Viktor saat ini sedang berada di perpustakaan, tempat biasanya dia duduk saat istirahat. Dia sedang mengutak-atik laptopnya, entah dia sedang mengerjakan tugas, mengisi laporan ataupun yang lainnya
"Dona sudah ditangan dan sisanya tinggal anggota kelas Sena. Sepertinya aku harus mengurus Febi dulu sebelum aku melakukan rencanaku selanjutnya..."
Ucap Viktor dalam hatinya sambil terus berfokus ke layar laptop. Saking fokusnya, Viktor tidak menyadari kalau sedari tadi Dona sedang memanggil-manggilnya
"Viktor.."
Viktor akhirnya menyadari kalau ada orang disekitar yang sedang berdiri didekatnya. Dia tidak menyadari bukan karena dia lengah atau instingnya yang menumpul, hanya saja hawa keberadaan yang mendekatinya itu tidak berbahaya sama sekali, oleh karena itu dia sampai tidak tau
Viktor pun menoleh dan melihat kearah seniornya yang masih setia menatap dirinya sambil berdiri itu. Viktor hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun
"Sepertinya kau fokus sekali sampai-sampai tidak mendengarku memanggilmu"
"Ada apa?"
"Tidak ada, aku hanya ingin duduk bersamamu, boleh?"
Viktor mengangguk kemudian kembali dengan laptopnya. Dona yang sudah mendapat izin langsung saja duduk sambil memegang sebuah buku ditangannya. Viktor tidak mengajaknya bicara sama sekali sehingga Dona lah yang memutuskan untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu
"Kau suka sekali ke perpus ya? Kenapa kau memilih tempat paling pojok seperti ini?"
"Karena disini sepi dan aku jadi lebih mudah berpikir"
"Emmm"
Dona memilih untuk membuka buku yang dia pegang tadi, karena tidak mau kalau Viktor menganggap dirinya datang ke perpus hanya untuk bertemu dengannya. Viktor melihat kearah Dona sekilas kemudian kembali menatap layar monitor
"Apa kau mau ke kantin setelah ini?"
"Ada yang harus aku urus jadi tidak bisa" ucap Viktor seraya menutup laptopnya. Viktor kemudian berdiri dan hendak pergi dari tempat duduknya
"Kau mau kemana?"
"Ada urusan, aku pergi dulu ya senior"
Viktor pun pergi dari perpustakaan meninggalkan Dona di sana. Dona yang ditinggalkan pun menjadi kesal karena Viktor lagi-lagi mengabaikan dirinya
Dikelas 1-3, Febi sedang fokus membaca sebuah komik Shoujo manga, dia sedang malas untuk ke kantin ataupun beranjak dari tempat duduknya
Viktor yang baru datang melihat kearah dalam kelas 1-3, mencari-cari sosok Febi dan dia pun menemukannya. Viktor segera melangkahkan kakinya masuk kemudian berjalan mendekat kearah Febi yang tadinya sempat melihat sekilas kearah Viktor yang berjalan mendekat
Merasa Viktor memasuki kelas mereka, para siswi yang juga ada di kelas langsung saja berteriak kegirangan sambil sesekali mencuri-curi kesempatan untuk mengambil foto Viktor
Viktor yang sudah dekat langsung saja mengambil kursi di depan Febi kemudian duduk di atasnya. Sambil meletakkan tangannya di kepala kursi, Viktor memangku dagunya seraya menatap kearah Febi yang masih saja mengabaikannya
Febi tau kalau Viktor akan melakukan itu terus sampai dirinya menghiraukannya, dia sangat tau itu
"Ada apa?"
"Apa kau mau bertemu Hyuga?" ucap Viktor langsung saja setelah Febi menghiraukan dirinya
"Maksudmu?"
"Kau tidak ahli dalam fisika ataupun hitung-hitungan yang lainnya kan? Maka dari itu aku meminta kepala sekolah untuk mengikut sertakan mu kedalam kegiatan yang diikuti oleh Hyuga, bagaimana?"
"Kau bercanda ya?"
"Tentu saja tidak. Kau menyukai Hyuga kan? Aku ini sedang membantu mu loh... kau seharusnya berterimakasih kepadaku" ucap Viktor menyombongkan dirinya
"Tapi negara A itu jauh, dan apa kau pikir orang sepertiku pantas mengikuti acara sepenting itu?"
"Apa masalahnya? Kegiatan itu dilaksanakan kan memang untuk belajar. Lagipula kepala sekolah sudah menyetujuinya. Semuanya sudah siap, kau hanya perlu berangkat saja"
Viktor pun tersenyum kearah Febi, Febi menjadi semakin bingung dengan pria yang ada di depannya ini
"Kenapa kau baik sekali hari ini? Apa tujuanmu?"
"Tidak ada. Hanya saja..."
Viktor pun mendekat kan jaraknya dengan Febi kemudian berbisik pelan supaya yang lainnya tidak mendengar. Tapi hal itu malah membuat semua siswi yang ada di sana malah menjadi kesal
"Hehehe, kau tau... Hyuga itu sangat kaku dalam percintaan, jadi aku ingin kau mengubahnya. Aku tidak tau lagi siapa yang bisa selain kau"
Terlihat jelas sekali kalau Viktor sedang berbohong dan punya niat terselubung. Tapi karena Febi yang memang sudah jatuh cinta kepada Hyuga, Viktor bisa dengan mudah membohonginya
"Berhasil" ucap Viktor di dalam hatinya, dia tau kalau rencana yang seperti ini pasti akan berhasil
"Kapan aku berangkat?"
"Hari ini dan sekarang juga. Cepat pulang, bersiap-siap, kemudian pergi ke negara A"
"Eh tapi sekolahnya?"
"Izin.Cepat pergi sana, atau kau akan ketinggalan pesawat"
Viktor pun berdiri dan memaksa Febi untuk segera berangkat. Febi yang dipaksa pun segera memasukkan barang-barangnya kedalam tas
"Ini bukan karena Hyuga tapi karena ini berguna untuk meningkatkan kecerdasan otakku"
Ucap Febi kepada dirinya sendiri untuk meyakinkan dirinya tentang tujuan dirinya pergi ke negara A. Febi segera menggendong tasnya kemudian berjalan meninggalkan kelas, Viktor pun melambai sebagai pengiring seraya tersenyum
"Hati-hati di jalan"
Tidak ada urusan lagi, Viktor pun segera pergi dari kelas itu
"Tahap selanjutnya"
Bel masuk sudah berbunyi, lorong sekolah sudah sepi dan semua siswa sudah ada di kelas mereka masing-masing
Brakk!!
Pintu kelas 1-3 dibuka dengan kerasnya dan membuat semua yang ada di dalam kelas menjadi terkejut. Diambang pintu terlihat sesosok pria paruh baya dengan wajah yang sangat marah, bisa terlihat dari pandangan matanya
Para siswa yang tau kalau guru itu terkenal sangat buas menjadi ketakutan, mereka tidak tau kenapa guru itu datang sambil marah-marah ke kelas mereka
Pria itu pun berjalan ke depan kelas kemudian berhenti di tengah-tengah. Dengan tangan terlipat di dada, guru itu menahan amarah dan tidak mengatakan apapun membuat semua siswa semakin ketakutan
"Kalian semua... akan saya hukum..!!" ucap guru itu sambil memukul papan tulis di belakangnya dengan keras
"Eh kenapa pak?"
"Kami tidak melakukan kesalahan apapun"
Para siswa mulai mengeluh, mereka tidak melakukan kesalahan apapun hari ini, kenapa mereka harus dihukum
"Tidak melakukan kesalahan apapun?!! Kalian membully murid baru disini beberapa hari yang lalu dan kalian bilang kalian tidak berbuat kesalahan apapun?!!"
Guru itu memukul papan tulis kembali, emosinya meluap-luap, dia benar-benar marah dengan para siswanya itu
"Bagaimana bapak bisa tau tentang hal itu?"
"Apa ada yang melaporkannya?"
"Wah gawat ini"
Para murid mulai berbisik-bisik tentang siapa yang sudah melaporkan hal ini kepada pak Zam, guru olahraga mereka. Pak Zam terkenal buas dan juga sangat keras, dia mengurusi para siswa yang bermasalah dan sering membuat onar, dia tidak segan-segan dalam memberi hukuman kepada siswa yang bermasalah
"Baru saya tinggalkan hampir satu bulan tingkah kalian sudah seperti ini!! Kenapa anak muda zaman sekarang merasa dirinya sangat hebat sekali!?! Apa kalian lupa dengan semua yang sudah saya katakan kepada kalian?!! Kalian masih ingat kan?!!"
"Ingat pak"
Ucap semua siswa 1-3 secara bersamaan. Selain mengajarkan tentang olahraga, pak Zam juga sering kali memberi nasehat-nasehat diwaktu luang pelajarannya
"Kalau begitu kenapa kalian melakukannya?!! Kalian sudah kehilangan akal kalian ya?!! Murid baru itu bahkan masuk rumah sakit gara-gara kalian!!"
"Kami tidak melukainya pak"
"Bukan kami"
"Jangan banyak alasan! Saat dia sudah kembali ke sekolah maka kalian harus minta maaf kepadanya! Kalau tidak, maka kalian akan menerima akibatnya!! Untuk sekarang... kalian akan pak hukum lari keliling lapangan bola kaki sebanyak 50 putaran... cepat!!"
Pak Zam kemudian menunjuk lapangan bola kaki di luar, para siswa langsung saja mengeluh dan mencari-cari alasan supaya terbebas dari hukuman
"50 putaran?! Yang benar saja pak.."
"Apa bapak pikir lapangan itu kecil?"
"Aku tidak mau, nanti wajah ku jadi hitam gara-gara sinar matahari"
"Tidak ada penolakan!! Saya tidak menerima alasan apapun!! Sekali lagi kalian mengeluh, maka saya akan melipatgandakan hukuman kalian!! Cepat!!"
Para siswa pun terpaksa menuruti dan segera berlari keluar. Kelas menjadi kosong karenanya
"Mil"
Pak Zam memanggil sang ketua kelas yang masih berada di dalam kelas dikarenakan tidak mau berdesak-desakan dengan siswa yang lain saat keluar pintu. Mil, sang ketua kelas yang dipanggil pun segera menoleh kemudian mendekat
"Ya ada apa pak?"
"Kau bantu bapak di kantor, banyak sekali yang harus pak kerjakan"
"Baik"
"Siapapun yang melakukan kecurangan, awas saja nanti akan saya hukum yang lebih berat lagi!!"
Ucap pak Zam dengan suara yang keras hingga terdengar oleh siswa yang sudah ada di pintu depan. Mereka semua mengangguk, mereka tau kalau ancaman pak Zam tidak pernah main-main
"Ayo pergi"
Para siswa yang sudah tiba di lapangan langsung berlari sebanyak 50 putaran, mereka berlari dengan sungguh-sungguh dan tidak ada yang berani berjalan dikarenakan pak Zam yang terus saja mengawasi mereka dari ruang guru
Sementara itu Dikelas 1-5, sambil memandangi para siswa kelas 1-3 yang sedang berlari di lapangan, Viktor tersenyum karena rencananya berhasil dengan sangat mulus. Bukanlah hal yang sulit baginya untuk memanipulasi pikiran seseorang dan membuat seseorang melakukan sesuatu yang dia inginkan
"Sukses... siap-siap rencana selanjutnya"
Doni melihat Viktor yang tersenyum-senyum melihat kearah luar, Doni tau apa yang sedang Viktor pikirkan sekarang ini
"Bu, bisakah aku permisi ke toilet sebentar?"
Viktor berdiri dari tempat duduknya, guru yang sedang menerangkan pun menoleh kemudian menjawab perkataan Viktor
"Tentu Viktor"
"Terima kasih bu"
Viktor segera pergi keluar melalui pintu kelasnya yang ada di belakang. Doni hanya memandangi kepergian Viktor, dia tau kalau Viktor sedang merencanakan sesuatu. Sementara itu, setelah menutup pintu kelas, seringai langsung muncul di wajah Viktor dan dia segera melangkahkan kakinya ke suatu tempat di sekolah itu
****
Setelah 2 jam akhirnya para siswa kelas 1-3 selesai mengelilingi lapangan, mereka semua lelah dan berbaring di rerumputan. Beberapa diantara mereka ada yang pingsan dan ada yang muntah-muntah
"Bagus, kalian melakukan sesuai yang saya perintahkan"
"Pak, bagaimana dengan yang pingsan?"
"Tentu saja dibawa keruang UKS, memangnya apa lagi?! Cepat sana!!"
"Pak guru, bukankah tidak adil kalau ketua kelas serta Febi tidak mendapatkan hukuman seperti kami juga?" ucap salah satu dari mereka saat melihat ketua kelas mereka yang berdiri di samping pak Zam
"Febi pergi ke negara A atas permintaan kepala sekolah, dan untuk Mil karena saya butuh bantuannya. Lagipula dia tidak ikut membully anak baru itu, kau ada masalah dengan keputusanku?!"
Tanya pak Zam sambil melotot kearah siswa tadi. Siswa itupun segera menggeleng cepat kemudian memalingkan wajahnya kearah lain, menghindari tatapan tajam dari guru olahraganya itu
"Cepat kembali ke kelas dan mulai pelajarannya!!"
Para siswa segera bangun dari posisi mereka, meski mereka lelah mereka harus kembali ke kelas. Mereka memapah satu sama lain supaya mereka bisa sampai di kelas
"Eh hari ini pelajaran Bu Ama kan?"
"Iya, kalau tidak salah hari ini kita akan mencatat bab terakhir dan 3 hari lagi nanti catatan kita akan diperiksa. Benar kan?"
"Iya, untunglah aku sudah menyalin catatan pacarku, kalau tidak... habislah aku... Ibu itu benar-benar banyak sekali tugas mencatatnya, tanganku serasa akan patah!"
"Makanya dikelas jangan tidur terus"
Ucap para siswa yang tenaganya sudah mulai kembali. Mereka membicarakan soal pelajaran mereka setelah ini
Sementara itu di toilet, Viktor sedang membersihkan tangannya yang kotor dengan air mengalir
"Apa tindakanmu tidak terlalu berlebihan?"
Doni tiba-tiba saja sudah ada di belakang Viktor. Viktor melirik sejenak Doni dari balik cermin lalu menutup keran kemudian mengeringkan tangannya. Setelah selesai Viktor segera berbalik dan menatap kearah Doni yang bersandar di samping pintu
"Ini masih belum seberapa jika aku mau. Kenapa? Apa kau mau menghentikanku?"
"Tidak, selama kau tidak membunuh mereka"
"Tenang saja, perbuatan mereka tidak separah itu sampai-sampai aku harus membunuh mereka. Lagipula, kenapa anggota pembunuh sepertimu malah mencemaskan tentang aku yang membunuh mereka atau tidak? Bukankah itu lucu jika kau memikirkannya"
Viktor pun tersenyum kemudian melewati Doni keluar dari dari toilet dan segera kembali ke kelas. Doni hanya diam saja kemudian mengikuti Viktor untuk kembali ke kelasnya juga
Dikelas 1-3, para siswa sedang sibuk mencari-cari sebuah benda. Mereka sangat panik dan tidak bisa duduk ditempat mereka dengan tenang
"Hei, kalian melihat catatanku?"
"Catatanku juga hilang, bagaimana ini?!!"
Mereka semua kehilangan buku catatan biologi mereka. Karena waktu pengumpulan sudah dekat jadi mereka semua panik dan kemudian berpencar untuk mencarinya di luar kelas mumpung guru yang mengajar belum datang
"Kita juga harus mengumpulkan buku itu 3 hari lagi, bagaimana ini?!! Kalau buat ulang tidak akan cukup dalam 3 hari, catatannya kan banyak sekali!!"
"Bagaimana kalau kita jelaskan ke bu Ama baik-baik?mungkin saja dia akan mengerti dengan keadaan kita"
"Kau bercanda ya?! Dia bahkan tega menyuruh anak didiknya untuk mendaki gunung berapi aktif jika dia sudah kesal. Apa menurutmu dia mau mendengarkan kita?!!"
"Ayo cari kalau gitu..!!"
"Ini pasti ada yang sengaja menyembunyikan buku kita supaya kita dihukum"
"Tapi siapa?"
"Kita semua tadi lari, jadi tinggal... Mil?!"
Mil yang dipanggil pun segera menoleh, hanya dia yang sedari tadi tenang meskipun dia ikut mencari
"Ada apa?"
"Apa catatanmu hilang juga?"
"Entah kenapa aku lupa membawa buku biologi hari ini, jadi buku ku aman di rumah"
"Jangan-jangan kamu ya yang sudah menyembunyikan buku kami?!"
Ucap salah satu siswa yang langsung saja menuduh Mil sang ketua kelas karena hanya dia yang tidak melakukan lari tadi. Jadi besar kemungkinan kalau dialah yang menyembunyikan buku mereka
"Aku tidak, jika tidak percaya tanyakan saja kepada pak Zam, aku membantunya terus saat kalian lari tadi"
"Mil tidak mungkin bohong, kalau begitu... Febi?"
"Dia sudah berangkat ke bandara sejak istirahat tadi, tidak mungkin dia yang melakukannya"
"Kalau begitu siapa?!!"
"Oii kalian sedang apa?! Ayo cepat cari...!!"
Mereka pun terus mencari sampai-sampai tidak menyadari kalau guru yang akan mengajar sudah masuk di dalam kelas
"Kalian sedang apa?!"
Para siswa terkejut kemudian menoleh kearah bu Ama yang sudah duduk di kursinya, semoga saja bu Ama tidak curiga akan tindakan mereka semua
"Tidak ada apa-apa bu"
"Bagaimana ini? Kita harus mengikuti pelajarannya, tapi kita juga harus mencari buku kita"
"Bagaimana kalau kita gantian saja mencarinya"
"Ide bagus"
"Kalian sedang apa bisik-bisik? Cepat duduk, ini materi terakhir kita untuk bulan ini! Ayo cepat dicatat"
Bu Ama pun mulai mencatat materi di papan tulis. Para murid mengangguk kemudian duduk ditempat mereka, dan rencana mereka untuk mencari buku secara bergiliran pun dijalankan
"Bu, apa aku boleh ke toilet"
Bu Ama diam sebentar kemudian mengarahkan dagunya kearah luar
"Cepat sana"
"Terima kasih Bu"
"Semoga ketemu" ucap para siswa bersamaan di dalam hati mereka
****
Pada akhirnya buku biologi semua siswa kelas 1-3 tidak bisa ditemukan. Semua siswa dari kelas 1-3, kecuali Mil, terlihat depresi, mereka bingung apa yang harus mereka lakukan
Viktor sengaja pulang telat dan duduk menunggu di atap karena dia ingin melihat wajah kesusahan para siswa kelas 1-3. Sejak para siswa mencari-cari buku mereka dari pulang sekolah tadi, Viktor tidak bisa berhenti tersenyum, dia senang akhirnya dia berhasil membalaskan dendam Sena
Setelah para siswa pulang, Viktor pun segera turun dan pergi menuju rumah sakit untuk mengunjungi Sena
★di rumah sakit
"Bagaimana keadaannya paman?" ucap Viktor saat membuka pintu, tau kalau paman Kim pasti ada didalam. Paman Kim pun segera berdiri kemudian memberikan salam kepada tuannya itu
"Masih belum sadarkan diri, tapi dokter bilang dia baik-baik saja. Tapi dia tidak tau mengapa Sena tidak kunjung bangun-bangun juga"
"Ah begitu ya"
Viktor pun duduk di samping paman Kim, kemudian menoleh kearah pria paruh baya itu
"Paman pulang saja dan istirahat, biar aku saja yang menjaga Sena hari ini"
"Tidak perlu tuan, saya tidak mau merepotkan mu, sebaiknya tuan Viktor pulang saja dan beristirahat"
"Aku tidak merasa direpotkan, lagipula aku ada sedikit urusan disekitar sini nanti" ucap Viktor seraya tersenyum
"Urusan apa?"
"Hanya membereskan sesuatu, bukan apa-apa. Jadi paman sebaiknya istirahat saja di rumah hari ini, paman terlihat sangat kurus dan kurang tidur"
"Ah baiklah, tolong jaga Sena ya tuan Viktor"
Paman Kim pun berdiri kemudian memberesi barang-barangnya yang kotor ke dalam tas
"Tenang saja. Jika Sena sudah sadar maka aku akan segera menelpon ke rumah"
"Baik, saya pergi dulu"
"Hati-hati di jalan ya Paman"
Paman Kim mengangguk kemudian segera berjalan menuju pintu keluar dengan tas besar ditangannya. Setelah paman Kim menutup pintu, Viktor segera mengeluarkan laptopnya dan mulai memeriksa sesuatu
Dia tersenyum kemudian mengeluarkan hp nya untuk menghubungi seseorang
"halo, bisakah kalian kesini malam nanti?"
"..."
"Pukul delapan malam, jangan sampai telat ya"
Viktor pun memutuskan panggilan kemudian menyimpan kembali hp nya. Viktor kembali memeriksa laptopnya kemudian tersenyum kearah Sena, sudah waktunya untuk rencana tahap selanjutnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments