalam hatinya
"Jadi kita harus minta tolong dengan siapa sekarang?"
Para siswa itupun berunding dan tidak lagi mengelilingi Viktor. Melihat mereka kebingungan, Viktor pun mulai angkat bicara
"Apa sudah bertanya kepada Sena? Aku sering membantunya dalam pelajaran itu"
"Oh iya Sena, kenapa bisa lupa?"
"Ayo semuanya, kita menemui Sena"
"Ayo!!"
Para siswa-siswi itupun langsung pergi untuk mencari Sena, mereka sama sekali tidak melihat kebelakang lagi. Viktor yang melihat itupun tersenyum simpul
"Mereka sebenernya cukup menyenangkan, tapi karena mereka sudah jahat jadi aku harus memberi sedikit hukuman"
★Di rumah★
"Sena, apa kau tertarik untuk belajar seni bela diri?"
Sena yang sedang membersihkan rumah pun menoleh kearah Viktor yang sedang bermain game
"Em, aku ingin jadi kuat supaya aku bisa melindungi keluargaku. Tapi apakah aku bisa?"
"Tentu saja bisa. Jika kau mau, maka aku akan melatih mu saat aku luang" ucap Viktor sambil tersenyum kearah Sena
"Apakah itu tidak merepotkan tuan?"
"Bukan masalah, jika kau bisa ilmu bela diri mungkin kau juga bisa sedikit membantuku"
Ucap Viktor seraya tersenyum lagi. Sena yang tidak paham dengan perkataan Viktor pun hanya bisa diam kemudian melihat kearah tuannya yang sudah sibuk bermain game lagi
****
Hari sudah larut, sudah saatnya untuk Viktor menjalankan misi
"Aku ada pertunjukan malam ini"
Viktor pun mengambil senjatanya kemudian langsung berangkat untuk menjalankan misi
*****
Suara disekitar sangat berisik dan membuat orang-orang tidak bisa tidur dengan tenang. Di malam bulan purnama, Dona terbangun karena suara-suara yang tidak berhenti sedari tadi
"Dimana aku?"
Tanya Dona setelah dia membuka matanya dan menyadari kalau dia berada ditempat asing yang tidak dia ketahui sama sekali
Keadaan di sana gelap jadi dia tidak bisa tau apa yang sedang terjadi dan ada dimana dia sekarang. Yang bisa dia ketahui hanyalah suara tawa seseorang dan jeritan dari orang lainnya
Matanya perlahan bisa menyesuaikan dengan kegelapan lingkungan disekitarnya sehingga dia bisa melihat apa yang sedang terjadi secara samar-samar. Dona terkejut dengan yang dilihatnya, itu adalah adegan pembunuhan. Dia langsung takut dan ingin pergi, namun dia tidak bisa karena tubuhnya ternyata diikat dengan kuat
Suara jeritan orang pun lagi-lagi terdengar dan akhirnya suara itu berhenti, Dona langsung ketakutan seketika. Dia berusaha untuk melepaskan Ikatan talinya, namun itu tidak berhasil sama sekali
Suara langkah kaki mendekat pun terdengar, membuat Dona menangis dan perlahan mundur ke belakang
"jangan mendekat!"
Dona semakin mundur ke belakang dan langkah kaki itupun semakin mendekat. Karena gelap, Dona tidak mengetahui bagaimana rupa dari orang yang sedang berjalan mendekatinya itu. Dona hanya bisa berteriak meminta tolong sambil menangis. Namun tidak ada yang mendengarnya karena di sana sangat sepi
Punggung Dona menyentuh dinginnya tembok bangunan, dia sudah tidak bisa mundur lagi. Dia terus meminta supaya dia tidak dibunuh dan terus berteriak meminta tolong meskipun usaha yang dia lakukan itu sia-sia
Langkah kaki itu semakin dekat dan akhirnya sosok itu terkena sinar bulan yang masuk melalui celah atap yang sudah rusak. Seringai licik dan wajahnya pun perlahan-lahan terlihat. Mata Dona membulat seketika saat mengetahui siapa orang itu
"Viktor?!!"
Suka dengan ekspresi yang dilihatnya, Viktor lagi-lagi menyeringai tanpa berkata apapun. Dia mengangkat pisaunya yang sudah berlumuran darah dan bersiap mengarahkannya kearah Dona yang sudah pucat karena ketakutan
"Kumohon jangan bunuh aku!! Jangan...!!"
Sezz!!
Keesokan harinya di sekolah, seperti biasanya selalu banyak yang menyapa Viktor di pagi hari. Viktor pun menyapa balik mereka semua karena dia sedang dalam mood yang baik hari ini
"Viktor selamat pagi"
"Pagi semuanya"
"Ah dia tampan sekali"
"Dia juga imut"
"Iya kau benar"
Para siswi seperti biasanya juga selalu memuji-muji Viktor, dan Viktor pun menjadi sangat pede dan senang karena dirinya dipuji-puji oleh banyak orang
"Tuan Viktor memang terkenal seperti biasanya ya" ucap Sena yang berjalan beriringan dengan tuannya itu
"Terima kasih atas pujiannya"
Dona hendak lewat namun dia tidak sengaja melihat Viktor dari kejauhan sehingga dia langsung bersembunyi dibalik dinding bangunan. Meskipun Dona menganggap kejadian semalam adalah mimpi, dia tetap saja tidak berani untuk mendekati Viktor sekarang ini
"Sepertinya aku melihat kak Dona tadi?" ucap Sena sambil melihat kearah depan dan memperhatikan dinding di arah di mana dia melihat sekilas sosok kakak kelasnya itu tadi
"Mungkin hanya perasaanmu saja. Aku tidak melihat apapun tadi"
"Oh mungkin aku yang salah lihat"
Sena tidak mau terlalu memikirkannya sehingga dia mengalihkan pandangannya kearah lain. Viktor pun tersenyum. Sebenarnya Viktor tau kalau itu tadi benar-benar adalah Dona dan dia juga tau kenapa kakak kelasnya itu bersembunyi
"Yo Viktor, lama tidak bertemu"
Seorang pria yang lebih tinggi menghampiri Viktor dan Sena yang sedang berbincang-bincang. Pria itu adalah orang yang Viktor kenali sekaligus dia segani
"Selamat pagi kak Leo"
"Pagi, sepertinya kau sehat-sehat saja. Apa ini pacarmu?"
Tanya Leo, sang kapten basket kepada Viktor. Viktor tau kalau sang kapten hanya ingin menggoda dirinya, namun itu juga kesalahannya karena telat memperkenalkan orang yang berada di sampingnya itu
"Ah biar ku perkenalkan, dia Sena, temanku"
"Halo, senang bertemu denganmu kak Leo. Tuan Viktor sudah sering bercerita tentangmu, dia sangat mengagumimu"
Ucap Sena sopan seraya memberi salam. Leo pun tersenyum sambil mengangguk
"Yah begitulah! Dia juga adik kelas kebanggan ku. Aku pikir kalian pacaran tadi"
"Daripada mengurusi orang lain, bukankah kak Leo dulu yang harus mencari pacar?! Aku bisa bantu loh kalau mau.." ucap Viktor sambil menyenggol tangan Leo untuk membalas godaan dari kakak kelasnya itu tadi
"Kau ini... belajar yang rajin sana! Tidak usah mengurusi percintaan orang lain"
"Padahal diri sendiri melakukan hal yang sama"
Viktor pun menyindir seniornya sambil mengerucutkan bibirnya pertanda mengejek. Leo yang sudah terbiasa dengan sikap juniornya itupun mengunci Viktor diantara ketiaknya kemudian mengusap-usap kepala Viktor dengan kepalan tangannya
"Kau ini jago sekali menyindir ya"
Viktor yang diperlakukan seperti itupun tertawa tanpa ada niat untuk meminta maaf sedikitpun. Sena yang melihat Viktor tertawa lepas pun tersenyum karena ini pertama kalinya dia melihat Viktor tertawa seperti itu
"Baiklah aku harus ke klub dulu, ada sedikit urusan di sana"
Leo pun melepaskan kuncian nya kemudian hendak pergi menuju club. Viktor yang sudah lepas pun merapikan rambutnya yang berantakan
"Perlu bantuan?"
"Jika kau luang.."
"Aku tidak ada urusan, jadi aku bisa membantu"
"Baiklah, ayo ikut"
Ucap Leo seraya pergi menuju ruang club. Viktor pun mengangguk kemudian menoleh kearah Sena dan menyuruhnya untuk pergi ke kelas duluan. Sena pun mengangguk sambil tersenyum dan setelah itu Viktor pun langsung pergi menyusul kaptennya yang sudah lumayan jauh di depan
"Selamat bersenang-senang"
Ucap Sena dengan cukup kuat sehingga Viktor bisa mendengarnya. Viktor pun tersenyum kemudian berlari mengejar kapten basketnya itu
Sementara itu, Dona tetap setia bersembunyi dibalik dinding dan memperhatikan setiap perbuatan yang dilakukan Viktor. Dia ingin menemui Viktor namun diwaktu yang sama dia juga takut pada Viktor
"Apa yang kulihat semalam hanyalah mimpi!! Gara-gara mimpi aneh itu aku jadi tidak bisa menemui Viktor, aku takut... padanya"
★Di lapangan basket
"Pagi semuanya"
Ucap Leo setelah masuk keruang latihan. Para anggota yang sedang berlatih pun menoleh sejenak untuk menjawab salam dari sang kapten
"Pagi kapten"
"Wah kalian rajin sekali ya, bagus bagus"
Leo pun berkacak pinggang dan tertawa puas karena melihat anggota timnya sangat giat berlatih
"Viktor awas!"
Seseorang berteriak memperingatkan Viktor. Viktor yang diperingati secara tiba-tiba hanya bisa bingung sambil menoleh dan saat dia menoleh...
Plakk!!
Sebuah bola mendarat tepat di wajahnya dan membuatnya mundur serta terduduk di lantai
"Aduh.."
Viktor pun memegangi wajahnya yang terkena bola. Sakit, itulah yang dia rasakan saat ini. Wajahnya menjadi merah dan dia beberapa kali meringis kesakitan. Sang pelaku pun segera berlari menghampiri Viktor
"Viktor apa kau baik-baik saja?"
Viktor tidak menjawab, kepalanya masih pusing dan pengelihatannya masih belum kembali jelas
"Ini salahmu Keil, kenapa kau memberikan operan seperti itu?!"
"Maaf, aku hanya ingin mencoba teknik baru. Viktor maaf ya, apa kau tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa, hanya sedikit pusing saja" ucap Viktor menurunkan tangannya dari wajahnya kemudian menoleh kearah para seniornya yang menjadi pelaku dari kejadian ini
"Pftth"
Suara tawa tertahan terdengar sesaat setelah Viktor menoleh, Viktor dibuat bingung karenanya. Dan akhirnya tawa itupun lepas dan tawa keras pun terdengar di seluruh ruangan
"Bwahahahaha, wajahmu lucu sekali Viktor..!!"
"Benar-benar lucu. Tidak ku sangka pangeran sekolah bisa terlihat seperti itu. Hahaha"
Para kakak kelasnya itupun tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut mereka yang sakit karena tertawa. Mereka bahkan sempat mengambil beberapa foto Viktor saat ini, dan itu membuat Viktor malu sehingga wajahnya sedikit memerah
"Hentikan kalian berdua, ini terjadi kan karena kalian!" ucap Leo sambil memukul kepala kedua temannya itu dan membuat mereka berhenti tertawa
"Ah maaf maaf, habisnya lucu sekali. Aku jadi tidak tahan untuk tertawa"
"Maaf Viktor"
Viktor pun mengerucutkan bibirnya pertanda masih tidak terima karena para seniornya mentertawakan dirinya. Viktor mungkin terlihat kesal, namun itu terlihat imut Dimata para senior yang melihatnya
"Imut..!!"
"Ekhem!! Baiklah, ayo mulai latihan paginya"
Latihan pagi pun dimulai. Viktor segera berdiri kemudian ikut berlatih, dia ingin berlatih dengan giat untuk mengganti latihan yang sudah dia lewatkan beberapa hari ini
****
Latihan akhirnya selesai dan saat ini Viktor sedang pergi menuju kelasnya. Senyuman tidak bisa luntur di wajahnya saat mengingat betapa serunya latihan tadi. Namun senyum itu tiba-tiba luntur saat Dona tidak sengaja lewat di depannya
"Vi-Viktor?!"
Dona yang biasanya senang ketika tidak sengaja bertemu Viktor kini malah terkejut dan sedikit takut. Sedangkan Viktor tidak menunjukkan ekspresi apapun
Dona perlahan mundur dan bersiap untuk pergi, dia belum siap untuk berbicara dengan Viktor saat ini. Viktor sama sekali tidak berusaha menghentikan ataupun bertanya tentang sikap Dona, dia hanya diam dan memperhatikan
"Sebentar! Itu kan hanya mimpi! Iya itu mimpi, Viktor tidak akan pernah melakukan hal seperti itu!"
Viktor pun melanjutkan langkahnya dan melewati Dona yang masih diam tidak bicara. Viktor ingin segera masuk kelas namun Dona menghalangi jalannya sehingga Viktor menghentikan langkahnya
"Ada apa?"
"Hanya ingin menyapa. Kau tidak mungkin melakukan hal itu kan..?"
Suara Dona dipelankan nya, namun telinga tajam Viktor tetap bisa mendengar apa yang dia ucapkan
"Melakukan apa? Bukankah sudah kubilang untuk tidak muncul lagi dihadapkan ku?!"
"Jadi kau masih marah ya? Maaf menggangu, aku pergi dulu"
Dona segera memutar badannya kemudian berlari meninggalkan Viktor. Saat Dona tidak terlihat lagi, seringai muncul di wajahnya
Dona pergi ke toilet untuk menenangkan diri dan juga mengelap keringatnya yang bercucuran. Dona membasuh wajahnya dan perlahan mulai tenang. Namun saat dia mengangkat wajahnya, seseorang di balik cermin tiba-tiba saja menyiramkan air kepadanya
"Apa-apaan ini?!!"
Dona memperhatikan bajunya yang basah kemudian marah-marah kepada sang pelaku. Dan sang pelaku pun hanya tertawa kemudian menatap remeh kearah Dona
"Gadis tidak tau malu. Tidak ku sangka kalau kau ternyata sangat kejam dan tidak segan-segan untuk mencelakai adik kelas demi mendapatkan Viktor"
"Apa maksudmu?! Jangan asal bicara ya, Tari!!"
Tari yang merupakan saingan Dona itupun mengeluarkan hp nya kemudian memperlihatkan berita yang tertulis di blog sekolah
"Primadona sekolah menyakiti adik kelasnya demi mendapatkan sang pangeran! Apa sudah jelas?!"
"Itu bohong! Aku tidak melakukan itu!"
"Masih tidak mengaku juga?! Bagaimana dengan foto-foto ini?"
Tari kembali memperlihatkan hp nya, dan di sana terdapat foto saat Dona menampar Sena. Dona yang marah segera berusaha untuk mengambil hp Tari, namun Tari lebih dulu menyimpannya di sakunya
"Itu semua hoax, editan! Aku akan melaporkan hal ini kepada ayahku!!"
"Dasar anak manja, pasti selalu mengadu kepada orangtuanya"
Ucap Tari mengejek Dona. Bukannya marah,Dona malah balas mengejek Tari
"Kau iri ya? Kasihan, rakyat jelata memang suka sekali iri ya"
Tari kesal dengan perkataan Dona barusan. Karena jika dibandingkan, kehidupan ekonomi keluarga Dona dengan dirinya tidak terlalu beda jauh
"Kau yang rakyat jelata!!"
"Kau!!"
Pertengkaran Dona dan Tari untuk yang kesekian kalinya pun terjadi lagi. Mereka saling menarik rambut masing-masing ataupun menampar jika ada kesempatan
"Lihat saja, kau pasti akan ku laporkan kepada ayahku!"
"Aku tidak takut kepada ayahmu!!"
Setelah memutuskan untuk mengakhiri pertengkaran tadi, Dona segera pergi ke atap dan menelpon ayahnya
"Papa..."
Dona pun berpura-pura menangis kepada ayahnya, cara ini selalu dia gunakan jika dia menginginkan sesuatu dari ayahnya
"Ya ada apa putri kesayangan papa?"
"Aku dibully disekolah"
"Apa?! Siapa orangnya? Biar papa yang mengurusnya!"
"Dia teman sekelasku Tari. Dia memang selalu saja membully ku. Dan juga ada adik kelas yang berusaha merebut calon suamiku dan namaku tercoreng gara-gara dia"
"Berani sekali wanita itu!! Baiklah tunggu di sana! Papa akan segera kesana"
"Makasih papa"
Telepon diputuskan dan Dona tersenyum setelahnya. Ide jahat mulai terlintas dipikirannya, dan setelah itu diapun menoleh kearah bawah dimana kelas 1-5 sedang berolahraga
"Lihat saja Tari, Sena! Setelah papaku datang, kalian pasti akan bertekuk lutut meminta maaf kepadaku. Dan kau Viktor... kau akan menjadi milikku...!"
Tidak butuh waktu lama ayahnya Dona benar-benar datang ke sekolah. Dengan mobil hitam yang mengkilap, ayahnya Dona turun dan langsung menghampiri putri tercintanya yang sudah menunggunya sambil menangis itu. Dona yang melihat ayahnya sudah datang pun langsung memeluk ayahnya itu
"Papa, akhirnya papa datang juga"
"Dimana orang yang sering membully mu itu?"
"Mereka masih di kelas mereka.." ucap Dona manja kepada papanya
"Ayo antar papa ketempat kepala sekolahmu!"
Dona pun mengangguk kemudian langsung mengantar ayahnya itu keruangan kepala sekolahnya
Saat sedang diperjalanan, Dona serta ayahnya berpapasan dengan Viktor yang baru saja selesai olahraga. Viktor sama sekali tidak menoleh namun ayahnya Dona ingat kalau dia pernah bertemu dengan Viktor sebelumnya
"Senang bertemu dengan anda lagi anak muda" ucap ayah Sena berusaha sopan kepada Viktor yang sedang lewat
"Salah orang"
Ucap Viktor singkat kemudian langsung lewat, dia ingin segera mengganti pakaiannya. Ayah Dona seketika khawatir dengan jawaban yang diberikan Viktor
"A-apakah saya berbuat salah?"
Viktor menghentikan langkahnya kemudian menatap kesal kearah pria paruh baya itu dan itu membuat pria itu langsung diam tanpa berkata apapun lagi
"Maafkan saya"
Setelah itu Viktor pun melanjutkan langkahnya menuju ruang ganti. Dona yang sedari tadi diam hanya bisa melihat kearah punggung Viktor kemudian menatap kearah ayahnya
"Apa papa mengenal Viktor?"
"Viktor? Jadi dia Viktor yang sering kau bicarakan itu?"
Dona pun mengangguk sebagai jawaban. Wajah senang sekaligus licik muncul diwajahnya, Dona dibuat bingung karena ayahnya itu
"Kalau benar begitu, papa pasti akan membantumu sebisa mungkin. Jika dia menjadi menantu papa, karir papa pasti meningkat pesat"
"Makasih papa"
Tanpa memikirkan maksud perkataan ayahnya, Dona langsung saja memeluk papanya itu. Yang dia pikirkan adalah bahwa dia bisa mendapatkan Viktor dengan bantuan papanya
"Jadi namanya Viktor ya?" gumam pria itu sambil berjalan menuju ruang kepala sekolah
"Papa pernah bertemu dimana?"
"1 tahun yang lalu saat dipersidangan. Saat itu papa ingin melihat bagaimana seorang jaksa terkenal beraksi, oleh karena itu papa datang. Tapi papa sangat terkejut saat jaksa itu tidak bisa lagi berkata-kata hanya karena perkataan seorang remaja yang kehadirannya tidak pernah diduga-duga. Itu adalah Viktor"
"Eh Viktor ada di persidangan?!"
Dona tidak bisa menutupi keterkejutannya, bukankah tidak wajar jika anak dibawah umur berada dipersidangan
"Seorang pekerja kantoran meminta tolong kepada CEO Roy, CEO dari Sai Corporation untuk dicarikan pengacara karena dia tidak punya uang untuk mencari pengacara sendiri. Pekerja itu adalah teman semasa SMA CEO Roy, oleh karena itu dia membantunya. Bukannya mencari pengacara, CEO Roy malah meminta seorang remaja berusia 15 tahun untuk menyelesaikan sidang itu"
"Terus?"
Dona dibuat penasaran dengan hal yang diceritakan ayahnya dan ayahnya pun hanya tersenyum kemudian melanjutkan ceritanya
"Papa juga tidak tau mengapa anak di bawah umur dipersilahkan untuk menjadi pengacara waktu itu. Padahal jelas sekali kalau itu melanggar hukum. Pekerja itu ragu namun dia terpaksa menerima. Namun saat dipersidangan, semua orang terkejut dengan setiap hal yang dilakukan oleh Viktor. Dari perkataan, bukti, dan setiap gerakan yang dia buat melebihi pengacara handal manapun yang pernah papa temui. Persidangan itu berakhir dengan cepat, itu adalah persidangan paling cepat yang pernah papa lihat"
"Ah Viktor memang hebat"
Kekaguman Dona kepada Viktor bertambah lagi, sepertinya dia sudah tidak takut lagi kepada Viktor. Pria itupun mengakhiri ceritanya dan sebuah perkataan Viktor dipersidangan dua tahun yang lalu tiba-tiba terlintas dipikirannya
"Pengadilan ada untuk menghukum orang yang bersalah. Jika jaksa membela orang yang sudah pasti bersalah, maka orang itu tidak pantas bergulat di dalam dunia hukum!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments