Kini di UKS, Febi sedang mengobati Sena yang lagi-lagi terluka akibat ulah kakak kelasnya itu padahal lukanya yang kemarin masih belum sembuh tapi kini malah mendapat luka baru
Sena hanya diam saat diobati, dia tidak berkata apapun dan dia juga tidak berani menatap wajah Febi yang sedang mengobati lukanya itu
Setelah beberapa menit akhirnya Febi selesai mengobati Sena. Dia langsung membereskan peralatannya dan kemudian menatap tajam kearah Sena yang sedang duduk di ranjang UKS. Sena yang ditatap langsung mengalihkan wajahnya kearah lain, menghindari sorot mata tajam Febi
"Aku akan melaporkan mereka ke wakil kepala sekolah. Aku tetap akan melaporkan mereka meskipun kau melarangku"
Febi berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju pintu keluar. Sena hanya memandangi punggung temannya itu yang semakin menjauh, dia ingin menghentikan, tapi dia tau kalau dia tidak akan bisa menghentikan Febi
"Aku pergi dulu. Nanti kita kembali ke kelas bersama, tunggu disini"
Febi menutup pintu ruang UKS, meninggalkan Sena sendirian di sana. Dia langsung berjalan menuju ruangan wakil kepala sekolah untuk melaporkan hal ini. Seharusnya dia langsung saja ke kepala sekolah, tapi saat ini kepala sekolah mereka sedang di negara A mengikuti acara yang sama seperti yang Hyuga ikuti
Tanpa sepengetahuan Sena dan Febi, ternyata saat mereka sedang berbincang di UKS tadi ada seorang komplotan Dona yang menguping. Dia mendengar tentang rencana Febi dan diapun langsung menyampaikannya kepada Dona
"Dona, sepertinya adik kelas itu mau melaporkanmu ke wakil kepala sekolah?"
"Oh baiklah, akan ku ladeni mereka"
Tok!tok!
Febi mengetok pintu ruangan yang di depannya bertuliskan wakil kepala sekolah. Setelah mendapat perizinan dari orang yang ada di dalam, Febi langsung membuka pintu kemudian masuk
"Permisi bu"
Febi perlahan mendekat kearah wanita paruh baya yang sedang mengutak-atik laptop miliknya, dia tidak memandang kearah Febi sama sekali
"Ada apa?"
"Aku ingin melaporkan soal temanku yang selalu saja dibully oleh kakak kelas. Aku kesini ingin meminta anda agar memberi orang itu hukuman" ucap Febi tanpa basa-basi lagi dan dengan suara yang tegas dan lantang
Mendengar laporan dari Febi, wanita itu menghentikan tangannya dari laptop dan langsung memandang kearah Febi yang ada di depannya
"Siapa korban bully itu?"
"Temanku Sena, siswa baru beberapa hari yang lalu"
"Dan yang membully nya?"
"kak Dona, sang primadona sekolah"
Wakil kepala sekolah kemudian menurunkan kacamatanya dan menatap langsung kearah mata Febi, sama sekali tidak ada keraguan yang tampak dari mata muridnya itu
"Itu tidak mungkin. Dona terkenal sangat baik di sekolah ini, orangnya juga ramah, tidak mungkin dia melakukan itu pada temanmu"
"Dia hanya bersikap baik pada orang yang dia inginkan. Temanku menderita banyak luka gara-gara dia dan komplotannya"
"Baiklah, bawa temanmu itu dan juga orang tuanya. Aku akan memanggil Dona dan orang tuanya untuk hadir juga besok. Di Sana semuanya akan menjadi jelas"
"Terima kasih Bu"
Febi kemudian memberi hormat dan langsung pergi keluar dari ruangan itu. Sedangkan wakil kepala sekolah hanya memandangi kepergian muridnya itu dan lalu kembali fokus dengan pekerjaannya
****
★Di negara K
"Bagaimana keadaan para generasi muda kita?"
Seorang pria ber mantel coklat datang menghampiri Sem sang penyelenggara kegiatan yang sedang diikuti oleh Viktor saat ini. Dia langsung saja berdiri di samping Sem dan kemudian menatap kearah monitor yang sedang menampilkan semua kegiatan para peserta
"Pak Lin, selamat datang. Sejauh ini semuanya berjalan lancar"
Kedua pria itupun berbincang-bincang sambil melihat layar monitor, senyum pun muncul di wajah pria yang bernama Lin itu. Sem pun ikut tersenyum karena pak Lin tersenyum
Beberapa jam kemudian para peserta selesai dengan kegiatan mereka, mereka langsung keluar dan menghampiri sang penyelenggara acara sekaligus orang yang selalu memberikan arahan kepada mereka itu
"Siapa yang seenaknya saja membuatku log out tadi?!"
Dengan kesalnya Viktor berjalan menuju ruang monitor. Bukan hanya Viktor saja, yang lainnya pun sedang kesal dan mengumpat dalam hati mereka
"Iya siapa?! Aku sedang seru-serunya tadi!!"
"Padahal aku sudah hampir berhasil tadi"
Semuanya kecewa, mereka sedang menikmati dunia virtual dan semua hal yang tidak bisa mereka lakukan di dunia nyata. Dengan senyuman ramah, sang pelaku menghampiri mereka dan tentu saja dengan pak Lin di belakangnya
"Maaf semuanya, tapi aku tidak mau membuat tamu kita menunggu semakin lama"
"Sebenarnya aku tidak apa-apa menunggu lama, tapi dia yang memaksa untuk menghentikan kegiatan kalian"
Viktor langsung saja mengenali pria itu meskipun tampilannya berbeda, Viktor menunjuk orang itu dan dia pun tersenyum
"Ah Paman yang di bandara hari itu"
Serasa ditimpa batu kembali dia rasakan karena Viktor lagi-lagi memanggilnya Paman padahal usianya tidak terlalu tua
"Viktor, bisakah kau berhenti memanggilku Paman?Aku tidak setua itu"
"Daripada ku panggil pak tua, lebih baik ku panggil Paman" ucapnya seenaknya saja tanpa mempedulikan siapa sebenarnya pria tadi
"Viktor jaga cara bicaramu, dia adalah perwakilan dari perusahaan yang akan kau datangi besok"
Tanpa menghiraukan perkataan Sem, Viktor terus saja berbicara seenaknya dan sesekali tersenyum kearah pak Lin tadi
"Aku tidak menyangka kalau Paman ternyata orang penting di Kai Corporation, padahal saat pertama kali bertemu kau terlihat seperti pengangguran"
Lin rasanya seperti ditusuk-tusuk oleh banyak anak panah karena Viktor tetap saja tidak mengubah panggilannya dan Viktor juga menyebut dirinya sebagai pengangguran sekarang
"Paman?! Pengangguran!!"
"Viktor, apakah kau mengenal pak Lin?"
Sang pemimpin, Ban, ikut dalam pembicaraan dan mulai menyampaikan pertanyaan yang ada di kepalanya
"Tidak, aku hanya kebetulan saja bertemu dengannya di pesawat"
"Hey kenapa kau bilang dia seperti pengangguran?"
Kali ini Zena yang kepo, merasa ditanya Viktor pun mendekat kearah Zena kemudian membisikkan sesuatu
"Karena saat bertemu dia memang terlihat seperti itu"
"Ekhem!!"
Pembicaraan Zena dengan Viktor pun terhenti dan mereka langsung menoleh kearah Sem serta pak Lin yang masih setia berdiri di depan mereka
"Mariku perkenalkan pada kalian. Dia adalah pak Lin kai, sekretaris di perusahaan Kai Corporation"
"Salam kenal ya semuanya. Viktor, kemampuan menembakmu tadi hebat sekali"
Bukannya memperkenalkan diri lebih banyak, pak Lin malah membahas kemampuan menembak Viktor yang dia lihat di monitor tadi
"Menembak?"
"Aku memilih tempat untuk berlatih menembak. Di Sana sangat membantu, aku bisa memilih lokasi apapun yang aku mau, baik itu pegunungan ataupun rawa-rawa. Teknologi seperti ini sangat menyenangkan bagiku. Mungkin aku akan membelinya saat alat ini sudah dijual"
Ana dan kawan-kawan pun melihat kearah monitor yang memperlihatkan rekaman kemampuan menembak Viktor. Beberapa ada yang geleng-geleng tidak percaya dan ada juga yang langsung saja bertanya
"Viktor, apakah kau suka main tembak-tembakan di game center dulu?"
"Tidak"
"Jadi apakah kau anggota militer? Itu terlalu hebat untuk seukuran anak SMA tingkat pertama"
Feri tidak percaya dengan rekaman yang dilihatnya, tidak mungkin seorang siswa SMA memiliki keahlian yang sangat hebat seperti itu kecuali kalau orang itu memang dididik di kepolisian militer
"Apa tidak boleh?"
"Bukan begitu maksudku...."
Feri kebingungan sendiri, dia tidak tau harus mengatakan apa
"Viktor, pertemuan nya besok jam 9 pagi. Jangan sampai telat ya. Kau bisa memakai pakaian biasa saja kesana, tidak usah terlalu formal"
Viktor pun mengangguk dan pak Lin pun hendak pergi, namun dia terhenti karena Viktor memanggil dirinya
"Paman, apakah dulu kita pernah saling kenal?"
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Karena aku tipe orang yang tidak mau bicara kepada sembarang orang, tapi saat bertemu denganmu aku langsung saja merasa akrab"
"Entahlah aku juga tidak tau. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa besok"
Tanpa memberikan jawaban yang diinginkan oleh Viktor, pak Lin memutar balik tubuhnya dan langsung berjalan menuju pintu luar. Viktor tidak memanggilnya lagi, dia hanya memandangi punggung pria itu yang semakin menjauh
★Di Negara D
"Paman"
Febi yang baru saja masuk ke dalam rumah langsung saja memanggil orang yang sedang ada di dapur, orang yang dipanggil adalah paman Kim, ayahnya Sena
Orang yang dipanggil pun langsung keluar dan mendekat kearah Febi dan juga anaknya
"Ya ada apa nona Febi?"
"Sebelum aku mengatakannya, paman jangan panik atau marah terlebih dahulu"
Paman Kim yang diberitahu seperti itu hanya diam sambil kebingungan. Febi mengambil napas sejenak kemudian langsung melanjutkan perkataannya
"Sena dibully di sekolah belakangan ini"
Paman Kim langsung saja terkejut dan menghampiri putrinya. Dia memeriksa keadaan putrinya itu dan wajah panik pun terlihat dari wajahnya
"Apa mereka melukaimu? Maaf ayah tidak menyadarinya, kau tidak apa-apa kan?"
"Aku baik-baik saja"
Sena pun tersenyum untuk menenangkan ayahnya, namun Febi langsung saja membentak kearah Sena
"Baik-baik saja apanya?! Kau sudah sering terluka gara-gara mereka!"
"Kenapa kau tidak bilang kepada ayah soal ini?"
"Karena aku tidak mau membuat ayah khawatir. Ini bukan masalah besar, jadi tidak perlu aku beritahu pada ayah"
"Bukan apanya? Kau anak ayah, apapun yang terjadi padamu adalah tanggung jawab ayah. Putrinya terluka, tentu saja ayahnya akan khawatir kan?"
"Maaf"
Sena pun memeluk ayahnya kemudian menangis. Paman Kim pun balas memeluk kemudian mengusap lembut rambut Sena, sedangkan Febi hanya memperhatikan saja
"Aku sudah memberitahukan hal ini kepada wakil kepala sekolah, dia menyuruh Paman untuk datang ke sekolah besok"
Febi kemudian menjelaskan semua hal yang sudah terjadi serta apa yang harus dilakukan oleh paman Kim besok. Paman Kim mendengarkan dengan seksama dan kemudian diakhiri dengan mengangguk pertanda mengerti
"Baik saya mengerti. Sena, sini biarkan ayah lihat lukamu, ayah akan mengobatinya"
Sena menuruti perkataan ayahnya dan Paman Kim pun mulai mengambil kotak obat kemudian mengobati luka-luka yang terdapat di tubuh Sena
****
Keesokan harinya di negara K. Viktor sudah siap dengan sebuah setelan jas berwarna hitam. Dia sebenarnya ingin menggunakan baju santai saja saat dia pergi hari ini, tapi Sem memaksanya untuk memakai pakaian yang formal jadi viktor terpaksa memakainya
Viktor tampak sangat rapi dan tampan hari ini, rambutnya yang biasanya menutupi seluruh kening, kini tampak dibelah dan memperlihatkan keningnya, sungguh sangat tampan dan menawan
"Wah hah kau tampan sekali Viktor...!!! Astaga aku rasanya ingin pingsan! Biarkan aku pingsan dalam pelukanmu"
Lira yang sedari awal memang sudah jatuh hati kepada Viktor kini semakin tergila-gila karena penampilan Viktor hari ini. Dia bahkan sampai menahan hidungnya yang mimisan karena saking terpesonanya
"Aku setuju dengan Lira, kau memang sangat tampan hari ini"
Ana yang biasanya tidak pernah memuji Viktor kini malah memujinya, dia mengakui kalau Viktor hari ini sangat luar biasa tampan
"Aku benci mengakuinya, tapi kau lebih tampan dariku hari ini"
"Hentikan Feri, ini bukan saatnya untuk melihat kau drama"
"Jeremy, jahat!"
"Semoga semuanya lancar ya Viktor"
Semuanya memberikan dukungan kepada Viktor dan Viktor pun tersenyum karenanya, dia senang karena banyak yang peduli padanya
"Jangan lupa sampaikan salam kami untuk CEO Kai Corporation ya"
"Ok... semuanya terima kasih, aku akan berangkat dulu kalau begitu"
"Hati-hati di jalan"
Viktor pun pergi menuju pintu keluar kemudian berjalan mendekati mobil hitam yang sudah terparkir di luar vila. Di dalamnya sudah terdapat sang pengurus yang sudah menunggunya. Viktor membuka pintu mobil kemudian langsung naik, setelah itu mobil pun langsung dilajukan menuju perusahaan Kai yang letaknya tidak terlalu jauh dari sana
Hanya butuh waktu 25 menit untuk sampai ke Kai Corporation dikarenakan jalanan yang tidak terlalu macet hari ini, mereka bisa sampai dengan cepat
Setelah sampai mereka langsung menuju ketempat resepsionis dan mengatakan tentang pertemuan mereka hari ini, sedangkan Viktor hanya mengikuti saja dari belakang
"Kami ada janji bertemu dengan CEO..."
Selagi Sem melapor, banyak mata yang memandang kearah Viktor serta bisikan-bisikan yang mengatakan tentang kegantengan Viktor
"Tampan ya... padahal dia masih sangat muda. Anak SMA sepertinya"
"Iya kau benar, dia tampan sekali.."
"Viktor, ayo kita pergi"
Viktor segera mengikuti Sem yang sudah selesai melapor dan sedang berjalan menuju lift untuk membawa mereka kelantai atas
Lift berhenti dilantai 70, itu adalah ruangan CEO. Mereka segera melangkahkan kaki mereka keruangan CEO kemudian langsung saja masuk dan menunggu di dalam karena mereka terlalu cepat datang dan juga karena CEO sedang ada urusan
"Bukanlah kita datang terlalu awal? Pertemuannya masih 30 menit lagi.."
"Kita lebih baik datang lebih awal daripada terlambat. Lagipula ini pertama kalinya aku akan bertemu dengan CEO Kai Corporation.." ucap Sem sambil mengepalkan tangannya pertanda dia bersemangat. Viktor yang melihatnya pun hanya tertawa getir
"Belum pernah bertemu dengannya ya?"
"Aku hanya melihatnya di TV, aku tidak pernah bertemu dengannya langsung. Dia orang yang sangat hebat"
Cklek!!!
Suara pintu dibuka terdengar, dari balik pintu muncul sosok pak Lin yang baru saja datang dan dengan beberapa berkas di tangannya
"Viktor, kalian sudah datang ya?"
Pak Lin pun segera menutup kembali pintu kemudian berjalan mendekat kearah Viktor lalu duduk di sofa yang juga ada di ruangan itu
"Selamat pagi, pak Lin"
Sem segera memberi hormat kepada pak lin sedangkan Viktor hanya diam saja
"Pagi, tidak usah se formal itu, santai saja"
Sem pun mengangguk pertanda mengerti
"Kalian harus menunggu beberapa menit lagi, soalnya CEO sedang ada urusan dengan beberapa klien"
"Tidak apa-apa, lagipula ini salah kami yang terlalu cepat datang kesini"
Viktor sengaja menyindir sem yang berada di sampingnya, dan Sem pun terdiam tidak berkata apa-apa. Pak Lin tersenyum karena hal itu
"Aku ingin bicara 4 mata dengan Viktor, bisakah?"
"Tentu, kalau begitu aku akan menunggu di luar. Viktor, jaga cara bicaramu ya"
Sem pun pergi dan Viktor hanya memandangi punggung pria itu sampai pintu ditutup. Saat pintu ditutup, pak Lin segera mengajak Viktor mengobrol
"Sudah lama kita tidak bertemu, syukurlah kau baik-baik saja"
"Kemarin kita baru bertemu, itu sama sekali tidak lama"
Tanpa menelaah perkataan pak Lin barusan, Viktor seenaknya saja menimpali tanpa sopan santun sedikit pun. Pak Lin sama sekali tidak marah karena hal itu, dia malah tersenyum dan tertawa kecil
"Maksudku dalam arti yang lain yaitu disaat kau mengenaliku"
"Oh begitu ya"
"Tapi karena kau tidak ingat jadi aku juga tidak akan menceritakan tentang hubunganku denganmu"
"Aku juga tidak bertanya, kau yang memulainya duluan"
Pak Lin akhirnya kesal karena Viktor terus saja berbicara seenaknya dan juga karena jawabannya yang dapat memancing emosi seseorang. Namun ekspresi kesal itu dia sembunyikan dengan senyum paksa, ya Viktor tau kalau itu adalah senyuman palsu
"Semakin lama kau ini semakin membuat orang kesal ya!! Sifat itu tetap saja tidak hilang"
"Ya mau bagaimana lagi, inilah diriku" ucapnya seraya tersenyum dan sedikit menaikkan bahunya. Pak Lin pun pasrah akan hal itu
"Paman.. CEO disini adalah pemimpin dari kelompok darah naga kan? Apa kau juga anggota dari kelompok itu?"
Pak Lin diam sejenak kemudian langsung menatap kearah Viktor yang masih setia menanti jawabannya
"Aku sudah berhenti beberapa tahun yang lalu"
"Kenapa?"
"Bukan apa-apa, hanya saja... alasanku untuk tetap di sana sudah hilang"
Viktor mengangguk paham kemudian tidak menanyakan hal itu lagi karena dia melihat ekspresi pak Lin yang berubah jadi sedih
"Apa kau masih bisa menembak?"
Pak Lin mengangguk, mengiyakan pertanyaan Viktor. Viktor pun segera mengambil sesuatu dari kantong jasnya
"Kalau begitu... bagaimana kalau kita adu tembak saja?? Aku membawa pistol loh... aku tertarik bertarung melawan mu karena kau terlihat kuat!"
Senyuman psikopat muncul di wajah Viktor, itu diperlihatkan begitu saja. Dengan pistol di samping wajahnya, Viktor tersenyum kearah pak Lin yang terkejut karena ulahnya. Merasa dia menakuti orang di depannya itu, Viktor segera memasukkan kembali pistol miliknya itu
"Ah maaf... sifat itu tiba-tiba saja tidak bisa ku tahan, maaf"
"Tidak apa-apa, aku hanya terkejut karena kau membawa pistol-pistol itu. Apa kau selalu membawa pistol kemana-mana?"
"Tidak, karena aku biasanya membawa pisau lipat saja, soalnya membunuh orang secara langsung itu lebih menyenangkan bukan.."
Setelah mengeluarkan pistol, sekarang ini Viktor sedang mengeluarkan pisau lipat miliknya kemudian memperlihatkannya kepada orang yang ada di depannya itu
"Ah begitu ya, aku paham"
"Kau tidak berubah ya.. Viktor"
"Apa kau sudah membaca buku ini?"
Pak Lin kemudian mengeluarkan sebuah buku dari balik jasnya kemudian langsung memperlihatkannya kepada Viktor. Viktor yang melihatnya langsung menganga dan matanya berbinar-binar melihat buku itu
"Belum!! Bukankah itu belum dijual dipasaran? Kenapa Paman bisa memilikinya?"
"Karena aku kenal dengan penulisnya, dan ini adalah salinan buku yang akan terbit dua Minggu lagi"
Pak Lin pun mulai menyombongkan dirinya kepada Viktor. Viktor sama sekali tidak menanggapinya dan sibuk memandang kearah buku tadi
"Biarkan aku membacanya!!"
"Boleh... asalkan kau mau memanggil ku papa, maka a—"
"Papa!"
Belum selesai dengan perkataannya, Viktor sudah lebih dulu memotong perkataannya, sepertinya Viktor sangat ingin membacanya
"Aku belum selesai bicara loh"
"Aku sudah memanggilmu papa, sekarang pinjamkan padaku"
Dengan senyum dan tingkah kekanak-kanakannya, Viktor menjulurkan tangannya pertanda kalau dia ingin dipinjamkan buku itu. Pak Lin yang melihatnya hanya bisa mendengus kemudian langsung memberikan buku itu kepada Viktor
"Terima kasih papa"
Pak Lin pun senang dan senyum pun tidak luntur di wajahnya karena Viktor memanggilnya papa tadi. Viktor pun mulai membuka buku itu dan membaca satu persatu halaman yang ada di buku itu
Viktor sangat fokus dalam membaca buku itu, dia mengabaikan pak Lin yang sedari tadi memandang kearahnya. Viktor membalik setiap halaman dengan sangat cepat seakan di tiap halaman hanya ada beberapa kata saja. Pak Lin yang melihatnya tidak heran sama sekali, dia sudah tau itu
"Kenapa kau bisa dengan mudahnya memanggilku papa?"
"Bukankah kau yang memintaku memanggilmu seperti itu?"'
Tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku, Viktor menjawab semua pertanyaan dari pak Lin
"Aku juga tidak tau kenapa aku bisa dengan mudahnya memanggilmu seperti itu, tapi aku rasa aku suka memanggilmu papa"
"Kau bisa terus memanggilku papa kalau begitu"
Viktor tidak menjawab, dia kembali mengabaikan pak Lin dan berfokus dengan bacaannya
"Penulisnya benar-benar hebat!! Andai aku bisa bertemu dengannya langsung"
"Kau bisa kalau kau mau"
Mendengar perkataan pak Lin barusan, Viktor langsung saja menoleh kearah pak Lin dan dengan wajah yang penuh dengan semangat
"Benarkah?!!"
"Tentu, kebetulan dia sedang istirahat selama seminggu ini karena sudah menyelesaikan buku barunya. Mau bertemu?"
Viktor segera mengangguk cepat, dia benar-benar ingin bertemu dengan penulis kesukaannya. Meskipun Viktor sangat pandai dalam mencari informasi, tapi dia tidak bisa menemukan gambar wajah dari sang penulis kesukaannya dikarenakan orang itu tidak pernah terlihat di dunia maya ataupun dunia luar, dia sangat tertutup
"Kalau begitu akan ku kenalkan kau padanya besok"
"Yeay!!"
Viktor senang, akhirnya dia bisa bertemu dengan penulis kesukaannya. Di tengah kesenangannya, suara pintu terdengar dibuka dari luar, dan sosok yang dilihat oleh Viktor saat dia menjalankan misi hari itu pun muncul
Pak Lin segera menoleh kearah pintu dan Viktor pun hanya memandanginya saja tanpa mengucapkan apapun. Mata pria itu dengan Viktor pun bertemu, namun tidak ada suara yang muncul dari mereka berdua, atmosfer disekitar mereka pun langsung terasa berbeda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments