Ayah-nya Viktor?

"Jadi... kenapa kau mau ikut kali ini?"

Hyuga dan Viktor sekarang ini sedang berada dibalik semak-semak untuk memperhatikan situasi. Sepanjang mata mereka memandang, di setiap sudut selalu ada orang yang berjaga dengan menggunakan jas hitam serta senjata ditangan mereka

"Karena yang akan kau hadapi kali ini adalah organisasi yang besar dan pasti akan sulit jika kau melakukannya sendirian. Pak tua itu yang memintaku untuk membantu mu"

"Apa kau meragukan kemampuanku?"

"Tidak, justru sebaliknya. Jika aku meragukan kemampuanmu, maka aku tidak akan pernah mau diperintah dan diawasi olehmu"

Viktor mengutak-atik komputernya dan meretas jaringan CCTV agar memudahkan aksi mereka

"Aku sudah mematikan semua CCTV nya. Ayo jalankan sesuai rencana"

Hyuga mengangguk. Mereka memulai misi mereka, bergerak tanpa mengeluarkan suara dan bagai bayangan yang tidak terlihat menyatu kedalam kegelapan

Dengan suara seminimal mungkin, Hyuga dan Viktor membunuh satu persatu pengawal yang berjaga. Menutup mulut mereka saat membunuh mereka lalu menariknya ke suatu tempat agar tidak ketahuan

Setelah selesai, Hyuga dan Viktor memakai seragam pengawal tadi. Memakai kacamata hitam dan bertindak layaknya seorang pengawal. Berjalan menuju tempat target mereka dengan bersikap seperti sedang memantau situasi. Saling melapor dengan pengawal yang lainnya dan saling bertukar kode rahasia yang sudah tertera di lampiran misi

"Pemimpin mereka berada diblok barat dan pintu masuknya dijaga dengan sangat ketat. Tidak ada jalan masuk lain kecuali dari pintu depan, kita tidak punya pilihan selain menerobos masuk"

Berhenti disebuah tikungan, Viktor dan Hyuga menyiapkan senjata mereka

"Kita harus cepat menyelesaikan ini, kita hanya punya waktu 20 menit sebelum bomnya meledak"

"Ya... aku juga tidak mau lama-lama disini"

Dengan santainya, Hyuga dan Viktor muncul dari persimpangan lorong. Bertingkah biasa agar tidak dicurigai, namun mereka tetap tidak berhasil karena pengawal yang menjaga pintu di depan mereka itu tidak membiarkan siapapun lewat tanpa seizin bos yang ada di dalam

Tidak mau membuang waktu berlama-lama, Hyuga dan Viktor langsung saja menembakkan pistol kearah pengawal tadi. Dalam sekejap mereka sudah berhasil menjatuhkan setengah dari pengawal yang berjaga di depan pintu

Karena mendengar suara adu tembak, para pengawal yang tadinya berpencar kini mulai datang kearah mereka

Viktor dan Hyuga kalah jumlah, tapi kemampuan menembak mereka melebihi semua penjaga. Tapi meskipun begitu mereka tetap saja kesulitan, mereka bersembunyi di balik dinding ataupun menggunakan tubuh pengawal yang sudah mati sebagai pelindung

Hyuga dan Viktor sedikit tertembak, tapi tidak di bagian vital sehingga tidak mengganggu kegiatan mereka. Luka seperti itu sudah biasa bagi mereka berdua

Suara akibat baku tembak sangat berisik, tapi orang yang ada dibalik pintu tidak terganggu sama sekali

Hyuga dan Viktor mulai kehabisan peluru sehingga mereka harus berlindung sebentar. Viktor menyerahkan pistolnya kepada Hyuga, menyuruhnya untuk mengisi pistol miliknya itu sedangkan dia maju menghadapi para pengawal itu dengan sebuah pisau ditangannya

Dengan lincahnya Viktor menghindari semua peluru yang ditujukan padanya. Menusuk satu persatu pengawal, merebut senjata lalu menembak mereka tepat di kepala ataupun jantung mereka

Hyuga yang melihat aksi Viktor sungguh kagum dengan kemampuannya, Viktor bisa bergerak selincah itu dan setiap gerakan yang dia buat tidak ada yang sia-sia, semuanya sangat akurat. Ini adalah kemampuan dari seorang pembunuh yang diberi julukan The Nightmare menurutnya

"Hyuga, kau duluan saja masuk dan pastikan orang yang di dalam tidak melarikan diri. Aku akan mengatasi sisanya sendirian"

Tanpa henti Viktor menghunuskan pisaunya, menembakkan pistol ataupun memukul dan menendang tubuh para pengawal

Hyuga yang diberi arahan langsung membuka pintu di depan mereka yang memang tidak dikunci

Hyuga Masuk ke dalam dan pintu itupun tertutup lagi. Di dalam ruangan itu hanya ada satu orang yang sedang duduk santai di kursinya, kemungkinan besar orang itu adalah bos dari kelompok ini

Dengan sangat waspada, Hyuga mengarahkan pistolnya kearah orang itu yang sepertinya tidak takut sama sekali dengan kedatangan Hyuga

"Wah wah wah, coba lihat siapa yang bergabung dengan pesta kita malam ini"

Pria itu membelakangi Hyuga dan dengan santainya menghisap rokok ditangannya

"Kau sudah terpojok! Jadi sebaiknya kau menyerah saja" ucap Hyuga semakin mendekat kearah orang itu dan tentu saja dengan pistol yang masih mengarah kearah orang itu

"Benarkah? Tapi anak buahku sedang menuju kesini. Sepertinya kaulah yang sedang terpojok"

Suara pintu terbuka terdengar lagi, seorang pria memasuki ruangan itu. Dengan tubuh penuh bercak darah serta pistol dan pisau ditangannya. Pria itu adalah Viktor yang baru saja selesai menghabisi semua pengawal yang ada didepan. Dia masuk lalu segera menutup pintu dan mengganjal pintu supaya para pengawal tidak segera mengganggu mereka

"Oya Oya, sudah lama aku tidak bergerak sebanyak ini. Melelahkan juga ternyata"

Dengan santainya, Viktor merapikan bajunya dan memutar-mutar pistol dijari telunjuknya

"Kau terlambat"

"Habisnya... mereka semua adalah sampah dan aku sangat menikmati menghabisi mereka.."

Dengan tersenyum miring dan mata yang memancarkan keinginan membunuh, Viktor melihat kearah bos mafia yang masih membelakangi mereka itu

"Paman... maaf ya anak buahmu ku bunuh..."

Bos mafia itu lalu memutar kursinya sehingga Hyuga dan Viktor bisa melihat wajahnya. Dengan kumis dan janggut yang lebat, pria itu tersenyum kearah dua orang di depannya. Viktor yang melihat wajah pria itu entah kenapa sedikit tersentak

"Viktor ya? Sudah lama tidak bertemu, aku sangat merindukanmu"

Viktor terdiam sejenak, dia tiba-tiba saja memegang kepalanya karena rasa sakit tiba-tiba saja menghampiri kepalanya. Hyuga yang melihat itu langsung khawatir dan berusaha menopang tubuh Viktor yang hendak terjatuh

Setelah sakitnya mereda, Viktor segera berdiri dan menatap kearah pria tadi

"Apa kau mengenalku? Kenapa kepalaku tiba-tiba sakit saat melihatmu?"

"Tentu saja aku mengenalmu, ayah mana yang tidak mengenali anaknya sendiri. Papa merindukanmu, Viktor..."

Dengan mata yang penuh haru, pria itu menatap kearah Viktor dan tersenyum. Hyuga yang mendengarnya langsung menoleh kearah Viktor dan dia bisa melihat kalau raut wajah Viktor mulai berubah

Dengan mata tak percaya serta air yang mulai muncul dari kedua matanya, Viktor berjalan mendekati pria itu namun ditahan oleh Hyuga

"Kau... apa kau benar-benar ayahku?"

"Iya, maaf ayah tidak bisa melindungi mu hari itu sehingga kau diculik oleh orang-orang jahat itu. Ayah sudah mencari mu kemana-mana dan tidak disangka kalau kita akan bertemu disini dan dalam kondisi seperti ini, takdir sungguh kejam"

Pria itu lalu beranjak dari kursinya dan kemudian berdiri di samping meja, masih dengan tatapan mata seperti tadi

"Hyuga... dia bilang dia ayahku... itu berarti aku tidak sebatang kara, aku punya ayah..."

Air mata berhasil jatuh dari mata Viktor. Tubuhnya gemetar menahan Isak tangis dan Hyuga dibuat pusing dengan situasi sekarang ini

"Jangan percaya dengan ucapannya, dia hanya membohongi mu! Bukankah kau bisa melihat kebohongan seseorang?!"

Untuk menyadarkan Viktor, Hyuga mengguncang-guncang kan tubuh Viktor namun itu tidak bekerja dan Viktor tetap saja menoleh kearah pria tadi

"Tapi dia tidak berbohong"

"Tentu saja aku tidak bohong... aku tidak akan membohongi putraku sendiri... Viktor"

Pria itu berjalan mendekati Viktor kemudian berhenti dipertengahan jarak mereka. Memanggil nama Viktor lalu merentangkan tangannya seperti menawarkan pelukan

Pistol yang dipegang Viktor pun terjatuh, Hyuga terkejut melihatnya. Dengan air mata yang masih mengalir, Viktor berjalan mendekat kearah pria tadi

Pria itupun tersenyum dan Hyuga kembali berusaha menghentikan Viktor namun kali ini dia tidak berhasil

Jarak antara Viktor dan pria itu semakin dekat dan setelah berjarak kurang dari 1 meter,Viktor langsung memeluk tubuh pria itu. Pria itu menyambut pelukan itu lalu mengusap lembut kepala Viktor

Viktor pun membenamkan wajahnya di dada pria itu dan menangis keras serta mengeratkan pelukannya

"Papa...!"

Sisi seperti ini belum pernah Hyuga lihat dari Viktor sebelumnya. Sosok yang sangat rapuh dan sangat butuh perlindungan seperti itu. Untuk Hyuga, dia masih memliki seorang nenek yang menjaganya sehingga dia masih memiliki seseorang yang menyayanginya. Tapi untuk Viktor, dia kehilangan ingatannya dan dia tidak memiliki seseorang yang berharga seperti yang Hyuga miliki

Hyuga sangat mengetahui tentang betapa inginnya Viktor memiliki seseorang yang bisa memberinya kasih sayang layaknya orang tua. Melihat Viktor yang berhasil menemukan sosok yang dia inginkan, hati Hyuga seperti tersayat sesuatu. Dia ingin menghentikan Viktor karena mungkin saja pria itu hanya membohongi Viktor, tapi di satu sisi dia ingin melihat Viktor bahagia karena menemukan sesosok ayah yang dapat menjaga serta melindunginya

"Papa... papa"

"Cup cup, seorang laki-laki tidak boleh menangis"

"Apa mama juga masih hidup?" tanya Viktor mengangkat wajahnya dan memandang wajah pria yang lebih tinggi darinya itu

"Jadi rumor tentang kau kehilangan ingatanmu itu benar ya? Papa memang orang yang payah! Maaf, papa tidak ada disisi mu saat kau memerlukan papa"

Viktor menggeleng lalu kembali membenamkan wajahnya di dada pria itu, kemudian kembali memeluknya erat

"Papa tidak perlu minta maaf, papa tidak salah apapun"

"Maaf Viktor... ibumu meninggal saat dia melahirkan mu. Jika dia masih hidup dia pasti akan senang sekali melihat anaknya sudah tumbuh besar dan tampan seperti ini"

"Ah begitu ya... jadi aku hanya punya papa sekarang.."

"Papa janji akan melindungimu kali ini"

Pria itu kembali mengusap kepala Viktor dan itu membuat sebuah senyuman muncul di wajah Viktor. Pria itupun ikut tersenyum dan Hyuga yang berada jauh dari mereka pun ikut tersenyum meski dari matanya terlihat sebuah kesedihan

"Akulah yang akan melindungi papa"

"EKHH!!"

Hyuga terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat. Pria tadi langsung mendorong Viktor dari pelukannya dan mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri tadi

Darah mengalir dari perut bagian kanan pria tadi, dan sebuah pisau terlihat menancap di tubuhnya. Viktor tersenyum dengan wajah tertunduk, suara tawanya terdengar meskipun tidak keras

Viktor lalu mendekat kearah pria itu, jongkok di sampingnya lalu mencabut pisau yang tertancap ditubuh pria itu

"Kenapa..?"

Tanya pria itu sambil memegangi perutnya, menekan lukanya supaya tidak kehilangan lebih banyak darah. Wajahnya perlahan memucat, napasnya tersengal-sengal serta keringat mengucur deras di wajahnya

"Apa kau pikir aku akan benar-benar mengatakan itu"

"Tapi... aku adalah ayahmu.." ucapnya dengan sekuat tenaga karena dia mulai kehabisan oksigen dan hawa disekitar dirasa dingin olehnya

"Aku sama sekali tidak merasakan adanya kasih sayang dari mata dan juga pelukanmu tadi. Maaf ya, aku membohongimu.."

Viktor pun menyeka air mata yang masih sedikit tersisa diujung matanya. Berdiri menjauh dari pria itu lalu pergi dan berdiri di samping Hyuga yang masih terlihat bingung dengan situasi yang baru saja terjadi

"Tapi kau tadi... benar-benar menangis"

"Seorang pembunuh profesional harus bisa melakukan apapun, termasuk berakting seperti tadi"

"A..pa"

"Ah dan maaf juga... pisauku yang satu ini aku lumuri dengan racun, maaf ya Paman.."

Sekali lagi Viktor tersenyum dan dia menunjuk-nunjuk pisau yang sedang dia pegang. Hyuga yang sudah mengerti dengan situasi refleks memukul kepala Viktor dan hanya ditanggapi dengan tawa puas oleh Viktor

"Oii... jangan membuatku khawatir! Aku pikir kau benar-benar akan berpihak padanya tadi!"

"Hahaha, Paman aku akan segera mengakhiri penderitaanmu sekarang"

Viktor pun mengambil pistolnya yang tadi dia jatuhkan, berjalan mendekati pria tadi yang sudah semakin pucat lalu mengarahkannya tepat ke kepala pria itu

"Kau... anak kurang a—"

Belum selesai dengan kalimatnya, pria itu sudah ditembak oleh Viktor tepat di kepalanya. Darah terlihat mengalir keluar dari tempat mendaratnya peluru

"Orang tuaku sudah tenang di alam sana!"

Brakk!!

Pintu dibuka secara paksa dari luar. Orang-orang dengan seragam hitam menghambur masuk kedalam ruangan itu lalu mengambil posisi mengelilingi Hyuga dan Viktor

Orang-orang itu lalu mengacungkan senjata mereka dan salah satu diantara mereka datang mendekati tubuh bos mereka yang sudah terkapar dilantai

Orang itu memeriksa denyut nadi dileher bosnya lalu menggeleng menandakan kalau bos mereka sudah meninggal

"Apa kalian yang membunuh bos kami?!" tanyanya setelah selesai dan langsung menoleh kearah Hyuga dan Viktor yang sudah siap dalam mode tarung

"Ya aku yang membunuhnya. Sesuai tradisi kalian kan, jika ada yang berhasil membunuh bos terdahulu, maka orang itu akan menjadi bos yang Selanjutnya. Aku benarkan?"

"Iya benar... dengan kata lain kau adalah bos kami sekarang"

Orang-orang itu bersiap-siap untuk memberi hormat kepada bos baru mereka, namun mereka berhenti setelah mendengar apa yang Viktor baru saja katakan

"Tapi sayang sekali aku tidak suka menjadi bos dari orang-orang lemah seperti kalian!"

Viktor lalu mengeluarkan bom plastik dari sakunya dan kemudian melemparkannya kearah pintu keluar. Jalan untuk kabur pun langsung terbuka lebar untuk mereka

Para pengawal yang lain langsung menembak kearah Hyuga dan Viktor. Adu tembak pun terjadi kembali. Ledakkan tadi menghabisi sebagian besar pengawal dan itu memudahkan Hyuga dan Viktor dalam mengatasi sisanya

CKLEKK!

Layar monitor besar di ruangan itu tiba-tiba saja menyala dan memperlihatkan sesosok pria muda yang tampan dengan rambut berwarna hitam tapi entah sudah berapa umurnya

Viktor dan Hyuga melihat kearah monitor, tapi karena orang-orang itu terus datang menyerang, mereka tidak bisa terlalu lama memperhatikan orang dimonitor itu

"Apa itu kau... Viktor?"

Viktor yang merasa namanya dipanggil tidak merespon sedikitpun dan sibuk membunuh orang-orang berseragam hitam yang mendekatinya itu

"Seperti biasanya kau sangat menikmati pembunuhan. Sudah lama kita tidak bertemu...apa kau sehat-sehat saja? Apa kau tidak merindukan papamu ini?"

Pria itupun tersenyum dan Hyuga yang mendengar jelas perkataan pria itu menjadi kesal dan langsung men salto orang yang ada di depannya

"Lagi?! Sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka mengaku-ngaku sebagai ayahnya Viktor?

"Siapa kau? Apa kau mau mengaku-ngaku sebagai ayahku juga?" ucap Viktor setelah selesai menyingkirkan semua pengganggu

"Aku memang ayahmu, kau sering memanggil ku papa dulu"

"Aku tidak ingat"

"Ternyata kabar tentang kau kehilangan ingatan itu benar ya. Pulanglah ke rumah kapan saja, papa akan menunggumu. Ya... tapi kau harus dihukum sedikit saat pulang nanti, karena kau sudah menjadi anak nakal"

Viktor diam tidak menjawab, entah kenapa dia sedikit merinding mendengar perkataan orang itu namun dia berusaha untuk tidak menunjukkannya

"Dah Viktor... papa menunggumu"

Monitor itupun mati, Viktor hanya diam dan terus menatap kearah monitor dan kemudian beralih melihat jam tangannya

"Ayo cepat pergi dari sini, bomnya akan meledak dalam 2 menit lagi"

Hyuga dan Viktor langsung berlari sekuat tenaga meninggalkan markas kelompok mafia itu. Setelah sampai di luar mereka langsung berlindung dibalik pohon yang berada di sana untuk menghindari terkena puing-puing yang terlempar akibat ledakan

....

Disinilah Hyuga dan Viktor sekarang, disebuah gedung tinggi dengan 50 lantai dan terletak ditengah-tengah kota. Didepan mereka ada seorang pria dengan rambut yang sedikit putih di kepalanya

"Kami sudah menyelesaikan tugasnya. Jika ingin menghadapi organisasi sebesar itu, bukankah kau seharusnya mengutus lebih banyak orang? Apa sebenarnya rencanamu pak tua!?"

"Tidak ada. Itu juga sebagai latihan untuk agen hyuga, dengan kau ikut dengannya aku tidak perlu cemas sama sekali. Selamat karena sudah menyelesaikan tugas yang sulit ini"

Pria itu mengucapkan selamat atas kerja keras kedua agennya itu. Viktor sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun terhadap pujian yang diberikan kepada mereka itu

"Terima kasih pak"

"Ayo pulang Hyuga"

Viktor lebih dulu berjalan menuju pintu keluar, dia ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya

"Apa tidak ada yang mau kau tanyakan?"

Mendengar itu Viktor pun terhenti sejenak lalu berjalan kembali

"Jadi kau memang tau kalau itu akan terjadi ya? Tidak perlu"

Ucapnya setelah sampai diambang pintu lalu menutup pintu itu. Hyuga kemudian memberi hormat kepada bosnya itu lalu langsung menyusul Viktor yang sudah berada di luar

Sepanjang perjalanan menuju rumah tidak ada yang mau memulai percakapan terlebih dahulu. Viktor sibuk memperhatikan jalan dan Hyuga hanya memandangi terus wajah Viktor

"Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan"

Viktor menyadari kalau Hyuga memiliki banyak pertanyaan di kepalanya, Viktor tidak keberatan untuk menjawabnya asalkan itu tidak membuatnya kesal

"Apa kau mengenal orang-orang tadi?"

"Tidak"

"Kenapa mereka mengaku sebagai ayahmu?"

Tanya Hyuga sambil mempercepat langkahnya dan berjalan di samping Viktor dengan sedikit lebih maju sehingga bisa melihat ekspresi viktor dengan lebih jelas

"Aku tidak tau, kemungkinan ayah yang mereka maksud adalah ayah angkatku ataupun bos yang dipanggil papa"

"Bagaimana kau tau kalau pria tadi berbohong?"

"Itu karena orang tuaku sudah meninggal 11 tahun yang lalu, yaitu saat umur ku baru 5 tahun"

Hyuga terkejut dengan penuturan Viktor, dia sadar ternyata dia tidak terlalu mengenal Viktor selama ini

"Itu adalah yang pak tua itu ceritakan padaku. Aku baru bergabung kedalam organisasi selama 4 tahun dan sebelum itu aku bergabung dengan kelompok mafia yang sangat disegani dan juga ditakuti, kemungkinan itu adalah kelompok orang yang mengaku sebagai ayahku tadi"

"Pak kepala sepertinya mengetahui tentang kelompok itu, mengapa tidak kau tanyakan saja padanya?"

"Dia bilang kalau aku yang dulu tidak pernah mau mengungkit masalah tentang masa laluku saat aku berada di kelompok mafia itu. Jika diriku yang dulu tidak mau mengungkitnya maka aku sebaiknya tidak mengingat-ingatnya"

"Ah begitu ya... tapi sepertinya kita akan bertemu lagi dengan orang itu dalam jangka waktu dekat ini"

"Sepertinya begitu"

Sepanjang perjalanan Viktor dan Hyuga sibuk membahas tentang misi mereka kali ini. Sesekali mereka bersenda gurau ataupun memberi teka-teki kepada masing-masing

Jarak antara gedung dengan rumah mereka lumayan jauh. Karena hari sudah larut jadi kendaraan umum ataupun taksi sudah tidak banyak yang beroperasi lagi dan oleh karena itulah mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja

Mereka berdua berlomba siapa yang lebih cepat sampai ke rumah. Menaiki pagar-pagar rumah orang dan berjalan di atasnya serta melewati berbagai rintangan yang mengganggu di jalan mereka

Mereka berdua akhirnya sampai di rumah, dengan napas yang terengah-engah mereka masuk ke dalam rumah. Di dalam, profesor Bay dan Paman Kim sedang duduk santai sambil menonton televisi

"Kami pulang" ucap mereka bersamaan dan langsung disambut oleh orang-orang di dalam rumah

"Selamat datang"

"Bagaimana? Apakah sulit"

Tanya profesor karena waktu mereka menjalankan misi kali ini lebih lama dari biasanya

Viktor segera duduk di sofa, merilekskan kakinya dan mengambil napas panjang

"Ya sulit, dan aku sedikit bermain drama hari ini"

"Ah aku lelah sekali. Viktor aku benar-benar tertipu olehmu hari ini"

Hyuga duduk di sofa didekat Viktor, memijit pangkal hidungnya sebentar lalu ikut menonton televisi

Paman Kim dan profesor Nay tidak mengerti dengan perkataan Hyuga barusan. Wajah penasaran serta kebingungan terlihat jelas di wajah mereka, namun Hyuga dan Viktor tidak ada niat sama sekali untuk menjelaskan

"Paman, bisakah kau ambilkan cokelat ku di dalam lemari yang ada di dapur?"

"Ah soal itu... maaf tuan, cokelatnya sudah habis"

Viktor yang tadinya menutupi matanya dengan tangannya kini langsung duduk dan menatap kesal kearah Paman Kim yang sedikit takut karena tatapan yang diberikan Viktor

"Kenapa bisa habis?! Bukankah jumlahnya masih banyak sore tadi?!"

"Soal itu... profesor Nay bilang kalau dia mau membuat sesuatu dengan cokelat-cokelat itu, jadi dia menggunakan semuanya"

"Profesor Nay!!!"

Viktor Langsung mencari sosok profesor Nay yang tadinya duduk di samping Hyuga, namun dia sudah tidak ada di sana. Hyuga yang dipandang pun hanya bisa mengangkat bahu tanda tidak tahu

"Ah!!! Berani sekali mengambil barang milikku!!"

Tanpa sadar Viktor mengeluarkan aura membunuhnya, Hyuga terkejut dan Paman Kim langsung merinding dibuatnya. Dengan kesalnya, Viktor berdiri lalu langsung pergi menuju pintu keluar

"Kau mau kemana?"

"Membeli cokelat, aku tidak bisa tidur jika aku masih kesal seperti ini"

"Biar saya saja tuan"

Paman Kim menawarkan diri untuk membelikan cokelat itu, namun Viktor sama sekali tidak mendengarkan dan melenggang pergi begitu saja. Pintu ditutup dengan keras pun terdengar dari arah luar

"Biarkan saja Paman, supaya dia juga bisa mendinginkan kepalanya"

Paman Kim pun mengangguk dan kembali duduk menonton televisi bersama Hyuga diruang tengah

Sepanjang perjalanan menuju toko untuk membeli cokelat, Viktor tidak henti-hentinya mengumpat dan menyumpahi profesor Nay yang sudah berani memakan cokelat berharganya

Tidak lama Viktor sudah sampai disebuah mall, dia masuk lalu langsung saja mencari cokelat yang dia perlukan. Seperti biasanya dia membeli cokelat dalam jumlah yang banyak, kasir yang bertugas sudah biasa dengan sikap Viktor

"Mungkin aku harus meletakkannya di kamarku supaya tidak diambil orang"

Ucapnya setelah selesai membayar belanjaannya dan keluar dari mall. Diperjalanan Viktor tidak sengaja melihat siluet orang yang dikenalnya. Awalnya dia tidak peduli dan memutuskan untuk langsung pulang, namun pikirannya berubah setelah melihat ada siluet lain yang mengikuti orang tadi. Dan Viktor pun terpaksa untuk mengikuti nya

"Ah aku sangat lelah... aku tidak sabar untuk segera membaringkan tubuhku di kasurku yang empuk"

Seorang wanita berjalan menelusuri gang sepi untuk sampai ke rumahnya. Dia sudah biasa pulang larut malam, tapi kali ini dia merasakan ada seseorang yang mengikutinya

Wanita itupun mempercepat langkahnya dan menenangkan dirinya dan berusaha meyakinkan dirinya kalau itu hanyalah perasaan nya saja

"Aduh!!"

Karena terlalu tergesa-gesa dan panik, wanita itu tidak sengaja tersandung dan terjatuh. Dia membersihkan debu akibat terjatuh tadi dan saat dia menoleh kearah jalan yang dia lewati tadi, dia melihat ada seorang pria yang mendekat kearahnya

Wanita itu langsung ketakutan dan langsung berlari menjauh, namun dia terhenti karena pria tadi sudah lebih dulu menarik tangannya dan membuatnya membentur dinding gang yang dingin dan membuatnya meringis kesakitan

Aroma minuman dapat tercium dari tubuh pria itu, wanita itu menyadari kalau orang itu sedang mabuk. Dia berusaha menjauhkan pria yang semakin mendekat kearahnya itu namun usahanya sia-sia, tenaga pria itu terlalu kuat baginya

"Yo gadis cantik, apa mau aku temani?"

"Tidak mau... cepat menyingkir dariku!"

"Wah kau semakin cantik saja bila kau marah"

Pria itu semakin mendekatkan jaraknya, wanita itu rasanya ingin muntah karena bau minuman yang sangat menusuk hidungnya itu. Pria itu lalu mengendus lehernya dan membuatnya semakin merinding dan beberapa kali berusaha untuk mendorong pria itu

"Siapa saja, tolong aku...!"

"Aku akan segera membuatmu nyaman sebentar lagi"

Wanita itu lalu menutup matanya, air mata terlihat mengalir dari kedua matanya, dia tidak berani melihat apa yang akan terjadi. Dia benar-benar ketakutan

Suasana tiba-tiba menjadi hening, wanita itu heran lalu perlahan membuka kedua matanya. Dia terkejut dengan yang dia lihat di depannya, pria yang menggangunya tadi sedang terkapar di tanah dan sosok yang dia kenali sedang menginjak-injak kepala pria itu

"Viktor?!"

"Sampah!! Orang sepertimu seharusnya mati saja agar oksigen di bumi ini tidak tercemar"

Viktor semakin menguatkan injakkan nya, pria yang diinjak hanya bisa meringis kesakitan dan tidak bisa melawan sama sekali

"Hentikan, jangan lakukan itu!"

"Kenapa? Bukankah kau baru saja dilecehkan oleh orang ini?! Apa kau tidak ingin melihatnya menderita, Febi?!"

"Dia memang menggangguku, tapi tetap saja kau tidak boleh melakukan itu"

Viktor pasrah dan menyingkirkan kakinya dari kepala pria tadi, tapi sebelum itu dia mematahkan tangan pria itu karena sudah menyentuh Febi tadi. Pria itu tentu saja merintih kesakitan, tapi Viktor tidak peduli. Setelah puas Viktor menarik tubuh pria itu lalu menendangnya menjauh. Setelah lepas, pria itu langsung berlari sekencang mungkin tanpa menoleh kebelakang sedikitpun

"Ayo"

"Kemana?"

"Tentu saja ke rumahmu, aku akan mengantarmu sampai rumah"

Sifat gentleman pun Viktor tunjukkan, dia berjalan lebih dulu kearah rumah Febi berada. Dia tidak tahu tempat tinggal Febi, namun dia tau kalau mereka harus melewati gang ini

"Ah tidak perlu, aku bisa pulang sendiri"

"Supaya kau bisa dilecehkan lagi oleh sampah seperti orang itu tadi?! Diam dan cepat tunjukkan arah rumahmu!"

Febi terdiam mendengar perkataan Viktor, perkataan Viktor sangat benar dan Febi pun menjelaskan arah menuju rumahnya

Dalam perjalanan menuju rumah Febi, tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka. Karena merasa canggung dengan situasi seperti itu, Febi pun memutuskan untuk memulai pembicaraan

"Kenapa kau bisa ada disekitar sini?"

Viktor lalu mengangkat kantong belanjaan dikedua tangannya sebagai jawaban dan Febi pun langsung mengerti dengan itu

"Stok cokelat mu habis ya?"

"Ya, dan kau? Kenapa malam-malam begini masih di luar?"

"Aku baru saja selesai bekerja"

"Kenapa kau mengambil banyak sekali kerja paruh waktu? Apa tidak ada orang yang mengurusimu?"

"Sebenarnya ada, tapi dia membenciku"

Untuk kalimat terakhir Febi memelankan suaranya, namun itu masih bisa didengar jelas oleh Viktor yang memang memiliki pendengaran yang tajam

Tidak mau membahasnya lagi, Viktor kembali mengarahkan pandangannya ke jalan dan keheningan pun melanda kembali

Mereka akhirnya sampai di depan rumah Febi, rumah yang cukup besar namun tidak sebesar rumah Hyuga dan juga Viktor

"Ini rumahku, terima kasih karena sudah mengantarku"

"Em, bukan masalah"

"Tumben sekali kau baik padaku, biasanya kau akan mengajakku bertengkar setiap kali bertemu" ucapnya dengan sedikit tertawa

"Benarkah? Yah mungkin karena kau baru saja mengalami hal yang mengerikan, jadi aku ingin menenangkanmu. Besok mungkin akan bertengkar lagi"

"Sudah kau rencanakan ya bertengkar dengan ku?!"

"Kalau begitu aku pulang dulu"

Viktor pun melenggang pergi dari rumah Febi. Dia lalu mengambil cokelat dari kantong belanjaan nya kemudian memakannya dalam perjalanan

"Hati-hati di jalan"

Setelah mengatakan itu, Febi langsung membuka pagar rumahnya. Mengambil kunci rumah di dalam tas lalu segera masuk kedalam rumah dan langsung menguncinya. Dia merasa sangat tertolong oleh Viktor hari ini, dan entah apa yang akan terjadi dengan mereka keesokan harinya

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!