Penyesalan Viktor

"Diimana ini?"

Viktor berada ditempat asing yang tidak dia kenali, kenapa dia ada disini? Atau apakah yang sedang terjadi? Dia tidak tau sama sekali

"Viktor kau sudah pulang?"

"Bagaimana harimu?"

Dua suara terdengar dari belakang tubuhnya, Viktor membalikkan tubuhnya dan menoleh ke sumber suara. Saat dia berbalik, terlihatlah seorang perempuan dan laki-laki yang tersenyum kearahnya. Wajah yang sangat Viktor rindukan. Mata Viktor melebar dan rasa senang muncul di dadanya, membuat air matanya ingin menetes dan tidak bisa dia tahan, rindu... itulah satu kata yang bisa menjelaskan situasi yang sedang dia rasakan saat ini

"Mama... papa..."

Viktor segera berlari menghampiri untuk memeluk mama dan papanya itu. Dia ingin memeluk, dia ingin merasakan kehangatan kedua orangtuanya lagi, dia ingin... menyentuh mereka lagi

"Eh?"

Tubuh Viktor menembus tubuh kedua orang tuanya, dia tidak bisa menyentuh mereka dan kedua orang tuanya pun tidak melihat dirinya, dia... tidak terlihat..

"Coba mama lihat bagaimana jagoan mama"

Wanita itupun jongkok dan memeriksa anak kecil yang baru saja pulang itu. Anak kecil nan polos yang berambut hitam serta mata merah yang bersinar, dan jangan lupakan dengan rambut dan tubuhnya yang kotor karena habis bermain

"Mama, papa, tadi saat kami bermain sepak bola, tim kami menang loh...!" ucap anak kecil itu sambil tertawa dan memperlihatkan rentetan gigi susunya yang putih

Sang papa pun membungkuk kemudian mengelus rambut anaknya itu, anak kecil itupun tersenyum serta pipinya yang memerah karena senang dimanjakan oleh mama dan papanya

"Anak papa kan memang hebat, iya kan... Viktor?"

Saat ini Viktor ternyata sedang melihat kenangan masa lalunya, di mana saat kedua orang tuanya masih hidup, ini kepingan ingatan miliknya yang entah kenapa tiba-tiba saja muncul padahal ingatannya belum kembali

Viktor melihat anak kecil itu bermata merah, jadi dia bisa dipanggil Kuro. Viktor melihat kehangatan yang terpancar di sana, kelembutan orang tuanya dan kebahagiaannya saat masih kecil

"Ini... mimpi ya? Apa Kuro benar-benar bisa tersenyum seperti itu?Ah salah, itukan termasuk aku juga. Apa aku dulu... memang bisa tersenyum seperti itu ya?"

Swezz!!

Dalam sekejap Viktor sudah berpindah tempat lagi. Jika tadi nuansa ruangannya sederhana dan minimalis, maka tempat yang kini dia lihat adalah tempat yang sangat berkebalikan. Darah dimana-mana dan mayat bisa terlihat disepanjang mata memandang, tempat yang sungguh mengerikan

"Kumohon... tolong ampuni anakku"

Suara wanita terdengar ketakutan dari belakang dirinya, Viktor sontak menoleh dan dia mendapati seorang wanita yang tangannya sudah terpotong dan di dekapannya ada anak kecil yang meringkuk sambil menangis. Tubuh wanita itu penuh dengan darah dan wanita itu ketakutan oleh sosok yang ada di depannya. Sosok itu adalah Viktor atau bisa disebut Kuro yang memegang sebuah pisau di tangannya. Rambutnya menjadi semakin pekat karena terkena darah, wajahnya penuh dengan percikan darah, dan tatapannya... sangat dingin melebihi es bahkan tidak terlihat seperti mata manusia

Kuro terus berjalan menuju wanita dan anak kecil itu, kedua orang itu sudah tidak bisa melarikan diri lagi dikarenakan dinding yang ada di belakang mereka

"Ini?!!"

"Hentikan!!"

Viktor ingin menghentikan namun kakinya tidak bisa bergerak dan suaranya juga tidak bisa terdengar, dia hanya bisa melihat. Viktor menggertakkan giginya kesal karena tidak bisa melakukan apapun

Kuro berhenti tepat di depan wanita itu, menatapnya dingin kemudian mengangkat pisaunya

Sitt!!

