Makan malam sudah siap, semua orang sudah ada di meja makan dan bersiap-siap untuk menyantap hidangan yang disajikan
"Ayo kita makan malam"
Mereka pun makan malam bersama, saling bersenda gurau dan bercerita masing-masing
"Sena, apa kau sudah membereskan barang-barang mu? Apa kau suka dengan kamarnya?"
"Iya, sangat. Terima kasih karena sudah membiarkan kami tinggal disini"
"Tidak apa-apa"
Sementara Hyuga sibuk bertanya, Viktor lebih fokus untuk menghabiskan kue cokelat kesukaannya
"Enak!! Hyuga... kue ini sama dengan kue buatanmu"
Dengan lahap dan senyum di wajahnya, Viktor memakan kue cokelatnya. Hyuga dan yang lainnya hanya tersenyum dan tidak menggangu acara makannya Viktor
"Aku yang mengajarinya"
"Syukurlah kalau tuan menyukainya"
Sena tersenyum kearah Viktor lalu lanjut menyantap makanannya. Viktor yang sedari tadi tidak bergabung dalam percakapan kini mulai bicara dan bertanya
"Oh ya Sena, apa kau masih bersekolah?"
Sena mengangguk lalu menjelaskan sedikit tentang sekolahnya
"Jaraknya lumayan jauh dari sini"
"Kenapa tidak pindah ke sekolah kami saja, jaraknya dekat dengan rumah"
Dengan tersenyum, Hyuga memberi tawaran kepada Sena. Sena yang mendengarnya sedikit tersedak lalu segera menoleh kearah Hyuga
"Eh apa boleh?"
"Ya tanyakan saja pada ayahmu"
Sena pun menoleh kearah ayahnya untuk meminta jawaban. Pak Kim pun menoleh balik kearah putrinya itu seraya tersenyum
"Tentu saja boleh. Selain jaraknya dekat, ayah juga tidak perlu mencemaskanmu karena ada tuan Hyuga dan Viktor yang menjagamu"
Sena tersenyum dan langsung memeluk ayahnya itu, ayahnya pun memeluknya balik. Dan akhirnya makan malam itu penuh dengan pertanyaan Sena tentang sekolah yang akan dia tuju besok pagi, Hyuga dan Viktor dengan senang hati menjelaskannya
...*****...
Keesokan harinya, Hyuga, Viktor, dan Sena berjalan beriringan menuju sekolah. Seragam baru yang dikenakan oleh Sena sangat cocok untuknya, menambah kecantikan dirinya yang sedari awal memang sudah cantik
"Viktor, bisa kau antar Sena ke kelasnya? Aku ada urusan diruang OSIS"
"Menjadi wakil ketua OSIS memang sulit ya... baiklah"
Setelah mendengar jawaban dari Viktor, Hyuga segera pergi berlari keruang OSIS. Viktor dan Sena pun melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas
Sepanjang perjalanan Sena merasakan tatapan mengintimidasi dari sekelilingnya. Sorotan mata yang tajam ditujukan kepadanya dan itu membuatnya tidak nyaman sekaligus takut
"Oh ya tuan Viktor, kenapa semua orang melihatku dengan tatapan seperti itu?"
"Mungkin mereka iri denganmu karena kau bisa berjalan bersamaku di pagi hari seperti ini"
Jawabnya dengan santai dan tetap menatap jalan di depannya tanpa mempedulikan orang-orang yang tengah memperhatikan mereka
"Ah begitu ya... sepertinya tuan Viktor sangat populer di sekolah ini, semoga aku tidak mendapat musuh di hari pertamaku"
"Langsung Katakan padaku jika ada yang mengganggumu. Itu permintaan dari Paman Kim"
"Baik, terima kasih"
Viktor pun tersenyum kearah Sena kemudian menatap jalan lagi. Dia terus berjalan menuju ke kelas Sena, mereka berdua berbeda kelas. Seharusnya mereka keruang guru dulu, tapi Viktor ada urusan sebentar di kelas barunya Sena
"Ini kelasmu"
Langkah Viktor terhenti di depan sebuah kelas. Diatasnya tertulis kelas 1-3, itu adalah kelas yang sama dengan Febi dan juga Reni
Sena pun melihat-lihat kelas barunya dan Viktor pun segera melangkahkan kakinya masuk ke kelas itu. Semua siswa yang ada di kelas langsung berbisik-bisik dan mulai memanggil-manggil nama Viktor. Tapi Viktor sama sekali tidak merespon
Viktor berjalan mendekati sebuah meja dimana seseorang sedang tertidur di sana. Orang itu sedang tertidur pulas tapi Viktor tidak ragu-ragu membangunkannya dengan cara menggebrak mejanya dan berhasil membuat orang itu terkejut dan terbangun
"Kau mau membuatku jantungan ya sialan?!"
Febi mengepalkan tangannya tanda dia ingin sekali memukul orang yang baru saja membangunkannya itu. Dia ingin tidur sebentar di kelas, karena kemarin dia pulang kerja terlalu larut malam
Tanpa mempedulikan omelan Febi, Viktor dengan santainya menyuruh Sena untuk mendekat kearah mereka
"Aku tidak mempercayai siapapun di kelas ini, tapi aku rasa aku bisa percaya padamu. Bisakah kau mengajaknya berkeliling saat istirahat nanti? Aku ada keperluan nanti jadi tidak bisa, apa kau bisa?"
Berusaha menstabilkan emosinya, Febi menarik napas panjang lalu menghembuskannya, kemudian mengalihkan pandangannya kearah wanita yang sedang berada di samping Viktor. Sena yang dilihat pun tersenyum ramah kearah Febi yang sepertinya masih menahan kekesalan terhadap Viktor
"Tapi sebelum itu, siapa dia?"
Dengan nada malas Febi menunjuk Sena dan Viktor pun langsung saja menjelaskan tentang orang di sampingnya itu
"Sena, ini adalah orang yang ayahmu bicarakan?"
"Eh? Jadi kau ya? Aku anak dari pria yang dibantu oleh tuan Viktor 2 Minggu yang lalu. Tolong maafkan sikap ayahku waktu itu"
Sena membungkuk meminta maaf kemudian berdiri tegap kembali. Febi yang tadinya masih sedikit mengantuk kini sudah sadar sepenuhnya dan mulai bersemangat berbicara dengan Sena
"Ah jadi kau putrinya ya? Baiklah kalau begitu dengan senang hati aku akan mengajaknya berkeliling nanti"
"Terima kasih"
"Baguslah kalau begitu. Ayo Sena, kita harus menemui wali kelasmu, kebetulan aku juga mau keruang kepala sekolah"
Selesai dengan urusannya, Viktor segera meninggalkan kelas itu dan Sena pun mengikutinya dari belakang. Setelah sosok dua orang itu tidak terlihat lagi, semua gadis dikelas 1-3 langsung mengerumuni mejanya Febi, melontarkan semua pertanyaan yang mereka tahan sejak tadi
Febi yang tidak tau harus menjawab apa hanya bisa tersenyum kikuk. Untunglah bel masuk segera berbunyi sehingga Febi terselamatkan dari pertanyaan-pertanyaan teman sekelasnya itu
Dalam perjalanan menuju ruang guru, Viktor dibuat kesal dengan kehadiran sesosok manusia yang tiba-tiba muncul di persimpangan lorong dan kemudian mengikuti mereka
"Menjauh lah!! Jangan mengikutiku!!"
Jika tidak ada Sena di sampingnya, mungkin Viktor sudah mendaratkan beberapa tendangan kearah pria yang bernama Doni itu. Tapi tidak dia lakukan karena tidak baik menunjukkan kekerasan di depan seorang wanita
"Apa dia orang yang kau sukai?"
Kerutan empat imajiner muncul di kepala Viktor, dia sangat tidak suka dengan orang yang mencampuri urusannya apalagi jika orang itu sok tau sekali
"Bukan urusanmu, pergi sana jangan mengikutiku!"
"Aku tidak mengikuti mu, aku hanya ada keperluan sedikit dengan kepala sekolah"
"Halo, salam kenal"
Menengahi pertengkaran antara Viktor dan Doni, Sena pun mulai mengajak bicara orang yang baru dilihatnya itu. Dengan tersenyum lembut, Sena memperkenalkan dirinya dan Viktor hanya mendengus kesal karena itu. Doni yang tadinya tidak menyadari kalau ada orang lain selain mereka, kini mulai sedikit merendahkan kepalanya dan menatap lurus kearah perempuan yang lebih pendek darinya itu
"Hi, namaku Doni, senang bertemu denganmu"
Doni tersenyum kearah Sena dan Sena pun mengangguk. Saat Sena dan Doni sedang berbincang-bincang dan Viktor tidak ikut bergabung, suara bisik-bisik sedikit terdengar dari beberapa gadis yang keluar kelas demi melihat para manusia tampan itu
Lagi-lagi tatapan mengintimidasi didapatkan oleh Sena dari kelas yang mereka lewati itu, sena pun menunduk dan berhenti bicara dengan Doni
Dari arah kelas itu, seorang gadis lebih tepatnya kakak kelas berlari kecil kearah mereka. Di tangan gadis itu terlihat jelas sebuah kotak berwarna pink serta dihiasi dengan pita berwarna merah,sudah pasti itu adalah sebuah hadiah
Dengan sangat percaya diri gadis itu berhenti di depan Viktor lalu mengangkat kotak itu hingga berada di depan dadanya
"Viktor, ini aku buatkan kue untukmu"
"Ah maaf ya, aku sudah makan di rumah tadi. Lagipula aku sedang ada kerjaan, aku pergi dulu"
Viktor Langsung saja melewati gadis itu dan tidak menoleh lagi ke belakang. Gadis itupun kecewa dan kemudian menatap sinis kearah Sena. Dia menyalahkan Sena, menurutnya Sena lah penyebab Viktor menjadi acuh terhadapnya. Sena yang ditatap sinis menjadi tersentak dan sedikit gemetar. Doni yang melihat Sena menjadi ketakutan seperti itu langsung saja memberikan tatapan yang lebih sinis lagi kearah kakak kelasnya itu
Wanita itupun langsung ketakutan, dia serasa ditusuk-tusuk dengan tatapan yang diberikan oleh adik kelasnya itu. Wanita itu segera berlari kencang kembali ke kelasnya, dia takut jika tidak segera lari maka keselamatannya akan terancam
Sena pun bernapas lega kemudian langsung berterima kasih kepada Doni yang sudah menolongnya. Doni hanya mengangguk kemudian berjalan kembali menuju keruang guru
Viktor yang sedari tadi sudah sampai di depan ruang guru lebih memilih untuk menunggu dua orang yang berjalan bersamanya tadi. Setelah Doni dan Sena sampai, Viktor langsung saja membuka pintu dan segera menemui orang yang merupakan wali kelas barunya Sena
"Bu guru, ini siswa yang dibicarakan kemarin"
Wanita yang tadinya sedang mengisi berkas-berkas kini memutar kursinya dan menghadap kearah Viktor dan Sena. Viktor seharusnya keruang kepala sekolah sekarang, tapi karena di sana masih ada Doni jadi dia memutuskan untuk menyelesaikan urusan Sena terlebih dahulu
"Aku wali kelas barumu, semoga kau bisa betah di sekolah ini, Sena"
Guru itupun tersenyum dan Sena pun ikut tersenyum. Sesuai dugaannya, Doni tidak akan lama diruang kepala sekolah. Belum sampai 5 menit Doni sudah keluar dari ruang kepala sekolah
Viktor pun segera permisi kepada gurunya itu kemudian langsung masuk kekantor kepala sekolah. Viktor mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian langsung membuka pintu itu tanpa menunggu jawaban dari orang yang ada di dalam
"Pagi, Paman"
Sambil mendudukkan dirinya di sofa ruangan itu, Viktor dengan santainya memakan cemilan yang disediakan dimeja yang ada di sana
Kepala sekolah yang tadinya membelakangi Viktor dan melihat keluar jendela kini memutar kursinya kemudian berdiri dan duduk di sofa yang ada di depan Viktor
"Viktor, bukankah sudah kubilang untuk memanggilku kepala sekolah jika sedang berada di sekolah?"
"Tapi hanya kita yang ada disini" ucapnya dengan memasukkan beberapa cemilan ke mulutnya. Kepala sekolah pun pasrah dan menurut saja dengan perkataan Viktor, dia tau kalau dia tidak akan menang jika berdebat dengan bocah di depannya itu
"Ah baiklah. Ini soal olimpiade yang akan kau ikuti. Aku akan menggantikanmu dengan orang lain"
Kepala sekolah menatap serius kearah Viktor, Viktor yang mendengar itu langsung saja menggebrak meja dan memandang tajam kearah kepala sekolah sekaligus orang yang dipanggilnya Paman itu
"Tempat diadakannya adalah di negara K, tempat para kelompok mafia dan kelompok yang bernama darah naga itu berada. Itu tempat yang berbahaya untukmu, aku dengar bos dari kelompok itu sedang berusaha untuk mencari mu, tidak... lebih tepatnya berusaha untuk mendapatkan mu kembali. Jadi terlalu berbahaya untukmu pergi kesana sekarang ini"
"Terserah apa katamu dan juga orang tua itu, aku akan tetap ke negara K. Aku akan mencari informasi di sana kemudian memikirkan cara agar bisa menghancurkan kelompok mafia itu. Meskipun kau menggantikan ku dengan orang lain, aku akan tetap pergi kesana bagaimana pun caranya!"
Viktor sangat serius saat mengatakan itu,bisa terlihat jelas dari matanya yang tidak ada keraguan atau ketakutan sedikit pun
Kepala sekolah masih berusaha untuk menghentikan Viktor, meski Viktor bukanlah keponakan kandungnya, menurutnya Viktor adalah seseorang yang berharga. Karena Viktor tidak lagi memiliki orang tua dia ingin menjadikan Viktor sebagai anaknya, tapi Viktor menolak. Dia pun sering kali melarang Viktor untuk menjalankan misi, namun Viktor tidak bisa dihentikan olehnya. Dia ingin sekali menjauhkan Viktor dari segala sesuatu yang dapat menyakitinya ataupun membahayakan nyawanya. Dia ingin sekali Viktor bisa hidup normal layaknya anak-anak SMA pada umumnya, tapi itu tidak bisa dia wujudkan sama sekali
"Aku tidak akan melakukan hal yang sia-sia dan aku juga akan menghindari kontak dengan kelompok mafia itu sebisa mungkin. Lagipula hanya seminggu aku di sana"
"Pikirkan lagi Viktor, bagaimana jika orang itu berniat untuk membunuhmu? Aku tidak mau kau sampai kenapa-kenapa!"
"Aku tau Paman mencemaskan ku, percaya lah, aku akan menjaga diriku sebaik mungkin di sana. Jika mereka ingin membunuhku, maka aku yang akan membunuh mereka duluan"
Kepala sekolah pun pasrah. Dia sama sekali tidak bisa menghentikan Viktor jika Viktor sudah mengambil keputusan. Dengan sangat terpaksa kepala sekolah pun menyetujui keinginan Viktor
"Kau tiba-tiba saja memaksa untuk ikut dalam olimpiade ini, padahal kau selalu menolak sebelumnya. Dan alasan dari itu ternyata kau ingin mencari informasi tentang kelompok darah naga, kenapa kau selalu saja lebih tau dari kami"
"Hihihi, aku selalu dua langkah di depan Paman dan pak tua itu"
"Berjanjilah kalau kau akan pulang dengan selamat, jika tidak maka aku akan melarang mu untuk pergi ke negara K lagi, mengerti?!"
Viktor mengangguk kemudian berdiri dari tempat duduknya. Dia lalu mengambil tasnya yang dia letakkan diujung sofa tadi, meletakkannya di bahu kemudian berterima kasih kepada kepala sekolahnya itu. Kepala sekolah pun hanya tersenyum kearah viktor dan setelah itu Viktor pun langsung berjalan menuju pintu keluar kemudian menutupnya
Setelah pintu tertutup kepala sekolah langsung mengambil handphone dari kantong celananya. Mencari-cari nomor seseorang yang ingin dia hubungi, sambil mencari-cari nomor itu, dari matanya bisa terlihat kalau dia sedang gelisah sekaligus khawatir. Tidak butuh waktu lama, nomor itu sudah ditemukannya
"Halo...."
Viktor berjalan di lorong untuk menuju kelasnya. Di tengah jalan Viktor berpapasan dengan Hyuga dan menghentikan langkahnya sejenak untuk berbincang-bincang
"Viktor, bagaimana? Apa yang dikatakan oleh kepala sekolah?"
"Tidak ada yang berubah, aku akan berangkat besok dan tidak akan pulang selama seminggu"
"Aku juga akan berangkat besok. Aku dipercayakan sebagai perwakilan dari sekolah kita untuk mengikuti acara perkumpulan siswa-siswa berbakat di negara A, dan aku akan di sana selama sebulan"
"Eh lama sekali"
"Ya begitulah, selama aku pergi pastikan kau tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Jangan mudah melampiaskan emosimu dan makanlah yang teratur"
Kebiasaan Hyuga pun muncul kembali, dia secara panjang lebar menasehati Viktor dan orang yang dinasehati hanya bisa mengangguk tanda dia mengerti
"Baiklah... saat kau tiba di negara A, sampaikan salamku untuk Paman Mir ya"
"Akan aku sampaikan. Aku harus segera keruang kepala sekolah untuk memberi laporan, aku duluan ya"
"Ok, semangat ya.."
Hyuga pun mengangguk kemudian langsung pergi keruang kepala sekolah. Viktor memandangi kepergian Hyuga sebentar kemudian berjalan kembali menuju kelasnya
Sesampainya di kelas, ternyata tidak ada guru yang mengajar dan dipapan tulis bertuliskan 'belajar sendiri dari 07.45-10.00' , sepertinya guru yang mengajar hari ini sedang ada urusan sehingga tidak bisa mengajar
Meski tidak ada guru, keadaan kelas sangat tenang, sesuai dengan namanya yaitu kelas unggulan. Viktor berjalan menuju tempat duduknya dan sesekali menimpali sapaan teman-teman sekelasnya
Beberapa teman prianya datang untuk menyemangati Viktor dan sebagai teman yang baik Viktor sangat berterima kasih atas dukungan mereka. Setelah memberi semangat, para pria itu kembali ketempat duduk mereka masing-masing
Doni menatap lekat kearah Viktor. Awalnya Viktor mengabaikannya, tapi karena dia dipandangi lumayan lama, dia menjadi risih dan langsung menatap tidak suka kearah orang disampingnya itu
"Ada apa?!"
"Apa tempat yang akan kau tuju itu negara K?"
"Bukan urusanmu"
Viktor pun mengeluarkan novel detektif dari bawah mejanya, berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari Doni yang entah kenapa selalu saja membuatnya kesal
Meski sudah diabaikan, Doni sama sekali tidak berhenti bicara kearah Viktor. Dia sudah terbiasa di seperti itukan oleh Viktor
"Saat kau sampai di sana tolong hati-hatilah dengan kelompok Phantom"
Merasa bisa dapat informasi dari itu, Viktor mengalihkan pandangannya kearah Doni kembali. Meskipun wajah kesal masih sedikit terlihat
"Kenapa dengan mereka? Apa mereka punya dendam denganku?"
"Itu adalah kelompok yang tercipta tanpa sepengetahuan papa dan kelompok itu punya satu tujuan yaitu menyingkirkan anak kesayangan papa dan menjadi kesayangannya yang berikutnya"
"Hah... sudah ku bilang aku tidak tertarik untuk menjadi anak kesayangannya papamu itu, aku tidak ingat apapun! Papa mu itu kenapa selalu menambah pekerjaanku?!!"
Viktor kesal, sudah sering kali Doni mengatakan soal anak kesayangan papanya itu. Viktor sama sekali tidak tertarik, dia ingin sekali memukul orang yang dipanggil papa itu dan menghilangkan julukan sebagai anak kesayangan itu
"Banyak orang yang ingin jadi kesayangannya papa, tapi tidak ada yang bisa. Kau harusnya bahagia karena itu"
"Kalau ku bilang tidak ya tidak, kau saja yang jadi anak kesayangannya. Lagipula diriku dimasa lalu tidak ingin mengingat soal dirinya dulu yang masih bergabung dengan kelompok kalian, jika dia tidak mau mengingatnya maka aku yakin kalau di sana banyak kisah-kisah kelam dan tidak menyenangkan"
"Begitu ya"
Setelah mengatakan itu, Doni segera beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan meninggalkan kelas. Viktor hanya melihatnya sebentar, lalu memutuskan untuk memandangi lapangan basket dari jendelanya. Terlihat beberapa siswa sedang bermain basket di lapangan, rasanya Viktor ingin sekali bergabung dan bermain basket bersama mereka
****
Bel istirahat sudah lumayan lama berbunyi, Viktor memutuskan untuk pergi ke perpustakaan karena di sana adalah tempat yang paling tepat untuk berkonsentrasi
Viktor belum makan siang, namun dia sama sekali tidak mempedulikannya. Dia tengah asik mengutak-atik laptopnya tengah mencari sesuatu
"Em... bahkan di gedung utama pun sedikit sekali informasi tentang kelompok darah naga. Ke negara A saja kalau begitu"
Viktor pun segera meretas jaringan pemerintah di negara A, yang merupakan negara yang lebih maju dari negaranya itu. Dia yakin kalau dia akan mendapatkan informasi yang dia inginkan dari situs pemerintah negara itu
Dia sangat fokus saat mencarinya, satu persatu file dengan akses rahasia itu dia buka. Meski sedikit kerepotan, namun pada akhirnya Viktor dapat masuk ke dalam jaringan utama gedung pemerintah negara A
"Ah begitu ya... sepertinya aku harus kesini dulu saat aku sampai nanti"
Senyuman puas tampak di wajahnya, informasi yang dia inginkan telah dia dapatkan. Semua strategi yang akan dia gunakan langsung saja muncul di kepalanya, bahkan dia sudah memperhitungkan tentang bagaimana jika rencananya tidak berjalan sesuai rencana, dia sudah menyiapkan rencana cadangan
Viktor terhenti karena perutnya berbunyi, tanda kalau dia sudah lapar. Untung saja tidak ada orang didekatnya. Viktor segera membereskan tempat duduknya kemudian berjalan meninggalkan perpustakaan
Tempat yang dituju oleh Viktor sekarang adalah kantin, dia ingin mengisi perutnya di sana. Dia tidak bisa berpikir jernih jika perutnya keroncongan
Saat sampai di kantin, Viktor langsung pergi untuk memesan makanan, tapi dia terhenti karena suara orang yang dia kenal memanggil namanya
"Viktor!! Sini!"
Viktor segera mencari-cari sumber suara dan dia pun menangkap sosok yang memanggilnya itu dipojok sebelah kiri dan kemudian langsung menghampirinya
"Tuan Viktor duduk saja, aku yang akan memesankan makanan untukmu. Mau pesan apa?"
"Nasi goreng spesial ya"
Sena pun mengangguk lalu berdiri menuju penjual kantin untuk memesankan makanan untuk Viktor. Viktor pun duduk di bangku kosong disebelah Hyuga dan kemudian menyimpan laptopnya dibawah laci yang ada di sana
"Febi, bagaimana dengan Sena?"
Hyuga bertanya kepada Febi yang sedang memakan bakso pesanannya. Febi yang serasa ditanya langsung melihat kearah Hyuga
"Dia sangat penurut juga lembut, disaat pelajaran dia juga sangat fokus"
"Ah begitu ya. Aku dan Viktor akan pergi besok dan juga lumayan lama. Dia mungkin belum bisa langsung berteman dengan yang lainnya jadi tolong jagalah dia saat kami pergi"
"Tuan Viktor, ini dia pesanannya"
Sena datang dengan membawa nasi goreng spesial pesanan Viktor, masih hangat dan terlihat nikmat. Viktor langsung mengambil pesanannya seraya berterimakasih
Sena kemudian duduk ditempatnya tadi, meminum jus lemonnya kemudian memainkan hp nya
"Viktor, kau tidak merencanakan hal-hal yang nekat lagi kan?"
Tanya Hyuga dengan melihat kearah laptop Viktor yang ada di dalam laci. Viktor yang ditanya diam sejenak kemudian memakan nasi goreng miliknya
"Fokus saja dengan kegiatanmu besok"
"Memangnya mau kemana?"
Sena yang tadinya fokus dengan hp nya kini menatap serius kearah Hyuga dan juga Viktor
"Kami belum bilang ya?"
Sena pun menggeleng sebagai jawaban, Hyuga kemudian tertawa kikuk karena dia ternyata tidak ingat untuk memberitahu Sena tentang hal itu
"Besok kami akan pergi keluar negeri. Viktor ke negara K selama seminggu sedangkan aku akan ke negara A selama sebulan. Jadi di rumah hanya kau dan Paman Kim. Kau bisa mengajak Febi untuk menginap jika kau mau"
"Ah baiklah"
****
Hyuga dan yang lainnya kini sedang di rumah mereka masing-masing. Hyuga baru saja selesai mandi dan saat ini dia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk
Melihat Viktor yang sedang sibuk dengan laptopnya, Hyuga pun memutuskan untuk duduk di sofa yang ada didekat Viktor
"Viktor, kau sedang apa? Apa kau sudah menyiapkan barang-barangmu?"
"Aku akan menyiapkannya sebentar lagi setelah ini"
Hyuga menelengkan kepalanya melihat ke layar laptop untuk mengetahui apa yang sedang Viktor kerjakan. Saat dia melihatnya, dengan sangat cepat tangan Hyuga memukul kepala Viktor dan membuat Viktor meringis kesakitan sambil memegang kepalanya
"Kau di sana untuk belajar, bukan yang lain"
"Sedikit melenceng tidak apa-apa kan?"
Hyuga hendak memukul lagi kepala Viktor, namun terhenti karena Sena tiba-tiba saja datang kearah mereka
"Ayahku sudah mencuci semua pakaiannya, apa aku juga perlu membantu kalian berkemas?"
"Tidak perlu, kami akan menyiapkan barang-barang kami sendiri. Terimakasih atas tawarannya" ucapnya dengan pandangan yang masih fokus kearah layar laptop dan tangannya yang sibuk mengetik papan-papan kecil di sana
"Sama-sama, besok rumah pasti akan terasa sepi"
"Hyuga, apa perlu ku suruh beberapa orang untuk menjaga rumah?"
"Tidak perlu, itu akan terlalu mencolok nantinya. Semua pasti akan baik-baik saja selama kita pergi"
"Ah baiklah kalau kau bilang begitu"
"Makan malamnya sudah siap, ayo makan dulu"
"Baik"
Semua aktivitas pun dihentikan, mereka semua langsung berjalan kearah meja makan untuk makan malam bersama. Mereka menikmati makan malam ini, karena besok mereka tidak akan bisa makan malam bersama lagi untuk beberapa waktu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments