Awal Pembullyan Sena

"Kalian hari ini akan melakukan lomba secara tertulis, lisan, perebutan angka dan melawan AI yang sudah kami siapkan! Pemenangnya akan diumumkan saat makan malam nanti. Baiklah, sekarang... mulai!"

Perlombaan antara siswa SMA pun dimulai. Tantangan pertama adalah ujian secara tertulis, mereka harus menjawab semua pertanyaan dalam waktu 30 menit. Semuanya sangat fokus dengan ujian mereka, sama sekali tidak ada suara yang terdengar

Waktu sudah berjalan selama 15 menit, tidak lama setelah itu semua siswa mengangkat tangan mereka tanda mereka sudah selesai. Orang yang sedang mengawasi mereka hanya mengangguk, dia sama sekali tidak terkejut karena dia tau kalau orang yang sedang berlomba disini adalah siswa-siswa jenius perwakilan dari negara-negara terpilih yang ada di seluruh dunia

Lomba tahap kedua pun dimulai. Kali ini lomba secara lisan. Persaingan sangat ketat, sama sekali tidak ada yang mengalah. Mereka bergiliran mendapat dan merebut angka

****

Beralih dari negara K. Saat ini di negara D, Sena sedang dalam kesulitan. Tubuhnya menabrak dinginnya dinding dan itu membuatnya kesakitan. Dia sama sekali tidak paham dengan situasi yang sedang terjadi dengannya sekarang ini

"Berani sekali kau dekat-dekat dengan Viktor ku!!"

Ucap salah seorang gadis kepada Sena yang terduduk di lantai toilet yang sedang basah. Perempuan itu adalah kakak kelasnya yang kemarin yang diabaikan oleh Viktor saat Sena pertama kali datang ke sekolah

Dengan para teman-temannya, kakak kelasnya itu memberi pelajaran kepada sena dan menghina Sena sebisa mereka

"Viktor bahkan tidak mau jalan bersama dengan primadona di sekolah ini! Tapi dia malah mau berjalan dengan gadis sepertimu, menyebalkan!!"

Wanita itu kemudian menginjak tangan Sena dan itu membuat Sena meringis kesakitan dan membuat air matanya sedikit mengalir keluar

"Jawab aku, apa hubungan mu dengan Viktor?!"

"Dia adalah majikanku, hanya itu saja!!"

"Hee! Berani sekali seorang pembantu dekat-dekat dengan tuannya. Apa kau mau memanfaatkan dia kemudian mengambil semua hartanya supaya kau bisa kaya?!!"

"Bukan! Aku tidak akan pernah melakukan itu!! Kau salah!"

Mendengar perkataan Sena, perempuan itu lantas menampar dan kemudian memegang erat dagu Sena

"Haa!?! Berani sekali kau berbicara keras di depanku!!Dengar, akulah yang akan menjadi nyonyamu nanti!! Jadi jangan macam-macam denganku!"

"Kenapa bisa begini? Aku kira mereka mau berteman denganku..?''

"Melihat wajahmu benar-benar membuatku muak! Neri lagi dia pelajaran!"

Wanita itu kemudian pergi meninggalkan toilet dan menyuruh temannya yang lain untuk menyelesaikan sisanya. Para bawahannya dengan senyuman di wajah mereka mulai memberikan Sena pelajaran, mereka menendang Sena kemudian menyiraminya dengan air pel

Mendengar teriakan kesakitan Sena, perempuan itu tersenyum puas sambil berjalan keluar dari toilet

Sesaat keluar dari toilet, wanita itu hendak pergi menuju kelasnya. Namun dia terhenti karena ada seseorang yang memanggilnya

"Permisi kak Dona, apa kau melihat Sena?"

Bisa ditebak kalau yang menghampiri perempuan bernama Dona ini adalah Febi yang sedang mencari-cari Sena. Febi sudah mencari-cari Sena sejak tadi, tapi dia sama sekali tidak bisa menemukannya

"Sena? Siapa?"

Tanyanya dengan nada kesal karena ingatannya tentang viktor yang mengabaikannya kembali muncul di kepalanya

"Itu seorang gadis berambut panjang yang baru datang beberapa hari yang lalu. Aku tadi lihat kalau dia dibawa oleh teman-temanmu, jadi aku mencarinya. Apa kau melihatnya?"

"Oh namanya Sena ya?"

"Aku tidak lihat. Aku juga sedang mencari teman-temanku saat ini" ucapnya berbohong, dia sangat ahli berpura-pura jadi Febi sama sekali tidak curiga terhadap wanita di depannya itu

"Oh kalau begitu aku pergi dulu kak. Maaf mengganggu"

Febi pun pergi dan lanjut mencari Sena lagi. Melihat Febi yang sudah jauh, Dona kembali masuk lagi ke dalam toilet, seringai yang lebar muncul di wajahnya

"Wah wah wah, sepertinya kalian benar-benar memuaskan ku kali ini" ucapnya sambil bertepuk tangan dan memuji-muji para rekan atau bisa disebut bawahannya itu

Dona kemudian berjalan mendekati Sena yang sudah lemas akibat perbuatan para gadis yang lain tadi. Dona semakin tersenyum dan sangat puas saat melihat wajah Sena yang menderita

"Viktor dan tuan Hyuga tidak ada di sekolah ini, jadi tidak ada yang akan menolong mu!! Jangan bilang ini kepada siapapun atau kau akan terima akibatnya!"

Setelah mengatakan itu Dona dan para rekannya segera keluar dari toilet. Meninggalkan Sena yang terduduk lemah di lantai toilet yang dingin. Pandangan Sena perlahan menjadi gelap, kepalanya pusing seperti gasing, dan dia akhirnya jatuh pingsan

****

Cahaya lampu yang menyilaukan menyapa pengelihatan Sena. Sehingga dia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya

Febi yang sedari tadi berada di samping Sena refleks mendekat dan menyodorkan air minum kepada Sena yang baru bangun

"Sena, syukurlah kau sudah sadar. Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa di toilet dan dalam keadaan pingsan?"

Wajah khawatir terlihat jelas dari wajah Febi. Sena yang ditanyai kemudian mengingat-ingat kejadian yang baru saja terjadi sambil meminum air putih yang diberikan kepadanya tadi

"Aku tidak boleh memberitahu Febi tentang yang terjadi denganku. Aku tidak mau kalau Febi juga ikut terlibat"

"Aku hanya tidak sengaja terpeleset di toilet. Maaf sudah membuatmu cemas"

Ucap Sena sambil tertawa agar Febi tidak curiga dan supaya dia tidak cemas. Tapi tanpa Sena sadari, Febi ternyata tau kalau dia sedang berbohong, namun Febi pura-pura tidak tau dan menerima saja apa yang dikatakan oleh Sena

"Ah begitu ya, lain kali lebih hati-hati ya"

Sena pun mengangguk sebagai jawaban kemudian segera beranjak turun dari ranjang UKS

"Ayo pergi ke kelas, aku tidak mau terlalu banyak ketinggalan pelajaran"

Febi pun mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke kelas. Saat ini sudah jam terakhir pelajaran di sekolah. Dalam beberapa jam lagi bel pulang sekolah akan berbunyi. Sena bisa saja tetap istirahat di UKS sampai jam pulang nanti, tapi dia tidak enak kepada Febi sehingga dia memutuskan untuk kembali ke kelas

"Maaf kami terlambat bu" ucap Febi diambang pintu kepada guru yang sedang mencatat materi di papan tulis

"Tidak apa, ayo cepat duduk"

Febi dan Sena segera duduk ketempat mereka masing-masing, guru pun lanjut menjelaskan. Sena mencari-cari buku pelajarannya namun tidak dia temukan sama sekali

"Buku ku dimana?"

Sena sibuk mencari-cari bukunya, ekspresi kebingungan tampak dari wajahnya. Para siswa yang ada di kelas diam-diam menertawakan Sena namun itu tidak disadari olehnya

Guru yang menyadari kalau Sena sedang mencari-cari sesuatu langsung saja bertanya "Ada apa Sena? Kenapa kau seperti orang yang kebingungan seperti itu?"

"Aku tidak bisa menemukan bukuku, Bu"

"Kau ini! Jangan-jangan kau memang tidak membawa bukumu ya?!" ucap guru itu sambil berkacak pinggang dan menatap kearah Sena dengan kesal

"Tidak Bu! Aku tadi membawanya"

"Bu, dia pasti berpikir kalau dia tidak perlu membawa buku. Dia pikir dia pasti bisa lulus dan naik kelas karena dia memiliki tuan Viktor dan juga Hyuga di sampingnya"

"Iya benar"

Para siswa kelas itu perlahan-lahan mengejek Sena secara terang-terangan, entah karena apa mereka melakukan itu, apakah karena keinginan mereka sendiri ataukah karena hasutan dari orang lain, siapa yang tau akan hal itu

"Tidak! Aku tidak pernah berpikir begitu!!"

Sena dengan tegas membantah tuduhan yang ditujukan kepadanya itu, sama sekali tidak terlintas didalam benaknya untuk memanfaatkan Viktor ataupun Hyuga yang sudah menolong dia dan juga ayahnya itu

"Sudah cukup! Ayo cepat dicatat semua ini"

"Aku mau pergi mencarinya dulu"

Sena segera beranjak dari tempat duduknya dan hendak keluar meninggalkan kelas

"Aku akan membantumu! Apa boleh bu?"

"Terserah kalian saja. Asalkan nilai kalian tidak turun, terserah kalian mau apa"

Febi pun mengangguk. Sena sempat menolak tawaran Febi, namun Febi sama sekali tidak mendengarkan kemudian langsung menarik Sena keluar kelas untuk mencari buku pelajaran Sena yang hilang

"Sena, apa kau sedang dibully?"

Sena yang mendengar itu pun terkejut namun dia berusaha untuk menyembunyikan keterkejutannya itu

"Mana mungkin, mungkin hanya perasaanmu saja"

Sena kemudian tertawa dan setelah itu lanjut mencari lagi. Febi pun merasa sedih karena Sena tidak mau jujur kepadanya, namun dia tidak menunjukkan ekspresi itu agar Sena tidak menjadi khawatir padanya

Mereka kini sedang berada didekat kolam ikan yang ada di sekolah. Tempatnya tidak terlalu jauh dari jendela kelas mereka berdua

"Apa itu... bukumu?"

Febi pun menunjuk kearah kolam ikan yang warnanya hijau itu. Di atas air terlihat macam-macam buku yang mengambang

Sena pun mendekat dan memeriksa apakah buku itu miliknya, dan setelah dilihat secara teliti ternyata itu memanglah miliknya

Sena pun segera masuk ke dalam kolam ikan yang kotor itu. Dia sama sekali tidak mengeluh ataupun jijik, dia masuk kesana seakan air itu bersih kemudian mengambil semua barang-barangnya

"Sudah kuduga kalau kau sedang dibully!"

"Aku tidak terlalu memikirkannya. Biarkan saja, aku tidak mau kau ikut terlibat" ucap Sena sambil mengambil penanya yang ternyata juga dibuang ke dalam kolam. Dia harus memasukan tangannya ke dalam air supaya dia bisa mengambilnya

Para siswa dari kelasnya menertawakan Sena yang sedang mengambil barang-barang nya. Cacian hingga hinaan yang sebenarnya tidak terjadi mereka lontarkan kepada Sena. Febi rasanya ingin sekali melempari mereka semua dengan batu jika saja Sena tidak menghentikannya

"Tapi jika dibiarkan mereka akan semakin menjadi, mereka bisa saja melukaimu! Aku akan melaporkannya pada guru"

"Jangan!! Aku yakin mereka pasti tidak akan berbuat yang lebih dari ini. Besok pasti mereka sudah berhenti!"

"Tapi... ah baiklah, kalau mereka melakukannya lagi maka aku akan melaporkan mereka pada guru"

Febi pasrah, orang di depannya ini terlalu baik. Dia tidak kuat jika harus berdebat dengan orang seperti Sena. Sena pun tersenyum karena Febi mau menuruti keinginannya

Sena akhirnya mendapatkan semua barang-barangnya, dia pun keluar dari kolam itu kemudian langsung membasuh kaki, tangan, serta bukunya di keran yang ada didekat sana

"Ah semuanya basah"

"Jadi bagaimana sekarang?Apa kau mau mengeringkannya di atap?"

Sena kemudian melihat kearah jam tangannya, kelas akan berakhir kurang lebih satu jam lagi

"Aku rasa aku akan pulang duluan. Kelas hampir selesai, jadi kalau kau mau kau bisa kembali ke kelas. Tapi nanti tolong bawakan tasku ya"

"Aku juga akan ikut pulang denganmu. Tunggu disini, aku akan mengambil tas kita dulu"

Febi segera berlari ke kelas untuk mengambil tas mereka berdua. Sena pun menunggu ditepi kolam ikan sambil memperhatikan buku-bukunya yang basah

Tamu tidak diundang tiba-tiba saja datang, siapa lagi kalau bukan Dona dan para bawahannya

"Wah wah wah, siapa sangka kalau orang sepertimu ternyata suka membolos kelas" ucapnya mengejek Sena yang sedang duduk diam itu. Sena hanya diam mendengarnya dan diapun menolehkan kepalanya kearah lain malas menanggapi kakak kelasnya itu

"Sombong sekali kau!"

Dona pun marah kemudian langsung mendekat kearah Sena

"Maaf aku sedang malas untuk bicara"

Dona kemudian melihat deretan kertas-kertas basah yang sedang dipandangi oleh Sena itu. Senyuman puas lagi-lagi bertengger diwajahnya

"Kasihan sekali kau.."

Dona dan para bawahannya pun tertawa bersamaan. Sena hanya diam tidak berkata apapun. Tidak lama kemudian Febi pun datang dengan dua buah tas ditangannya

"Maaf lama"

Kalimat Febi terhenti sejenak karena melihat para kakak kelasnya itu

"Ada perlu apa ya?" tanyanya kepada Dona dan para bawahannya dengan sinis

"Tidak ada, hanya kebetulan lewat saja"

Mereka kemudian pergi meninggalkan Sena dan Febi. Karena kakak-kakak kelasnya itu sudah pergi, Febi langsung mendekat kerah Sena dan menyerahkan tas yang dia bawa tadi kepada sang pemilik

"Apa mereka mengganggumu?"

"Tidak, ayo pergi!"

Febi pun mengangguk. Setelah Sena selesai memasukkan semua bukunya yang basah, mereka berdua segera pergi menuju tempat tinggal Sena, lebih tepatnya kediaman Hyuga dan Viktor

"Sena, apa tanganmu sudah baik-baik saja?"

Saat ini Febi dan Sena sedang dalam perjalanan pulang. Sena yang ditanya seperti itu langsung saja melihat kearah tangannya, dia baru sadar kalau tangannya tadi sempat terluka

"Sepertinya sudah baikan sampai-sampai aku lupa" ucapnya sambil tertawa kikuk karena benar-benar tidak tau kalau tangannya terluka

"Bukankah kau ini terlalu baik, Sena"

"Menurutku kejahatan tidak seharusnya dibalas dengan kejahatan, ayahku selalu mengatakan itu padaku"

"Menurutmu apa yang akan terjadi kalau Viktor dan Hyuga mengetahui hal ini?"

Sena pun berpikir sejenak kemudian langsung menjawab dengan apa yang terlintas dipikirannya saat itu "Menurutku mereka tidak akan melakukan apa-apa. Aku kan hanya pembantu di rumah mereka, lagipula kami baru bicara selama sehari"

"Entah kenapa aku merasa kalau yang akan terjadi nantinya malah akan berkebalikan dengan yang baru saja kau ucapkan"

"Pokoknya jangan beritahu mereka tentang ini. Aku tidak mau kalau mereka cemas dan membuat kegiatan mereka terganggu"

"Entahlah... jika mereka keterlaluan mungkin aku akan memberitahu Hyuga"

"Febi... apakah kau menyukai tuan Hyuga?"

Mendengar itu dari Sena, Febi Langsung saja kelabakan dan dengan wajah yang merona. Ucapannya juga menjadi terbata-bata dan dia kemudian mengalihkan wajahnya kearah lain untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus

"A-aku tidak mengerti de-dengan yang baru saja kau bilang"

"Wah... ternyata tebakanku benar"

Sena semakin menggoda Febi, dan Febi pun menjadi semakin malu. Dia sesekali membantah dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan, namun itu sama sekali tidak berhasil, Sena tetap saja membahas orang yang disukai oleh Febi itu

"Jujur saja kalau memang menyukainya, lagipula tuan Hyuga itu orang yang baik. Jadi wajar saja kalau semua orang menyukainya"

Febi pun mengangguk beberapa kali tanda dia sangat setuju dengan perkataan Sena barusan. Sena yang melihatnya hanya tertawa kecil menanggapinya

"Dia memang sangat baik"

"Mungkin aku bisa membantumu meski hanya sedikit"

"I-itu tidak perlu"

Sena lagi-lagi tertawa, menyukai ekspresi malu-malu Febi. Mereka akhirnya sampai di depan rumah. Sena langsung saja membuka pintu kemudian langsung masuk ke dalam

"Aku pulang"

Mendengar ada yang datang, paman Kim yang sedang ada di dalam langsung saja pergi kearah pintu luar

Saat sampai, dia melihat putrinya yang pulang lebih cepat dari biasanya serta seseorang yang dia kenali meski sedikit

"Sena? Kenapa hari ini pulangnya cepat sekali?" ucapnya sambil melihat kearah jam kemudian balik menatap kearah putrinya lagi

"Aku merasa tidak enak badan tadi, jadi aku pulang duluan. Lagipula kelas sebentar lagi akan berakhir"

"Halo Paman"

"Ah kau nona yang hari itu kan? Maaf atas perbuatan saya hari itu" paman Kim pun langsung membungkuk untuk meminta maaf dan Febi pun jadi tidak enak karena hal itu

"Tidak apa-apa paman, lagipula paman juga terpaksa hari itu, tidak usah meminta maaf"

"Ayo masuk dan duduk dulu, paman akan membuatkan minuman dulu untuk kalian"

"Terima kasih, maaf merepotkan"

Mereka pun masuk, Sena kemudian mempersilahkan Febi untuk duduk di sofa yang ada diruang tengah. Febi pun menurut,dia meletakkan tasnya di sofa yang ada disampingnya kemudian menolehkan kepalanya ke sana-sini memperhatikan seisi rumah

"wah..rumahnya besar sekali"

"Apa ini benar-benar tempat tinggal Hyuga dan Viktor?"

Sena yang baru saja selesai mengganti pakaiannya pun mengangguk kemudian duduk di sofa yang ada didekat Febi

"Ada apa memangnya Febi?"

"Maksudku... rumah ini besar sekali, bagaimana mereka bisa tinggal disini? Apa orang tua mereka yang memberikan mereka rumah ini?"

"Mereka berdua tidak pernah membicarakan tentang orang tua mereka, lagipula mereka bukanlah saudara kandung"

Paman Kim yang baru saja datang langsung ikut dalam perbincangan Febi dan Sena. Dengan nampan berisi minuman, paman Kim duduk kemudian langsung memberikan minuman itu kepada Sena dan juga Febi

"Jadi kenapa mereka bisa?"

"Ini bahkan hampir sama bagusnya dengan rumahku yang dulu"

"Entahlah... tapi aku yakin kalau mereka pasti orang yang baik. Maksudku, kalau mereka jahat, mereka tidak mungkin memperbolehkan aku dan ayahku untuk tinggal disini kan?"

"Ah iya benar juga... mereka bahkan mempekerjakan dan memberi kalian tempat tinggal, darimana mereka dapat semua uang itu..?"

"Kita tidak boleh berprasangka buruk Febi... mungkin saja mereka punya saudara yang menunjang hidup mereka. Atau mungkin hasil kerja mereka sendiri. Entah kenapa aku sempat kepikiran kalau Hyuga dan tuan Viktor itu adalah CEO muda"

"Ah kau benar juga. Aura mereka memang tampak seperti itu. Apa aku boleh melihat-lihat?"

"Tentu, aku akan mengajakmu berkeliling nanti"

Mereka pun memutuskan untuk menghabiskan minuman mereka dulu sebelum berkeliling rumah

Setelah selesai, Sena langsung saja mengajak Febi berkeliling mulai dari bagian luar rumah sampai bagian dalam rumah itu

"Tempat ini benar-benar bagus dan elegan. Aku tidak akan takut saat malam-malam kalau rumahnya begini" ucap Febi terkagum-kagum dengan betapa luas dan nyamannya rumah kedua pangeran di sekolahnya itu

"Oh ya Febi, di kelas sudah beberapa hari ada tempat duduk yang kosong, kemana orangnya?"

Karena ditanya, Febi pun mengalihkan pandangannya kearah Sena dan berhenti memperhatikan sekeliling

"Ah itu tempat duduknya Reni. Semenjak Viktor menolaknya dia tidak pernah datang ke sekolah lagi"

"Ditolak?"

"Ya kau taulah, dia sama seperti orang yang tergila-gila dengan Viktor, tapi Viktor menolaknya. Aku yakin pasti dia sangat terpukul dengan itu"

"Apa orangnya cantik?"

"Tentu, dalam kontes kecantikan yang baru lewat, dia dapat posisi kedua loh"

"Wah... kenapa tuan Viktor menolaknya ya?"

Sena pun memasang mode berpikir, dia meletakkan tangan di dagunya tanda dia sedang berpikir serius

"Entahlah, orang itu seperti tidak memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Ah maksudku dia bukan homo ya"

Sena sama sekali tidak memperdulikan perkataan Febi yang barusan, kini dia sedang memikirkan hal yang lain

"Bagaimana dengan tuan Hyuga? Apa banyak yang menyatakan cinta kepada dia?"

"Kalau yang itu tentu saja banyak, tapi setiap wanita yang menyatakan cinta sepertinya tidak seperti wanita yang menyatakan cinta kepada Viktor. Mungkin karena sikap Hyuga yang dewasa"

"Mungkin saja"

Saat ini Sena dan Febi sedang menjelajahi lantai dua di Rumah itu, yaitu lantai dimana kamar Viktor berada

"Apa itu kamar Viktor?"

Tanya Febi seraya menunjuk sebuah kamar dengan pintu yang berwarna putih dan terlihat elegan itu. Dia sebenarnya hanya menebak-nebak saja, tapi meski hanya tebakan, ternyata dia benar karena Sena mengangguk sebagai jawaban kepada Febi

"Ah kalau begitu aku mau melihatnya sebentar, mungkin ada barang yang bisa aku gunakan untuk mempermalukannya nanti"

Dengan seringai serta ide nakal dipikirkannya, Febi segera berjalan mendekat kearah kamar Viktor. Sena berusaha untuk menghentikan Febi, namun dia tidak didengarkan sama sekali

"Ah Febi tu-, di kamar itu a-"

Belum selesai dengan perkataanya, Febi sudah lebih dulu membuka kamar Viktor dan tentu saja dengan senyuman lebar di wajahnya

JLEBB!!

Sebuah pisau menancap tepat di samping wajah Febi. Dengan gerakan yang patah-patah, Febi menolehkan kepalanya kearah pisau itu dan setelah itu dia langsung terduduk lemas

Sena yang melihat wajah Febi yang pucat langsung saja menghampiri dan berjongkok di samping Febi yang masih gemetaran meski sedikit

"Febi apa kau tidak apa-apa?"

"Aku pikir aku akan mati tadi" ucapnya sambil sedikit tersenyum dan berusaha untuk berdiri kembali

"Seharusnya kau dengar dulu perkataanku tadi. Tuan Viktor memasang perangkap di kamarnya dan salah satunya pisau itu"

Ucap Sena sambil menunjuk pisau tadi yang masih setia menancap di dinding. Sena kemudian langsung mengambil pisau itu untuk mengembalikannya ke dapur

"Jika dia sampai segitunya ingin melindungi kamarnya, itu berarti ada hal penting yang dia sembunyikan"

Bukannya menyerah dan takut karena jebakan tadi, Febi malah lebih semangat untuk memeriksa kamar Viktor. Sena yang melihatnya pun langsung menarik tangan Febi dan itu membuat Febi berhenti kemudian menoleh kearah Sena

"Sebaiknya tidak kau lakukan. Tuan Viktor bilang kalau dia juga memasang bom dan pistol di dalam kamarnya"

"Ha?! Darimana dia dapat semua itu?! Dan juga... bukankah itu akan membunuh dirinya sendiri nantinya?!"

"Dia punya alat untuk menonaktifkannya. Ayo kita turun untuk makan malam, kau harus menginap malam ini"

Sena pun turun dengan pisau tadi di tangannya. Febi hanya bisa menghela napas pasrah, dia memandangi sebentar kamar Viktor yang tersusun rapi kemudian langsung menutup pintu kamar itu

Febi pun turun dan langsung mengikuti kearah mana Sena berjalan. Dan di dapur tepatnya di meja makan, makanan untuk makan malam sudah siap. Febi, Sena dan paman Kim pun mulai menyantap makanan mereka

****

★di negara K

Saat ini para siswa-siswi dari berbagai macam negara itu sedang kelelahan. Mereka saat ini sedang ada di meja makan. Dan karena mereka lelah, mereka memutuskan untuk tidak terlalu terburu-buru untuk menghabiskan makanan mereka

"Akh... kepalaku dibuat pusing dengan soal-soal tadi" ucap Zena sambil memijit pelipisnya, soal yang diberikan tadi siang masih berputar-putar di kepalanya

"Kau benar, aku tidak menyangka kalau sejarah tentang Romawi dan juga Mesir kuno akan masuk ke dalam pertanyaan. Aku hanya sedikit membacanya di perpustakaan" ucap feri mengiyakan pernyataan Zena sambil memotong daging di piringnya

"Meski aku suka sejarah, aku tidak menyangka kalau pertanyaan seperti tadi akan muncul"

"A-aku harap semua jawabanku tidak terlalu sulit dimengerti"

"Aku sama sekali tidak kerepotan dengan hal itu. Bukankah sudah sering ku ceritakan kepadamu, Feri?!"

Kini Jeremy yang ikut bergabung. Sambil menaikkan kacamatanya yang tidak turun sama sekali, Jeremy menoleh kearah Feri. Feri yang disingung pun hanya bisa mendelik sebentar kemudian lanjut memakan daging yang sudah dipotongnya tadi

"Mana mungkin aku ingat semuanya kan"

"Bagaimana denganmu Viktor? Kau sepertinya tidak kesulitan sama sekali"

Ana yang melihat Viktor sedari tadi diam pun mulai mengajaknya bicara. Viktor sebenarnya sedang memikirkan rencananya malam ini

Merasa ditanya, Viktor langsung menoleh kearah Ana yang sedari tadi menatap kearahnya

"Em, semuanya mudah. Bahkan menurutku soal-soal tadi hanyalah basic nya saja"

"Hah?!!"

Mereka semua seakan paham dengan orang di depan mereka ini. Jika mereka semua terlihat kelelahan maka sosok Viktor di depan mereka ini sama sekali tidak menunjukkan wajah kelelahan sedikit pun

"Kenapa? Aku suka membaca sejarah seperti itu, jadi semuanya ada di otakku" ucapnya sambil meletakkan telunjuknya di kepala sebelah kanan

"Laki-laki yang menyukai sejarah seperti Viktor memang yang terbaik, aku semakin menyukaimu Viktor" tanpa meminta izin terlebih dahulu, Lira langsung menggandeng tangan dan mendekat kearah Viktor

"Menjauh dariku Lira, bau parfummu membuatku pusing"

"Sudah jangan malu-malu begitu, kau sebenarnya suka kan?"

"Tidak, aku benar-benar pusing dengan aroma parfummu. Aku lebih suka parfum berbau buah-buahan yang segar daripada yang sedang kau gunakan. Maaf!"

Viktor pun menutup hidungnya, dia benar-benar pusing dengan parfum yang Lira gunakan, baunya sangat menusuk hidung. Feri yang melihat itu langsung tertawa tertahan, namun Lira menyadarinya sehingga diapun melepaskan gandengannya dari Viktor kemudian langsung berjalan menuju Feri yang masih tertawa

"Sudah sudah semuanya, ayo segera selesaikan makan malam kita kemudian berkumpul untuk mendengarkan siapa pemenang dari olimpiade ini"

Mendengar itu, semuanya langsung melanjutkan acara makan mereka. Kali ini tidak ada suara diantara mereka, suasananya sangat tenang

Beberapa menit kemudian mereka pun selesai. Saat ini mereka sedang ada diruang tengah, mereka sedang memperhatikan pria berjas hitam di depan mereka. Orang itu adalah Sem, pria yang akan menunjukkan hasil dari kegiatan mereka hari ini

"Terimakasih atas kerjasama kalian hari ini. Baiklah ini hasilnya"

Tanpa berbasa-basi lagi, pria itu langsung menghidupkan layar monitor besar yang ada di ruangan itu. Di layar itupun terlihat secara jelas hasil dari kegiatan mereka. Jumlah nilai, kecepatan, ketepatan, serta hal yang harus mereka perbaiki, semuanya ditampilkan di sana

Pandangan semua siswa kemudian teralih kearah Viktor. Mereka semua kagum plus ingin menanyai Viktor banyak hal. Viktor yang dipandang pun menolehkan kepalanya kearah teman-temannya itu

"Kenapa?"

"Nilai sempurna?!! Kau bahkan mengalahkan AI Hari ini"

"Selamat Viktor" ucap Jeremy sambil menaikkan kacamatanya kemudian bertepuk tangan pelan

"Selamat ya Viktor, tidak kusangka kalau kau ternyata sepintar ini"

Semua orang pun mengucapkan selamat kepada pria bermata heterochrome itu. Viktor tertawa dan mengucapkan terimakasih kepada teman-teman barunya itu

"Selamat Viktor karena sudah menjuarai olimpiade ini. Hadiahnya akan diberikan saat kau akan pulang nanti, dan dua hari lagi kau akan datang ke perusahaan ternama di negara ini yaitu Kai Corporatian"

Mendengar nama perusahaan yang disebut, Viktor langsung saja semangat. Bagaimana tidak, itu adalah perusahaan yang dia selidiki beberapa hari ini, dan dua hari lagi dia bisa masuk kesana dengan bebas dan bertemu dengan bos perusahaan itu. Ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkannya

"Sekian yang ingin ku sampaikan malam ini, selamat beristirahat. Besok mohon kerjasamanya lagi"

Pria itupun pergi dan para siswa pun segera berkumpul dan membahas tentang kegiatan mereka besok

"Aku tidak sabar untuk besok pagi. Aku dengar kalau tes besok akan diadakan di dunia virtual, aku sangat bersemangat!!"

Ana yang sejatinya memang anak gamers sangat bersemangat. Dimatanya bahkan terlihat kobaran api saking bersemangatnya dia tentang masuk ke dalam dunia virtual

"Eh.. kenapa malah masuk ke dalam game? Bukankah itu tidak membantu sama sekali?"

"Tidak, justru itu akan sangat efektif. Aku benarkan Viktor?"

Viktor pun mengangguk menanggapi dan setelah itu dia langsung menjelaskan apa saja keuntungannya

"Di dalam game virtual yang dibuat untuk meningkatkan kemampuan berpikir para generasi muda. Selain bisa melatih kemampuan berpikir kita juga bisa belajar berinteraksi dan membuat keputusan yang tepat untuk memecahkan sebuah masalah. Ini adalah sistem yang baru diselesaikan akhir-akhir ini meski belum diperjualbelikan. Aku penasaran kenapa sistem seperti ini bisa di negara K, padahal jelas-jelas sistemnya dibuat oleh para ilmuwan di negara A. Tapi... karena melihat para generasi sepintar ini sih aku tidak heran kenapa mereka mau meminjamkannya. Aku benar-benar tidak sabar untuk besok!!"

Viktor tidak kalah semangatnya dengan Ana. Di dalam dunia virtual Viktor bisa meningkatkan kelincahannya dan hal-hal yang lain, jadi dia sangat bersemangat akan hal ini

"Kali ini aku tidak akan kalah darimu Viktor"

"Semoga kau tidak menangis nantinya"

Aura persaingan pun tampak di antara Viktor dan Ana, sedangkan yang lainnya hanya bisa diam dan menyusun rencana untuk besok

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!