Satu tebasan melayang kearah wanita itu. Darah segar memancar keluar dan mengenai Kuro yang berdiri didekat sana. Tubuh wanita itu segera tumbang dan lantai didekatnya pun berlinangan dengan darah

"Ibu! Ibu!!"

Anak kecil itu menangis sambil menggoyang-goyangkan tubuh ibunya yang sudah dingin dan pucat berharap sang ibu bisa menjawab panggilannya. Namun nihil, tidak terjadi apa-apa. Anak kecil itu menangis semakin kencang dan ingus mengalir dari hidungnya, dia tidak mempedulikan tubuhnya yang sudah memerah karena darah dari tubuh ibunya, dia hanya ingin ibunya menjawab panggilannya

Kuro masih berdiri dan menyaksikan kejadian itu. Tanpa berkata apapun, Kuro mengangkat tangannya lagi dan menatap dingin kearah anak kecil itu

"Kuro... hentikan!! Hentikan!!"

Sitt!!

Viktor segera menutup matanya, mengalihkan pandangannya karena tidak mau melihat kejadian di depannya. Secara perlahan Viktor melihat kearah anak kecil tadi. Matanya langsung melebar dan mulutnya menganga karena melihat anak kecil tadi sudah tersungkur di lantai penuh dengan darah persis seperti ibunya. Viktor seketika berteriak dan memegangi kepalanya karena tekanan batin yang dia rasakan, sakit... pedih... napasnya sesak dan dia kesulitan bernapas

Sweez!!

Viktor beralih tempat lagi. Sekarang ini hanya ada ruangan gelap, tidak ada apa-apa disini melainkan hanya kegelapan disepanjang mata memandang

Bukk! Huwekk!!

Viktor terduduk kemudian langsung muntah, perutnya mual karena melihat kejadian tadi. Dia sudah sering melihat anggota tubuh berceceran setiap kali menjalankan misi, tapi entah kenapa kejadian tadi benar-benar membuatnya muntah

"Tempat apa lagi ini?"

Viktor pun mengelap mulutnya lalu berdiri dan memperhatikan sekeliling. Benar-benar gelap disana, dia tidak bisa mengetahui ditempat apa dia sekarang ini

"Mama... papa..kalian dimana? Jangan tinggalkan aku... aku takut sendirian"

Kuro (Viktor) kecil meringkuk sambil menangis, melipat kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana. Tubuhnya bergetar karena menangis

Viktor yang melihat itu terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kuro kecil seketika berubah menjadi besar dan menampakkan tubuh yang sama dengannya saat ini. Namun tubuh itu terlihat sangat rapuh dan kesepian

"Pantas saja pak kepala bilang kalau aku yang dulu sangat berharap bisa amnesia, memangnya siapa yang mau mengingat kejadian seperti tadi?"

"Mama... papa... tolong.."

"Meski Kuro dan aku adalah orang yang sama, aku selalu mengira kalau Kuro itu sosok monster yang hanya bisa membunuh. Meskipun aku adalah dia, tapi aku membencinya. Aku ingin dia pergi... aku tidak suka jika dia membunuh orang seenaknya. Tapi yang ada di depanku ini adalah... sosok Kuro yang sebenarnya, Kuro yang... lemah dan butuh perlindungan. Maafkan aku yang selalu menolakmu, maaf karena sudah membencimu. Aku tidak akan menolakmu lagi, Viktor"

"Tolong aku... aku takut... jangan tinggalkan aku sendirian.."

Suaranya semakin bergetar, sosok yang biasanya selalu dingin kini memperlihatkan sosok yang sangat rapuh dan butuh perlindungan seakan bisa hancur hanya dengan satu sentuhan

Viktor sedih dan diapun berjalan mendekatkan tubuhnya ke sosok Kuro yang sedang menangis

"Aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi Viktor. Kali ini aku akan berjalan bersamamu, akan kuterima dan ku hadapi semua dosa-dosaku di masa lalu. Aku tidak akan menyangkal semuanya jika ingatanku sudah kembali nanti. Kau adalah aku, dan aku adalah kau. Ayo kita hadapi semua ini bersama"

★Keesokan harinya di sekolah★

"Sudah lama aku tidak ke sekolah, rindu sekali rasanya"

"Apa kau sudah memberitahu Febi tentang keadaanmu?"

Saat ini Viktor dan Sena sedang menelusuri lorong untuk menuju kelas. Hari sudah lumayan siang karena kemalasan Viktor tiba-tiba saja muncul hari ini

"Setelah ayah menghubungi tuan Viktor kemarin, ayah langsung memberitahu Febi dan juga tuan Hyuga"

"Oh begitu ya.."

Dibalik dinding ada sepasang mata yang menatap kesal kearah Sena dan Viktor yang sedang berbincang-bincang, orang itu adalah Dona yang semakin membenci Sena

"Sial! Wanita itu sudah kembali lagi dan sekarang dia lebih dekat dengan Viktor!! Apa dia tidak kapok setelah ku celakai beberapa hari yang lalu?!"

Dona keluar dari persembunyiannya kemudian berjalan mendekat kearah Viktor dan Sena. Sena sedikit terkejut saat melihat Dona mendekat namun itu tidak dia tampakkan. sedangkan Viktor hanya diam saja sambil menatap datar kearah kakak kelasnya yang sedang mendekat itu

Dona berhenti tepat di depan Viktor dan Sena sehingga membuat kedua orang itu juga ikut berhenti

"Hai Sena, bagaimana keadaanmu? Apa kau sudah baik-baik saja?"

Tanyanya berusaha ramah sehingga tidak membuat dirinya tampak buruk di depan Viktor sang pujaan hatinya. Sena yang ditanya pun tersenyum kemudian membalas pertanyaannya tanpa mempedulikan apa saja yang sudah dilakukan oleh Dona terhadap dirinya

"Terima kasih atas perhatiannya, aku sudah baik-baik saja"

"Siapa juga yang mau perhatian denganmu?! Aku hanya ingin menjaga image ku di depan Viktor"

"Baguslah... aku hanya ingin menyapa, jadi aku pergi dulu. Oh ya Viktor, mau makan siang bersama nanti?"

"Ah maaf senior, aku ingin menyelesaikan membaca buku yang baru aku beli kemarin, jadi aku tidak bisa ke kantin bersamamu"

"Oh begitu ya. Sayang sekali, tapi mau bagaimana lagi. Dah kalian berdua"

Sena mengangguk dan Dona pun segera pergi dari sana. Viktor hanya memandangi punggung Dona sebentar kemudian menatap datar kearah Sena yang lebih pendek darinya itu

"Sena... bukankah kau terlalu baik? Apa kau tidak marah? Apa kau tidak dendam? Kau seharusnya dendam dan memukul wajahnya tadi! Aku ada du sampingmu, jadi dia pasti tidak akan bisa melawan"

"Febi sudah menceritakannya ya? Hehehe, aku sama sekali tidak dendam padanya ataupun teman-temannya. Dan dia tadi mengkhawatirkan ku, aku senang sekali"

Ucap Sena seraya tersenyum. Viktor seketika pusing mendengarnya, tidak dia sangka kalau di dunia ini masih ada orang sebaik dan sepolos Sena

"Dia hanya berpura-pura"

"Ayo ku antar ke kelasmu"

"Baik, maaf merepotkan"

Sena dan Viktor pun berjalan menuju kelas. Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai. Sesaat setelah mereka memasuki kelas, banyak sekali siswa yang mengerumuni Sena dan juga Viktor. Sena terkejut sedangkan Viktor biasa saja karena dia sudah tau apa yang akan terjadi

"Sena, maaf atas perlakuan kami hari itu"

"Aku benar-benar minta maaf"

"Kami janji tidak akan membully mu lagi"

"Sena maaf ya"

Sena bingung dengan situasi sekarang ini sehingga dia langsung saja menoleh kearah Viktor dan meminta penjelasan

"Tuan Viktor... apa yang sudah terjadi selama aku tidak masuk sekolah?"

"Entahlah. Aku akan kembali ke kelas, katakan padaku jika ada yang mengganggumu lagi. Aku akan mengurus mereka untukmu"

"Eh tapi itu kan.."

"Dah.."

Belum selesai dengan perkataannya, Viktor sudah lebih dulu memotongnya kemudian pergi dari kelas 1-3 dan pergi menuju kelasnya. Viktor sama sekali tidak menoleh lagi dan Sena merasa tidak enak karena lagi-lagi merepotkan Viktor

"Sena, Viktor sangat perhatian padamu ya?"

"Eh benarkah? Mungkin hanya perasaan kalian saja" ucap Sena sambil duduk di kursinya dan kemudian menatap kearah teman sekelasnya itu

"Tentu saja tidak. Apa benar hubungan diantara kalian hanya sebatas tuan dan pelayan?"

"Iya hanya begitu. Tapi tuan Viktor tidak pernah memperlakukanku dan ayahku seperti pembantu, kami bahkan makan bersama"

"Eh... sepertinya Viktor tertarik padamu"

Siswi itupun mulai menggoda Sena, dan Sena pun menjadi tersipu malu karenanya

"Ah itu tidak mungkin, dia tidak mungkin tertarik padaku"

"Apa kau yakin? Tapi sepertinya perkataanku benar.."

Sena menjadi diam, dia tidak bisa berkata apapun lagi. Wajah Sena seketika memerah dan semua perhatian yang diberikan Viktor kepadanya mulai muncul dalam kepalanya

****

"Ada apa Hyuga? Tumben sekali kau menelpon"

Saat ini Viktor sedang ada di atap menikmati pemandangan dan hembusan angin. Saat ini masih jam pelajaran tapi Viktor sudah tidak lagi berada di dalam kelasnya karena bosan

"Aku hanya ingin memastikan saja. Apa sebenarnya tujuanmu mengirim Febi kesini? Kau tidak merencanakan sesuatu di sana kan?"

Tanya Hyuga curiga kepada Viktor di seberang telepon

"Kau baru menanyakan itu sekarang? Aku hanya ingin membantunya saja. Hyuga, apa kau tau? Febi adalah pewaris tunggal dari Lyn Corporation yang tuan dan nyonya Lyn meninggal dalam kecelakaan satu tahun yang lalu.."

"Darimana kau tau itu?"

"Akulah penyebab kematian kedua orang tua Febi"

Sambung Viktor lagi tanpa menghiraukan pertanyaan Hyuga. Hyuga yang mendengar itupun terkejut dan tidak tahan untuk bertanya

"Maksudmu?"

"Satu tahun yang lalu dipersimpangan jalan raya, hujan turun dengan sangat deras. Aku mengendarai motorku dengan sangat cepat, aku sudah biasa seperti itu, tapi dihari itu aku sedang tidak beruntung. Di perempatan, mobil orang tua Febi tiba-tiba saja melintas dan aku pun menabrak mobil itu hingga terpental ke seberang. Orang tua Febi ingin melihat keadaanku yang sudah tidak sadarkan diri sehingga mereka turun dari mobil. Tapi dari arah berlawanan, tiba-tiba saja ada sebuah truk yang melaju kencang dan kemudian menabrak kedua orang tua Febi yang sedang berjalan kearah ku, dan mereka akhirnya meninggal ditempat. Akulah yang menyebabkan Febi kehilangan kedua orang tuanya.."

Suara Viktor bergetar, Hyuga bisa mendengarnya. Viktor bukannya takut Febi akan memarahinya, tapi dia hanya merasa bersalah karena sudah membuat seseorang kehilangan orang yang dicintai. Viktor pernah kehilangan dan dia tidak mau kalau orang lain juga merasakan kehilangan seperti dirinya. Oleh karena itu dia tidak bisa menyingkirkan perasaan bersalahnya itu

"Itu bukan salahmu Viktor.."

"Aku ingin meminta maaf, tapi aku tidak bisa. Tapi aku pasti akan meminta maaf saat aku sudah siap. Jadi sebelum itu aku ingin membantunya supaya dia bisa menjadi pemimpin yang hebat kelak"

Kali ini Hyuga memutuskan untuk diam dan mendengarkan, dia tidak tau apa yang harus dia katakan saat ini

"Oleh karena itu aku mengirimnya kesana. Memangnya CEO mana yang tidak bisa hitung-hitungan seperti fisika dan kimia? Dia harus bisa kedua pelajaran itu. Jadi bantulah dia saat di sana Hyuga! Aku tau kau bisa melakukannya!"

"Ah baiklah, aku akan membantumu. Maaf sudah meragukanmu. Ngomong-ngomong darimana kau tau soal ini?"

"Aku mencari informasi soal kecelakaan yang membuatku kehilangan ingatan, jadi aku meretas jaringan CCTV yang ada di sana"

"Oh begitu ya... ah Viktor, bukankah kau seharusnya masih ada di kelas sekarang? Kenapa kau bisa mengangkat telepon?"

Tanya Hyuga yang baru menyadari hal ini padahal mereka sudah berbincang selama 5 menit

"Kau baru sadar ya? Bukankah kau yang mengganggu kelasku tadi..?"

"Ah maaf kalau aku mengganggu kelasmu"

"Bercanda... kami hanya diberikan tugas oleh guru. Karena aku sudah selesai dan bosan di kelas, jadi aku ingin ke atap sambil melihat kelasnya Sena berolahraga"

Viktor pun melihat kearah segerombolan orang yang ada di lapangan. Orang-orang itu adalah siswa-siswa kelas 1-3, yaitu kelas Sena yang sedang berolahraga. Viktor melihat-lihat sebentar kemudian menyadarkan punggungnya di pagar besi pembatas

"Oh ya, apa Sena dibully lagi hari ini?"

"Selama aku di sekolah, tidak akan ada yang berani membully nya,tenang saja" ucap Viktor sambil tertawa

"Viktor... ini cuma perasanku saja atau kau memang sangat perhatian kepada Sena belakangan ini?"

"Mungkin cuma perasaanmu saja. Aku perhatian kepadanya karena aku sudah menganggapnya sebagai keluarga, dan juga... jika dia terus dibully, itu tidak baik untuk tubuhnya yang baru saja selesai operasi sebulan yang lalu kan? Lagipula dia kan pembantu di rumahku, aku tidak suka jika milikku dirusak oleh orang lain"

"Oh baiklah kalau kau berpikir seperti itu. Aku sempat berpikir kalau kau menyukainya tadi"

Ide jahil terlintas dipikirannya, sudah lama juga Viktor tidak menjahili Hyuga

"Hyuga... apa kau cemburu?"

"Cemburu apanya?! Belajar yang rajin sana..!"

"Yah tidak mau mengaku...!! Hyuga... apa kau menyukai Sena?"

"Aku juga menganggapnya sebagai keluarga, jangan bicara sembarangan Viktor!"

"Yah tsundere"

Viktor pun cekikikan diseberang telepon, Hyuga yang mendengarnya pun langsung kesal dan rasanya ingin sekali menjitak kepala Viktor jika dia ada di sana

"Siapa yang kau bilang tsundere?!"

"Orang diseberang telepon sana... dah.."

Viktor langsung saja memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengarkan celetukan Hyuga lagi. Viktor kemudian memasukkan hp nya ke dalam saku kemudian melihat kearah kelas 1-3 yang mengadakan latihan lompat jauh. Setelah selesai dia langsung kembali ke kelasnya

****

Bel istirahat sudah berbunyi, para siswa sudah berhamburan kesana-sini tidak tentu arah

"Em... aku ada misi hari ini jadi kurasa aku harus segera mempersiapkannya dulu"

Viktor saat ini sedang berjalan-jalan di lorong sambil meminum susu kotak yang baru saja dia beli dari mesin minuman, tentu saja susunya adalah yang rasa cokelat

Merasa ada yang ganjal, Viktor segera mengeluarkan hp nya dan memeriksa sesuatu

"Kenapa Sena ada di gedung belakang sekolah?"

Pagi tadi Viktor meletakkan alat pelacak diikat rambut Sena, itu dilakukan untuk jaga-jaga kalau Sena kembali lagi dibully tanpa sepengetahuan dirinya

Gedung belakang sekolah sangat sepi, jarang sekali terlihat siswa di sana. Viktor segera pergi kesana, tau kalau Sena pasti sedang dalam masalah

Sementara itu di gedung belakang sekolah, Dona menyudutkan Sena ditembok sekolah sambil menatap sinis kearahnya

"Menjauh dari Viktor! Dia milikku!"

"Tapi aku tidak pernah berniat seperti itu"

Dona kesal mendengar jawaban dari Sena sehingga dia langsung menarik rambut Sena dan membuatnya meringis kesakitan

"Kau ini masih tidak kapok ya meskipun sudah masuk rumah sakit?! Menjauh lah dari Viktor!"

"Ah lepaskan, sakit!"

Dona kemudian menghempaskan genggamannya dan membuat Sena sempoyongan

"Sepertinya kau harus diberikan pelajaran yang lebih supaya kau jera dan sadar akan posisimu!!"

Sebuah tamparan siap dilayangkan oleh Dona kearah pipi Sena, dan Sena yang takut segera menutup matanya. Setelah sekian detik Sena tidak merasakan tamparan di pipinya, dia langsung membuka matanya. Saat dia membuka mata, yang dia lihat adalah Viktor yang sedang memegangi tangan Dona dan wajah Dona yang terlihat ketakutan

"Tuan Viktor?"

Tatapan sedingin dan setajam es diberikan, membuat Dona yang sedang ditatap pucat pasi karena ketakutan. Viktor semakin mengencangkan genggamannya dan membuat Dona meringis karena kuatnya cengkraman tangan Viktor

"Apa kau... menyakitinya lagi?!!"

"Sakit, Viktor lepaskan, kau menyakitiku"

Viktor pun melepaskan genggamannya, tanda merah akibat cengkraman pun terlihat jelas di pergelangan tangan Dona. Dona segera mengusap-usap tangannya untuk meredakan sakit yang dia rasakan

Viktor tidak berniat untuk meminta maaf sama sekali, dia langsung menghampiri Sena yang masih terduduk dan menatap kearah dirinya

"Apa kau baik-baik saja?"

Ucap Viktor seraya menjulurkan tangannya untuk membantu Sena berdiri. Sena mengangguk sebagai jawaban kemudian membalas uluran tangan Viktor. Setelah berdiri, Sena langsung membersihkan rok nya yang kotor kemudian tersenyum kearah Viktor supaya tuannya itu tidak merasa cemas

"Ayo kembali ke kelas saja"

Sena mengangguk lagi kemudian berjalan duluan menuju kelas karena Viktor yang menyuruhnya. Viktor hendak menyusul Sena, namun dia berhenti sejenak kemudian menoleh kearah Dona yang masih setia menatap kearah dirinya

"Viktor, aku..—"

Tidak mau mendengar perkataan Dona, Viktor langsung saja memotongnya dan memberikan tatapan yang lebih tajam daripada yang tadi

"Memangnya kau pikir siapa dirimu?! Berani sekali kau menyentuh keluargaku!! Apakah kau sudah tidak menyayangi nyawamu lagi?! Jangan pernah menunjukkan wajahmu lagi didepanku!!"

Setelah mengatakan itu Viktor langsung membalikkan tubuhnya kemudian pergi dari tempat itu menyusul Sena yang sudah lumayan jauh. Dona yang diberi peringatan serasa mati rasa, kakinya tidak mampu menahan berat badannya dan dia pun terduduk dengan air matanya yang berlinangan karena ketakutan

"Apa-apaan itu tadi? Tatapannya sama seperti pria waktu itu, aku serasa dihadapkan dengan binatang buas. Tidak ini lebih dari itu, ini seperti... monster!"

****

"Kenapa kau bisa berurusan dengannya lagi?"

Tanya Viktor kepada Sena seraya melipat tangan di depan dada. Sena yang dituntut penjelasan hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian menunduk pertanda menyesal dan meminta maaf atas perbuatannya

"Dia menarik ku secara paksa dari kelas, maaf"

"Ah... sepertinya aku harus mengajarinya beberapa ilmu bela diri nanti"

"Apa aku membuat tuan Viktor kerepotan lagi?"

Tanya Sena memastikan, dia bukanlah siapa-siapa melainkan hanya pembantu di rumah Viktor, dia tidak enak jika selalu membuat tuannya yang satu ini selalu khawatir dan merepotkannya

"Tidak. Kau kembalilah ke kelasmu, aku ada sedikit urusan"

"Baiklah"

Sena menurut kemudian pergi menuju kelasnya. Merasa Sena sudah jauh, Viktor pun menyeringai kemudian menoleh kearah belakang

"Kau sudah dapat fotonya kan?"

Tanya Viktor kepada seorang pria yang diam-diam bersembunyi dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Viktor. Pria itu berasal dari klub penyiaran yaitu klub yang memberikan informasi tentang semua kejadian yang terjadi di sekolah ini

Pria itupun keluar dari persembunyiannya kemudian berjalan mendekat kearah Viktor yang masih saja menyeringai sedari tadi

"Tentu saja, ini pasti akan menjadi topik utama besok. Kau memang hebat sekali... tuan Viktor.."

Viktor pun tersenyum. Dan secara tiba-tiba ada angin yang berhembus dan membuat wajah Viktor ditutupi oleh rambutnya. Wajahnya memang terhalangi, namun pria itu tau kalau Viktor sedang tersenyum dan merencanakan sesuatu. Pria itu lalu beranggapan kalau dia tidak akan pernah mau menjadi musuh orang yang ada di depannya saat ini

"Sudah waktunya kau merasakan penderitaan yang berlipat-lipat ganda... senior!"

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!