Viktor mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya, rasanya silau sekali. Tubuhnya terasa nyaman sekali serasa baru baru bangun dari tidur yang sangat panjang
"Dimana aku? Apa aku sudah mati? Apa aku di surga"
Viktor kemudian mulai sadar dan matanya mulai bisa menyesuaikan dengan keterangan cahaya. Dia lalu melihat sekitar dan menyadari kalau ada orang lain yang berdiri di sampingnya
"Sepertinya bukan, karena tidak mungkin dia ada di sana!"
"Kenapa kau bisa ada disini?!!"
Viktor langsung saja marah kepada orang yang menungguinya itu, entah kenapa setiap kali melihat orang itu,emosinya jadi naik. Tapi kali ini dia tidak bisa langsung memukul orang itu karena tubuhnya yang masih sulit untuk digerakkan
"Sepertinya kau sudah sehat-sehat saja jika kau sudah bisa memarahiku"
"Jelaskan!" perintah Viktor sambil berusaha duduk dan menuntut penjelasan kepada pria di sampingnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Doni
"Papa memintaku untuk menjagamu selama kau tidak sadarkan diri, jadi itulah alasanku disini"
"Papamu yang pedo itu ya?"
Peristiwa saat dia pertama kali bertemu dengan CEO Kai Corporation Kembali teringat olehnya, sepertinya dia akan memanggil CEO itu dengan panggilan seperti itu untuk seterusnya
"Bukan, tapi papa Lin"
"Apa ada yang memanggil namaku?"
Orang yang dibicarakan tiba-tiba saja sudah ada diambang pintu. Dengan sekantong belanjaan, dia masuk kemudian berjalan menuju Viktor dan Doni yang masih setia melihat kearahnya
"Orang yang dibicarakan baru saja datang"
"Eh kalian menceritakan aku ya?"
"Papa, apa kau mengenal pria ini?" ucap Viktor seraya menunjuk Doni. Pak Lin memilih untuk meletakkan belanjaannya di meja samping ranjang inap Viktor lalu duduk di dekatnya
"Syukurlah kau sudah sadar Viktor. Aku adalah guru dari Doni"
Viktor mengangguk pertanda mengerti, lalu dia baru sadar kalau dia melupakan sesuatu yang sangat penting
"Bagaimana dengan yang lainnya? Dan bomnya?!"
"Semua teman-temanmu baik-baik saja dan mereka sudah pulang ke negara mereka masing-masing. Dan untuk bomnya itu sudah meledak"
"Ceritakan"
Viktor lagi-lagi menuntut penjelasan, tapi karena Doni kurang tau dengan kejadian yang sebenarnya, jadi Lin lah yang menceritakan secara rinci tentang kejadian yang menimpa Viktor itu
"—dan untunglah aku masih sempat sehingga semuanya selamat"
"Ah begitu ya, terimakasih. Sepertinya lukaku benar-benar sudah sembuh, aku sudah tidak merasakan sakit lagi"
Bohong Viktor karena dia masih merasa sakit di bagian belakang tubuhnya. Tapi dia tidak mau terlalu lama tidur-tiduran jadi dia langsung saja meregangkan tubuhnya sedikit kemudian kembali lagi ke posisi semula
"Tentu saja sudah sembuh, kau sudah tidak sadarkan diri selama 3 hari"
Pak Lin tersenyum sambil mengatakan itu, Viktor menjadi terkejut karenanya langsung saja memeriksa hp nya. Benar saja, sudah tiga hari sejak dia pergi ke kai corporation. Viktor langsung saja sweet drop kemudian langsung memegangi kepalanya seperti memikirkan sesuatu yang sangat mengkhawatirkan
"Jika kau mengkhawatirkan kegiatanmu, maka tidak usah kau pikirkan. acaranya dihentikan karena semua peralatan yang dibutuhkan sudah meledak akibat bom itu"
"Siapa saja yang tau mengenai hal ini?" ucap Viktor sambil menatap papanya dan Doni secara bergantian, sepertinya jawaban yang akan diberikan sangat penting sekali untuk Viktor
"Teman-temanmu, aku, papa, dan juga kepala sekolah"
"Ah... dia pasti tidak akan mengizinkanku ke negara K lagi kalau begini"
Ancaman Paman sekaligus kepala sekolahnya terlintas lagi di kepalanya, sepertinya dia benar-benar tidak akan diizinkan ke negara K lagi setelah ini karena sudah melanggar janji
"Jadi itu yang kau cemaskan ya? Ala kau cemas tidak bisa bertemu dengan papa lagi?"
"Tidak juga"
Viktor turun dari ranjang kemudian mengambil pakaiannya dan bersiap-siap untuk menggantinya
"Kau mau kemana?"
"Berkemas, siap-siap untuk pulang"
"Apa kau tidak mau membuat perhitungan dengan grup phantom?"
Langkah Viktor terhenti, dia langsung menoleh kearah papanya kemudian memasang mode berpikir
"Nanti saja saat aku bertemu dengan mereka lagi. Saat ini aku hanya ingin pulang, aku ingin segera istirahat dan memakan kue kesukaanku"
"Kue cokelat kan? Aku sudah membelikannya untukmu" ucap Lin sambil tersenyum dan menunjuk kearah kantong belanjaannya tadi. Viktor langsung saja menatap tajam kearah Doni, Doni yang tau maksud dari tatapan itu langsung saja menjelaskan
"Dia tau sendiri, bukan aku yang memberitahunya"
Viktor beralih menatap papanya yang masih saja tersenyum kearahnya
"Tentu saja aku tau, aku kan papamu"
Viktor tidak mau ambil pusing, dia meletakkan kembali pakaian gantinya kemudian berjalan mendekat kearah papanya untuk mengambil kue cokelat kesukaannya yang sudah lama tidak dia makan. Setelah mendapatkannya, Viktor langsung saja memakannya tanpa memberikan tawaran kepada Doni ataupun papanya
★Di Bandara
Satu koper ditariknya dengan tangan kanannya, dengan jaket berwarna hitam serta tas di punggungnya, Viktor sudah siap untuk menaiki pesawat
"Hati-hati di jalan ya"
Lin dan juga Doni mengantar kepergian Viktor di Bandara
"Papa, apa aku boleh meminta nomor teleponmu?"
"Tentu"
Pak Lin kemudian mengulurkan tangannya dan meminta Viktor untuk menyerahkan hp nya. Viktor yang mengerti langsung mengeluarkan hp nya kemudian memberikannya kepada papanya itu
Pak Lin pun memasukkan nomor hp nya di hp Viktor, setelah selesai dia langsung mengembalikannya. Viktor melihat sekilas nomor itu dan ada panggilan yang masuk, itu adalah nomor papanya
"Sip sudah masuk. Hubungi papa kapanpun kau butuh bantuan ya"
"Ok, dan kau, apa tidak akan ikut naik pesawat?" tanya Viktor kepada Doni yang tidak bicara sedari tadi
"Aku masih ada urusan disini, kau duluan saja"
"Ya... menurutku bagus sih jika kau tidak ikut naik"
Ucap Viktor sambil memunggungi Doni kemudian langsung berjalan masuk pesawat. Doni dan pak Lin melambai kearah Viktor dan Viktor pun balas melambai sambil tersenyum
"Tidak berubah sama sekali" ucap Doni setelah Viktor sudah masuk ke dalam pesawat. Doni kemudian menoleh kearah pak Lin dengan wajah yang serius
"Apa aku boleh melenyapkan mereka?"
"Aku rasa sebaiknya jangan, karena Viktor bilang dia akan menyelesaikannya sendiri. Kau tau kan kalau Viktor tidak suka jika mangsanya diambil orang lain"
"Itu memang benar, tapi Viktor hampir saja mati gara-gara mereka"
"Ya kau benar, aku juga ingin menghabisi mereka karena sudah berani menyentuhnya. Tapi Viktor pasti akan memberikan balasan yang jauh lebih menyakitkan daripada yang akan aku berikan"
Lin pun membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan bandara, Doni masih setia mengikutinya sambil berbincang-bincang
"Dia memang sulit untuk mati. Jika orang lain, pasti akan langsung meninggal jika kehilangan darah sebanyak itu"
"Hahaha, tapi kau senang kan dia masih hidup?Bukankah kau harus banyak-banyak beristirahat karena kau sudah banyak sekali men transfusi kan darahmu kepada Viktor"
"Aku sudah istirahat yang banyak, jadi aku sudah baik-baik saja sekarang"
"Kau benar-benar peduli padanya ya..."
★di negara D
"Aku pulang.."
Setelah berjam-jam naik pesawat serta perjalanan yang jauh dan lama dari bandara, akhirnya Viktor sampai di rumahnya. Viktor langsung masuk dan dia tidak menemukan siapa-siapa di sana. Suasana rumah sangat sepi dan tidak ada suara sedikitpun
"Kemana yang lainnya?"
Viktor kemudian mengeluarkan hp nya dan hendak memeriksa apakah ada yang menelpon ataupun pesan dari Paman Kim, tapi yang dia dapat adalah berpuluh-puluh telepon tidak terbalas dari Hyuga sejak 3 hari yang lalu
"Astaga... banyak sekali panggilan dari Hyuga.."
Viktor segera menghubungi nomor Hyuga, tidak butuh waktu lama, sampai orang yang dihubungi mengangkat teleponnya
"Viktor apa kau baik-baik saja?! Bagaimana lukamu?!Kenapa kau lambat sekali menghubungiku?!!"
Ucap Hyuga dengan keras dan memberikan Viktor bertubi-tubi pertanyaan. Viktor segera menjauhkan hp nya dan menutup telinganya dikarenakan suara Hyuga yang terlalu keras dan itu tidak baik untuk telinganya
"Hyuga... satu-satu pertanyaannya"
"Cepat jawab!!"
Hyuga sama sekali tidak menghiraukan perkataan Viktor, yang dia mau sekarang adalah penjelasan dan menghilangkan kekhawatiran yang masih melanda dirinya itu
"Aku baik-baik saja, lukaku sudah sembuh dan aku sudah sampai di rumah. Maaf tidak menghubungimu karena hp ku, ku atur dalam mode diam"
"Ah kau ini..!! Cepat istirahat sana, awas saja kalau kau menjalankan misi nanti"
"Siap bos!"
Viktor pun menutup teleponnya kemudian berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat. Sesampainya di kamar, Viktor langsung membaringkan tubuhnya dan kemudian memeriksa lagi hp nya
"Kemana Paman Kim dan Sena? Ah aku juga tidak ingat meminta nomor hp Sena.."
Sesuatu terlintas dipikiran Viktor dan diapun langsung menghubungi seseorang yang terlintas dipikirannya tadi
"Halo, siapa?"
Orang yang ditelepon langsung saja mengangkat, setelah mendengar suara jawaban, Viktor langsung duduk kemudian bersandar didinding yang dekat dengan tempat tidurnya
"Oii gadis, apa kau tau dimana Sena? Dia dan paman Kim tidak ada di rumah, apa kau tau?"
"Mereka di rumah sakit xxx, cepatlah kesini"
"Aku segera kesana"
****
"Apa yang terjadi?"
Viktor yang baru saja sampai langsung saja masuk keruangan yang dikatakan oleh suster tadi tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Napasnya terengah-engah karena dia baru saja selesai berlari
Orang di dalam ruangan itu langsung menoleh dan melihat kearah Viktor yang perlahan berjalan mendekat
"Sena jatuh dari tangga"
"Kenapa bisa?"
Ucap Viktor setelah sampai disamping Sena. Viktor terkejut dan matanya membulat seketika saat melihat luka-luka yang ada ditubuh Sena. Lukanya ada yang lama dan masih ada yang baru, Viktor tau apa yang terjadi kepada Sena. Mata Viktor tiba-tiba saja berubah menjadi merah seutuhnya, dia bukan Kuro, tapi matanya tidak lagi berwarna heterochrome. Dengan mata merah serta emosi yang meluap-luap, Viktor memarahi Febi yang ada di ruangan itu
"Apa kau tidak bisa melakukan apapun?! Kenapa tubuhnya bisa penuh luka seperti itu?!!"
Viktor hendak memarahi Febi lebih jauh lagi, namun dia terhenti karena melihat tubuh Febi yang juga penuh dengan luka. Perasaan bersalah segera melanda dirinya
"Maaf, aku tidak bisa menjaganya"
Febi menundukkan kepalanya, tidak mau memperlihatkan wajahnya kepada Viktor karena dia merasa bersalah tidak bisa menjaga Sena sekaligus takut karena Viktor tiba-tiba saja membentaknya
"Maaf karena membentak mu, padahal kau juga mengalami hal yang sama, maaf"
Viktor berjalan melewati Febi kemudian mengambil kotak P3K untuk mengobati luka Febi. Setelah didapatnya, Viktor langsung menarik tangan Febi dan menyuruhnya untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu
Febi hanya menurut tidak mengatakan apapun, dia tau kalau Viktor hanya ingin membantu
"Sekali lagi maaf.."
Ucap Viktor disela-sela pengobatannya. Febi menggeleng dan mengatakan kalau Viktor tidak salah apa-apa, dialah yang seharusnya disalahkan disini
"Kenapa kau tidak merawat lukamu sendiri? Astaga kau sama sekali tidak berubah... a-apa yang barusan ku katakan?"
Viktor bingung dengan perkataannya sendiri sehingga dia langsung mengangkat kepalanya, bertanya kepada Febi
"Aku juga tidak mengerti dengan yang kau bicarakan. Bukankah kita baru bertemu beberapa Minggu yang lalu? Dan juga... apa matamu memang berwarna seperti itu?"
Tanya Febi saat melihat mata Viktor yang tidak lagi berwarna heterochome melainkan berwarna merah. Viktor yang ditanya langsung saja memegangi matanya kemudian lanjut mengobati luka Febi
"Tidak usah dipedulikan. Aku sudah selesai mengobati lukamu, apa sudah baikan?"
"Iya, terima kasih"
"Aku tidak tau kalau Viktor bisa selembut ini?"
Viktor membereskan kotak P3K nya kemudian duduk di samping Febi "Dimana Paman Kim?"
"Dia keluar untuk membeli makanan"
"Bisa kau jelaskan?"
Febi mengangguk kemudian menceritakan semuanya kepada Viktor tentang bagaimana nasib yang dialami Sena selama Viktor dan Hyuga tidak ada di sekolah. Viktor mendengarkan dengan seksama tanpa bertanya sedikit pun
Saat ditengah-tengah cerita, pintu tiba-tiba dibuka dari luar dan dari balik pintu terlihat sosok Paman Kim yang baru saja datang dengan sekantong belanjaan dengan plastik berwarna putih
"Ah tuan Viktor, kau sudah pulang? Maaf karena tidak bisa menyambut kepulanganmu"
"Tidak apa-apa. Apa Paman baik-baik saja?"
"Iya, terima kasih karena sudah mencemaskan Paman"
Viktor tersenyum kemudian menoleh kearah Febi dan meminta Febi untuk melanjutkan cerita yang sempat terhenti tadi
"Dia didorong hingga terjatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri sampai sekarang. Bukan hanya itu, wakil kepala sekolah bahkan tidak memberikan keadilan dalam membuat keputusan"
Tanpa berbohong ataupun menutupi sedikit pun, Febi mengatakan semuanya, bagaimana Sena disiksa ataupun disakiti oleh kakak-kakak kelasnya
"ah begitu ya.."
"Jadi hari saat Sena jatuh sama dengan hari saat aku hampir meninggal. Sepertinya banyak sekali yang terjadi saat aku pergi.."
Viktor menggertakkan giginya karena kesal bercampur amarah dan setelah itu dia langsung menoleh kearah paman Kim yang duduk di dekat ranjang Sena
"Apa Hyuga tau tentang hal ini?"
"Tidak, kami belum memberitahunya. Kami tidak mau menggangu kegiatannya"
"Ah begitu ya"
Viktor kemudian mengeluarkan hp nya hendak menelpon Hyuga. Viktor tau kalau Hyuga sedang sibuk di sana,tapi Hyuga juga harus tau tentang hal ini
"Hyuga.."
"Ada apa Viktor? Aku sedang bersiap-siap untuk tidur sekarang"
Ucap Hyuga diseberang telepon sana dengan nada mengantuk karena perbedaan waktu negara D dengan negara A adalah 8 jam, jadi jika disini hampir sore maka di sana sudah larut malam
"Aku hanya ingin mengatakan kalau Sena masuk rumah sakit"
"Bagaimana keadaannya sekarang?!"
Hyuga yang tadinya siap-siap untuk tidur kini langsung bangun dan duduk ditempat tidurnya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan Viktor
"Dia baik-baik saja, tapi dia sudah tidak sadarkan diri selama 3 hari"
"Kenapa bisa begitu?!"
"Dia dibully saat kau dan aku tidak ada di sekolah. Bukan hanya Sena, Febi juga dibully"
"Ah begitu ya... maaf aku tidak bisa menjenguk Sena, aku masih ada urusan disini"
"Tidak apa-apa, lagipula aku hanya ingin memberitahumu saja"
Hyuga hendak mematikan sambungan teleponnya namun dia terhenti karena ada sesuatu yang membuatnya khawatir
"Kau jangan berbuat yang aneh-aneh ya Viktor.."
"Tentu saja tidak akan.."
"Baguslah. Aku tutup, aku masih ada tugas besok pagi"
"Selamat malam"
Telepon ditutup dan Viktor memasukkan hp nya kedalam jaket seraya tersenyum penuh arti kearah Sena yang masih terbaring tidak sadarkan diri
"Tentu saja tidak akan.. ku maafkan!!"
"Auranya berubah lagi" gumam Febi saat dia menoleh kearah Viktor yang masih setia melihat kearah Sena dan juga aman Kim
"Aku akan menemui dokternya dulu"
Viktor berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan keluar hendak menemui dokter yang menangani Sena
★Keesokan harinya di sekolah
Febi kesal karena dia harus berjalan bersama Viktor untuk berangkat sekolah hari ini. Bukannya dia mau tapi Viktor lah yang memaksanya untuk pergi bersama. Viktor sudah pagi-pagi sekali berdiri di depan rumah Febi dan mengatakan kalau dia ingin pergi bersama tanpa meminta persetujuan dari Febi terlebih dahulu
"Kenapa aku harus berangkat bersamamu? Ini semua terjadi kan karena ulahmu"
"Daripada kau dibully lagi kan?"
"Justru didekatmu yang akan membuat ku dibully lagi"
"Apa yang sebenarnya dipikirkan orang ini? Dia tiba-tiba saja muncul di depan rumah dan bilang akan berangkat bersama... yang benar saja"
"Sudah lama tidak sekolah... sekarang apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu ya"
Viktor meletakkan tangannya di bawah dagu memasang mode berpikir, entah apa yang dia pikirkan kali ini. Febi tidak mau kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi sehingga dia langsung saja pergi meninggalkan Viktor. Namun dia terhenti karena tangannya ditahan oleh Viktor
"Siapa bilang kau boleh pergi?"
"Aku tidak mau kena masalah lagi, lepaskan... aku harus piket kelas"
Febi melepaskan genggaman Viktor kemudian segera pergi menuju kelasnya. Viktor kali ini tidak menghentikannya, dia hanya memandangi punggung Febi yang semakin menjauh
Sebelum masuk kelas, Viktor harus mengganti sepatunya dulu yaitu di loker yang ada di pintu depan
"Hi Viktor"
Suara seorang gadis menyapa Viktor yang sedang mengganti sepatunya. Saat sudah selesai, Viktor menutup lokernya kemudian menoleh kearah gadis yang menyapanya tadi
"Senior, sudah lama tidak bertemu" ucap Viktor sambil tersenyum kearah seniornya itu, tentu saja itu bukan senyum aslinya, itu adalah senyum palsu yang sangat pandai dia buat
"Sepertinya aku tidak perlu repot-repot, orangnya sudah muncul sendiri"
"Bagaimana kabar senior?"
"Ah Viktor mau berbicara padaku... Ini pasti karena wanita itu sudah sekarat dan Viktor tidak mau lagi padanya, rencanaku berhasil!"
Wanita yang bernama Dona itu pun kegirangan dalam hatinya karena Viktor mulai melihat dirinya, rencana yang dia buat berjalan mulus secara perlahan-lahan
"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?"
"Seperti yang dilihat, aku juga baik-baik saja. Mau berjalan bersama?"
"Tentu saja"
Senyuman di wajah Dona tidak bisa hilang saat dia dan Viktor berjalan bersama menuju kelas mereka yang searah. Orang-orang yang melihat langsung saja berbisik-bisik ataupun menyapa Viktor yang sudah kembali, namun para gadis yang lain tidak berani mendekat dikarenakan tatapan sinis yang dilontarkan oleh Dona
"Rencana satu, sukses! Baiklah... seperti apakah rencana selanjutnya? Ah aku sudah tidak sabar untuk tahap terakhir, tapi tidak seru kalau langsung game over. Ayo kita main-main sebentar"
"Senior, apa kau tau orang yang sudah melukai Sena?itu loh pembantu di rumahku itu.." ucap Viktor pura-pura tidak tau mengenai kejadian yang menimpa Sena. Dona yang ditanya langsung saja berakting seperti tidak tau juga dan pura-pura khawatir
"Apa dia terluka? Bagaimana kabarnya?"
"Dia baik-baik saja meski sekarang masih belum sadarkan diri"
"Maaf ya aku tidak tau.."
"Tidak apa-apa, tidak usah minta maaf. Senior kan tidak salah apa-apa"
"Tentu saja aku tau, kan aku yang melakukannya"
Viktor dan Dona tersenyum bersama dan melihat satu sama lain, tentu saja dengan rencana ataupun rahasia tersembunyi yang mereka pikirkan masing-masing
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments