Nasib Buruk Sena dan Viktor

Pria itupun berjalan mendekat kemudian berhenti tepat di samping Viktor. Dia tidak mengatakan apapun dan Viktor pun tidak punya niat untuk bertanya, mereka hanya saling menatap satu sama lain

Plukk

Pria itu tiba-tiba saja memeluk Viktor dengan erat dan membuat orang yang dipeluk refleks saja langsung memukul pria itu, namun pria itu sama sekali tidak melepaskan pelukannya

"Viktor... sudah lama kita tidak bertemu... apa kau merindukan papamu ini?"

"Kenapa kau tiba-tiba saja memeluk ku?! Menyingkir lah om-om pedo!!" ucap Viktor tanpa sopan santun sedikit pun sambil menjauhkan tubuh pria itu dan membuat ruang diantara mereka. Pak Lin hanya menahan tawa akibat perkataan Viktor

"Viktor kau jahat sekali, padahal papa hanya kangen saja padamu"

"Menyingkir..!!"

Pria itu tidak kunjung melepaskan pelukannya sehingga pak Lin pun menarik Viktor menjauh dan duduk di sampingnya. Merasa orang yang dipeluk sudah berpindah tempat duduk, pria itupun merengut kesal kepada sekretarisnya itu

"Ketua, tamu kita terganggu dengan sikap anda, jadi mohon jaga sikap anda. Bukankah ada yang harus dibicarakan? Itu kan alasan dia dipanggil kesini?"

"Kau ini selalu saja serius Lin. Alasanku memanggilnya kesini itu karena aku ingin berbincang-bincang dengannya, apa itu tidak boleh?"

"Apa itu berarti aku sudah boleh pulang sekarang?"

"Tentu saja tidak.."

Pria itupun tersenyum kearah Viktor dan mendapat tatapan kesal sebagai balasan atas senyumannya

"Bagaimana kabarmu? Pasti sehat-sehat saja kan?"

"Bukankah sudah terlihat jelas?"

Viktor lagi-lagi berkata seenaknya dan tanpa sopan santun sedikitpun, pria itu lagi-lagi tersenyum kemudian tertawa menanggapinya

"Kau sangat seenaknya saja sekarang ini, padahal dulu kau tidak berani berkata apa-apa saat ada didepanku"

"Itukan dulu. Dan tolong jangan terlalu bersikap akrab padaku, aku tidak mengenalmu!"

"Kau mengenalku, sangat. Hanya saja kau yang tidak mengingatnya. Ya tapi kau ada benarnya juga. Aku ada sedikit pekerjaan, kalian mengobrol saja dulu"

Pria itupun berdiri kemudian berjalan menuju meja kerjanya. Dia segera mengutak-atik laptopnya, memfokuskan diri di sana dan tidak memperhatikan Viktor dan sekretarisnya lagi

Viktor hanya memerhatikan sekilas lalu langsung mengalihkan pandangannya kearah buku yang sedang dia baca tadi, dia kembali lagi terhanyut dengan cerita yang ditulis dibuku itu

"Bisakah berhenti membacanya sebentar?"

Pak Lin pun mengambil buku itu dari pegangan Viktor, menjauhkannya dari jangkauan Viktor dan memasang tampang mengejek kearah pria yang sedang menatap kesal kearahnya

"Tidak bisa! Itu sedang bagian seru-serunya, kembalikan!"

Viktor berusaha mengambil buku itu, namun dia tidak bisa mengambilnya. Pak Lin semakin menjauhkan buku itu sambil menjahili Viktor beberapa kali

Viktor tetap berusaha untuk mengambil buku itu dan dia akhirnya berhasil mendapatkannya saat satu pukulan berhasil dia daratkan tepat di perut pak Lin

Pak Lin memegangi perutnya sejenak lalu tersenyum kearah Viktor yang lagi-lagi sudah berfokus dengan bacaannya

"Kau tau, diakhir nanti pemain utamanya akan—"

"Diam! Jangan spoiler!" ucap Viktor sambil melihat kearah pak Lin melalui ujung matanya, pak Lin tidak mempedulikan dan hendak melanjutkan perkataannya

"Dia akan—"

"Aku bilang jangan spoiler! Paman!!"

"Dia akan sekarat kemu—"

Viktor mengepalkan tangannya dan bersiap meninju wajah pria dewasa di sampingnya itu. Pak Lin langsung menghindar dan membuat Viktor semakin kesal

"Aku akan tetap memberikan spoiler jika kau tetap saja memanggilku seperti itu"

"Sekali lagi kau memberikan spoiler, maka aku akan menghajar mu secara habis-habisan, papa!"

Pak Lin puas dengan perkataan Viktor barusan. Dia tersenyum kemudian langsung mengusap rambut Viktor

Viktor terkejut sekaligus malu karena rambutnya diusap oleh orang yang dipanggilnya papa itu. Perasaan rindu seperti menghampiri Viktor, perasaannya menghangat dan senyuman muncul di wajahnya

Pak Lin kemudian mengacak-acak rambut Viktor dan membuat rambut Viktor berantakan

"Ah hentikan itu!! Kau membuat rambutku berantakan!"

Pak Lin tidak peduli, dia semakin mengacak-acak rambut pemuda di sampingnya itu

"Oii!! Papa... berhenti!!"

Sang CEO hanya memandangi kedua orang yang juga ada di ruangan itu, memandang mereka lekat meski kedua orang itu tidak memperdulikannya sama sekali

Pak Lin tiba-tiba saja menarik Viktor ke dalam pelukannya dan kemudian menatap tajam kearah sang CEO

"Ketua, kau tidak boleh melakukan hal itu kepada tamu kita"

"Tapi dia juga melakukan hal yang sama padaku"

Lin terkejut saat melihat lubang peluru di kaca yang ada di belakang sang CEO. Viktor tersenyum kemudian menjauhkan dirinya dari dekapan papanya itu

"Ah meleset... padahal akan bagus kalau kena tadi.."

"Kau semakin hebat saja Viktor.."

"Terima kasih. Dan... terima kasih juga papa.." ucap Viktor menolehkan kepalanya ke samping seraya tersenyum

"Bukan masalah"

****

Pertemuan mereka akhirnya selesai. Viktor sudah diperbolehkan pulang. Saat ini Viktor sedang berada di luar gedung dan mengucapkan salam kepada papanya

"Hati-hati di jalan ya"

Viktor berjalan mendekati mobil dan hendak membuka pintu, namun dia berhenti kemudian melihat kearah pak Lin

"Ada apa?"

"Apa aku... boleh memelukmu?"

Viktor ragu-ragu dengan perkataannya, pak lin yang tadinya bingung kini langsung menarik Viktor ke dalam pelukannya

"Tentu saja boleh. Hahaha, kenapa kau malu-malu begitu? Tidak seperti biasanya saja"

Pak Lin pun mengusap lembut kepala Viktor. Viktor tersenyum kemudian memeluk erat papanya itu. Dia sangat senang, perasaan nostalgia menghampiri dirinya

"Hangat.."

"Aku akan menjemputmu besok, lalu kita akan ketempat penulis favoritmu itu" ucap pak Lin seraya melepaskan pelukannya. Viktor pun mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil

"Dah papa"

"Dah.."

★Di Negara D

"Anakku tidak mungkin melakukan itu!!"

Seorang wanita pekerja kantoran menggebrak sebuah meja yang tidak bersalah dan memarahi seorang pria tua di depannya. Riasan yang tebal tampak di wajahnya dan juga dia memiliki perhiasan yang sangat banyak

"Tapi anakku terluka gara-gara putri anda!"

Tidak terima, pria paruh baya itu ikut memarahi wanita tadi. Dia berdiri dari tempat duduknya kemudian menatap tajam kearah wanita kaya itu

"Tapi putriku terluka dan masuk rumah sakit kemarin!Anakmu lah yang melakukan itu!! Dasar orang miskin, mengada-ada untuk mendapatkan uang!"

Hinaan dan ejekan pun dia lontarkan. Bukan tanpa alasan, dia adalah orang yang kaya dan juga terhormat, tidak lah salah menurutnya jika dia ber sombong diri. Pria tua itu mengepalkan tangannya pertanda tidak terima

"Saya tidak pernah mengharapkan uang dari anda"

"Sudah miskin, munafik pula... dasar!!"

Sena yang sedari tadi diam kini mulai marah dan mengepalkan tangannya di atas pahanya, sedangkan Dona pura-pura sedih sambil sesekali tertawa, tentu saja tanpa diketahui oleh siapapun

"Kalian, mohon untuk tenang"

Sang wakil kepala sekolah mulai angkat bicara, pak Kim dan ibunya Dona pun duduk kembali ditempat mereka

"Pak Kim mengatakan kalau putrinya dibully oleh Dona selama beberapa hari ini, dan Dona mengatakan kalau Sena lah yang membully nya. Apa kalian ada bukti?"

"Tentu saja! Ini adalah surat dari rumah sakit karena putriku masuk rumah sakit kemarin, dia terluka gara-gara anak dari pria itu!!" ucap wanita itu menunjuk pak Kim sambil memperlihatkan secarik surat kertas putih dari rumah sakit

"Tapi tubuh putriku banyak sekali luka gara-gara anak anda... siapa tau kalau surat itu adalah buatan dan palsu!!"

"Anakku tidak akan pernah berbohong! Bu wakil kepala sekolah, dimohon anda untuk memberikan keadilan kepada putri saya"

Wanita itu memegangi tangan sang wakil kepala sekolah kemudian memberikan sejumlah uang kepadanya. Sang wakil pun tersenyum dan kemudian langsung menyembunyikan uang itu

"Maaf pak Kim, putri anda tidak bisa memberikan bukti bahwa dia dibully. Luka di tubuhnya mungkin karena perkelahiannya di luar sekolah. Sedangkan Dona memiliki surat bukti dari rumah sakit jadi dalam kasus ini Dona sama sekali tidak bersalah. Semoga anda bisa menerima keputusan saya saat ini"

Pak Kim hendak berdiri lagi dan menyangga keputusan sang wakil kepala sekolah, namun dia terhenti karena Sena menarik ujung bajunya seraya menggeleng

"Tapi Sena... kau adalah korban disini! Ayah tidak bisa diam saja!!"

"Tidak apa-apa.."

Pak Kim masih tidak terima, dia kesal kenapa malah mereka yang disalahkan disini. Sena berusaha bersikap dewasa dan menyudahi perdebatan yang tidak mungkin mereka menangkan ini

"Maaf... kami akan membayar biaya rumah sakitnya"

"Tidak perlu... kami bukanlah orang miskin yang perlu bantuan dari kalian!!"

****

Pak Kim dan ibunya Dona sudah lama meninggalkan sekolah. Saat ini Sena sedang bersama Febi disebuah lorong sekolah

"Sena kau ini kenapa sih?!! Kau adalah korban! Bukan kau yang harus meminta maaf kepada mereka!!"

"Tapi kami tidak akan bisa menang melawan mereka, wakil kepala sekolah sudah menerima suap dari mereka. Daripada masalahnya semakin runyam dan kami yang terdesak, lebih baik kami minta maaf dan mengakhirinya"

"Tapi tetap saja bukan kau yang harus minta maaf!!Mereka yang salah!!"

Febi kesal dan marah sehingga tembok di sampingnya menjadi pelampiasan amarahnya. Tangannya terluka, namun dia tidak merasakan sakit dikarenakan kekesalannya yang sudah mencapai stadium akhir

Orang yang dibicarakan pun muncul. Dengan jumlah 5 orang, Dona muncul dengan senyum kemenangannya

"Kasihan ya... aku suka sekali melihat wajahmu yang menyedihkan seperti tadi.."

Sena menutup mulutnya, tidak mau berurusan dengan wanita itu lagi. Febi yang kesal langsung saja mendorong bahu Dona sehingga sang empu langsung mundur dan kesakitan di bagian bahunya

"Tutup mulutmu wanita sialan!! Mentang-mentang kau kaya kau jadi bisa seenaknya!! Minta maaf kepada Sena sekarang juga!!"

"Sialan! Berani sekali kau mendorong ku! Semuanya!!"

Dona memerintahkan para bawahannya untuk maju. Mereka semua menurut kemudian langsung memegangi tubuh Febi dan membuatnya tidak bisa lepas, tangan serta tubuhnya ditahan

"Disini terlalu ramai, ayo bawa ketempat yang lebih sepi"

Mereka semua pun pergi kelantai atas, tempat yang lumayan sepi dan tidak banyak siswa yang berlalu lalang. Keempat orang bawahan Dona memegangi dan menarik Sena dan juga Febi ketempat tujuan mereka

Setelah sampai di lantai atas Dona langsung saja menampar Febi yang sama sekali tidak bisa membalas karena pergerakannya masih dikunci. Orang yang memegangi pun tertawa sambil mengejek Febi

Sena segera berusaha untuk membantu, namun dia tidak bisa karena dia juga ditahan sama seperti Febi

"Hentikan!! Jangan sakiti Febi!!"

"Inilah balasan karena sudah kurang ajar kepadaku!!"

Dona semakin menguatkan tamparannya dan membuat pipi Febi sangat merah dan cairan merah keluar dari mulutnya. Sena yang sudah tidak tahan lagi langsung menginjak kaki orang yang memeganginya. Karena kesakitan kedua orang itu langsung melepaskan pegangannya kemudian memegangi kaki mereka yang sakit karena diinjak

Sena yang sudah lepas langsung saja mendorong Dona dan menjauhkannya dari sahabatnya itu

Dona mundur beberapa langkah kemudian memantapkan posisinya dan langsung berjalan cepat kearah Sena. Dia menarik kerah seragam Sena kemudian menamparnya

Dona menampar Sena beberapa kali, namun dia terhenti karena tangannya ditahan oleh Febi yang berhasil lepas dengan cara yang sama seperti yang Sena lakukan. Dona menatap marah kearah bawahannya yang tidak berguna dan yang ditatap hanya bisa bergetar ketakutan

"Sudah cukup kau membuat temanku terluka!!"

Dona yang geram langsung memukul Febi lagi. Febi yang memang sudah terluka kesulitan untuk membalas karena tenaganya yang sudah hampir habis

Kali ini Sena yang menghentikan tamparan Dona. Dona langsung saja mendorong Sena dan Sena yang kehilangan keseimbangan menjadi tergelincir dan akhirnya jatuh dari atas tangga

Tubuh Sena menuruni tangga dengan posisi kepala duluan, dan di dasar, tubuh Sena tergeletak dengan cairan merah yang keluar dari kepalanya

"Sena!!"

"Gawat! Ayo segera pergi dari sini!!"

Dengan langkah seribu, Dona dan bawahannya segera pergi dari sana. Febi langsung menghampiri Sena yang tergeletak didasar tangga

"Sena! Sena!! Astaga darahnya banyak sekali... tolong... tolong!!"

★Di Negara K

"Besok tidak ada kegiatan kan?"

Viktor yang baru saja turun dari mobil langsung saja bertanya kepada Sem yang berdiri di sampingnya, Sem yang ditanya pun langsung menoleh kemudian menjawab pertanyaan Viktor

"Tidak ada... kalian bisa bebas besok"

"Baguslah. Kenapa rasanya tenang sekali di vila?"

"Mungkin mereka sedang bermain di dunia virtual sekarang"

"Kuharap begitu.."

"Perasaanku tidak enak"

Viktor dan Sem memasuki vila. Di Sana sangat tenang dan juga gelap dikarenakan lampu yang mati dan tirai yang menutupi semua jendela. Viktor segera berjalan menuju saklar untuk menghidupkan lampu, dia ingat tempatnya. Setelah Viktor berhasil menekan saklar, ruangan langsung terang dan semuanya terlihat jelas

Alangkah terkejutnya Viktor dan juga Sem saat mendapati Ban dan yang lainnya terkapar tidak sadarkan diri

Viktor segera menghampiri Ban dan memeriksa keadaannya. Tampak sangat jelas kalau mereka dihajar dan akhirnya tidak sadarkan diri

"Mereka pingsan. Bagaimana dengan yang lainnya?"

"Mereka semua pingsan!!"

"Sial! Siapa yang melakukan ini pada mereka semua?!"

Siluet hitam tiba-tiba saja muncul kemudian langsung menyerang Viktor. Viktor yang sudah terlatih refleks menghindari serangan itu. Orang yang menyerangnya berjumlah 3 orang dan mereka semua mengenakan pakaian yang sama

Orang-orang itu kembali menyerang dan Viktor terpaksa melawan mereka. Gerakan yang orang-orang itu buat sangat terlatih, bisa Viktor ketahui kalau orang-orang itu bukanlah orang biasa. Namun meskipun begitu, mereka belum sebanding dengan kemampuan bertarung dirinya

Viktor berhasil mengalahkan ketiga orang itu dan membuat mereka meringkuk kesakitan dilantai

"Siapa mereka?!"

"Jangan bergerak!!"

Viktor menolehkan kepalanya ke belakang kearah sumber suara. Dia terkejut saat melihat sem yang sedang ditodongkan dengan sebuah pisau tajam, dia menyalahi dirinya sendiri karena lupa bahwa bukan hanya dia yang ada di vila itu

"Jangan bergerak atau orang ini akan mati"

Pria itu semakin memajukan pisau miliknya kearah leher Sem dan membuatnya semakin ketakutan. Viktor kesal dan diam-diam memasukkan tangannya ke saku,namun rencananya ketahuan oleh pria tadi

"Angkat tanganmu dan jangan bergerak sedikitpun, atau pria ini benar-benar akan mati!"

Viktor berdecak kesal kemudian mengangkat tangannya. Sang pria pun tersenyum puas kearah Viktor

"Siapa kalian?!"

"Grup Phantom!!"

Viktor teringat dengan perkataan Doni beberapa hari yang lalu, dia tidak menyangka kalau ini akan terjadi pada dirinya

"Jadi mereka ya.."

"Kau tetap saja hebat seperti biasanya. Maaf ya, teman-temanmu kami buat pingsan seperti itu.."

"Kenapa kalian melakukan ini?!"

"Tentu saja karena kami membencimu!!"

"Tapi mereka tidak ada hubungannya dengan ini!!"

"Mereka berhubungan denganmu, jadi mereka juga terlibat! Kalian, cepat ambil semua senjatanya!!"

Pria itu memberikan perintah kepada anggotanya yang tadi dihajar oleh Viktor. Mereka segera bangkit kemudian mengambil semua senjata Viktor yang ada disaku dan juga dibalik jasnya

Viktor melirik kearah pria yang mengambil senjatanya. Ada celah sehingga Viktor langsung menyerang pria itu, mengambil pisau miliknya kemudian menjadikan pria tadi sandera

"Lepaskan dia, atau aku akan membunuh orang ini!"

"Silahkan saja.."

Viktor terkejut, tanggapan yang diberikan pria itu berbeda dengan yang dia bayangkan

"Aku serius dengan perkataanku!"

"Aku juga serius. Dia sama sekali tidak penting bagiku, jadi silahkan saja kau bunuh atau apapun"

"Bukankah dia temanmu?"

"Teman? Tentu saja bukan. Kami semua yang ada disini adalah orang-orang yang memiliki dendam dan rasa benci terhadapmu, kami tidak peduli satu sama lain"

Pria itu pun tertawa dan Viktor pun menggertakkan giginya sambil memajukan pisaunya kearah leher pria yang disanderanya

Pria tadi sama sekali tidak menghentikan, dia senang memandangi wajah Viktor yang kesal dan penuh amarah itu

"Kau tidak bisa kan? Kau tidak mau membuat orang lain terbunuh gara-gara kau bukan?! Kalau begitu lebih baik menurut saja, atau..."

Pria itu menekankan pisaunya dan membuat sedikit cairan merah keluar dari leher Sem. Sem pun semakin ketakutan dan tubuhnya bergetar dengan hebat

Viktor pasrah, dia langsung membuang pisaunya ke sembarang arah kemudian meletakkan tangannya di udara lagi

Pria itu puas kemudian menyuruh anggotanya yang lain untuk menggantikan posisinya. Setelah itu dia langsung berjalan mendekati Viktor, tentu saja dengan senyum yang selalu dia tampakan sejak tadi

Viktor menatap tajam kearah pria yang tingginya sama dengan dirinya itu. Pria itu tersenyum kemudian langsung memukul perut Viktor dengan sekuat tenaga

Viktor langsung merasakan panas di bagian perut, dia mundur beberapa langkah seraya memegangi perutnya. Pria itu maju kemudian memukul Viktor secara bertubi-tubi. Dia menarik kerah jas Viktor kemudian langsung mendaratkan sebuah pukulan tepat di wajah

Viktor sama sekali tidak melawan karena mereka masih memiliki sandera, Viktor hanya bisa menatap kesal tanpa berbuat apapun

"Papa selalu saja memperhatikanmu, selalu saja kau, kau, kau, dan kau!!"

Sambil berbicara meluapkan perasaannya, pria itu terus memukuli Viktor dengan segenap tenaganya

"Padahal aku yang selalu disisinya selama bertahun-tahun ini, namun selalu saja kau yang ada di matanya. Aku melakukan hal yang terbaik demi mendapat pengakuan darinya, tapi apa?! Dia selalu saja melihat ke arahmu!! Dia sama sekali tidak melihat ke arahku!! Selalu, selalu, selalu saja kau...!!"

Pria itu menarik napas karena lelah meluapkan emosinya. Viktor tertekuk karena sakit yang dia terima

"Hey apa kau sudah selesai? Kita harus cepat pergi sebelum bomnya meledak"

Anggota yang lain memberitahu sang ketua mereka untuk segera pergi karena bom yang mereka pasang tadi akan segera meledak. Pria tadi yang sekaligus pemimpin dari grup Phantom itu mengangguk kemudian berjalan menuju pintu luar setelah memberikan salam perpisahan berupa pukulan keras kepada viktor

Tsekk!!

Sebuah pisau menusuk Viktor dari belakang. Viktor langsung menoleh patah-patah ke belakang dan melihat orang yang sudah menikamnya dari belakang itu. Sang pelaku tersenyum kemudian langsung berdiri dari posisinya

"Ini balasan karena kau sudah membunuh kakakku, aku tidak akan pernah memaafkanmu!!"

Viktor sudah tidak sanggup menyangga tubuhnya sehingga dia langsung saja terkapar di lantai yang dingin dan darah yang merembes keluar dari punggungnya

"Ayo cepat pergi!!"

Grup phantom berlari keluar dari vila, meninggalkan Sem dan Viktor yang sedang sekarat. Tubuhnya penuh darah dan pengelihatannya mulai tidak jelas. Suara Sem yang memanggil-manggilnya perlahan-lahan tidak bisa dia dengar, udara sekeliling tiba-tiba menjadi tipis dan membuat dirinya kedinginan. Wajahnya perlahan memucat dan matanya perlahan menutup

"Aku harus segera bangun dan membawa yang lainnya pergi. Jika tidak maka kami semua akan mati karena ledakkan. Tapi tubuhku benar-benar tidak bisa digerakkan. Ah ini benar-benar menyebalkan!!"

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!