★Di rumah sakit★
"Sena, ayah datang"
Dengan membawa sekantong buah-buahan, seorang pria paruh baya masuk ke dalam sebuah ruang rawat inap. Di dalamnya ada seorang gadis berambut hitam panjang sedang duduk di kasurnya sambil membaca sebuah buku
"Ayah, selamat datang" gadis itupun tersenyum kepada ayahnya lalu meletakkan buku yang dibacanya tadi
"Bagaimana kabarmu hari ini?"
Pria itupun duduk di kursi di samping kasur pasien. Meletakkan buahnya dan memotong beberapa apel untuk anaknya itu
"Sudah baikan, dokter bilang dua hari lagi aku sudah boleh mencoba untuk berjalan-jalan di taman rumah sakit ini"
"Wah baguslah, ayah ikut senang mendengarnya"
"Ayah, bagaimana dengan orang tempat ayah bekerja?Apa mereka galak dan keras kepada ayah?"
Gadis itu bertanya dengan sangat hati-hati, dia sangat mencemaskan keadaan ayahnya ditempat dia baru bekerja
"Tidak, justru sebaliknya. Mereka sangat baik dan juga ramah, buktinya saja mereka memperbolehkan kita untuk tinggal ditempat mereka" ucapnya sambil menyerahkan apel yang sudah dia potong-potong agar lebih mudah dimakan
Gadis itupun mengambilnya lalu memakannya
"Apa mereka orang kaya sampai-sampai mereka mau mengizinkan kita tinggal?"
"Kalau itu ayah juga tidak tau, mereka hanya anak SMA"
"Anak SMA? Seumuran denganku berarti?"
Pria itu pun mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan anaknya itu
"Mereka juga sangat tampan loh... yang satunya berambut pirang dengan mata kehijauan, sifatnya dewasa dan juga pengertian, namanya Hyuga. Yang satunya lagi berambut hitam dengan mata heterochome berwarna merah dan biru, sifatnya agak kekanakan, baik dan juga sedikit menakutkan menurut ayah. Aura yang dikeluarkannya bisa berubah kapan saja"
"Mata heterochome? Keren! Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dan mengucapkan terima kasih langsung kepada mereka"
Gadis bernama Sena itu pun sama sekali tidak mempedulikan saat ayahnya mengatakan soal Viktor yang menakutkan tadi. Dia lebih fokus dengan pembahasan tentang warna mata Viktor yang menarik perhatiannya
"Kalau begitu cepat-cepat lah sembuh"
"Iya"
Ayah dan anak itupun bercerita tentang tuan dan juga tempat yang akan mereka tinggali
.....
Beralih dari rumah sakit, saat ini di rumah Viktor dan juga Hyuga, profesor Nay masih sibuk menonton televisi padahal hari sudah menunjukkan pukul 23.36 malam
"Wah sepertinya aku jadi lupa waktu karena nonton televisi, yah... aku memang harus bersantai sebisa mungkin sih, karena aku hanya diberikan waktu libur hanya seminggu"
"Kenapa cepat sekali pulangnya? Yah... itu juga bukan urusanku"
Seorang pria mendekat kearah profesor Nay dengan lesu. Karena masih sedikit pegal karena menonton terlalu lama, profesor Nay sama sekali tidak menyadari dengan siapa dia bicara
"Jahat sekali perkataanmu Vik— Viktor?!"
Setelah sadar siapa lawan bicaranya, profesor Nay langsung menjauh beberapa langkah dan hanya dipandang heran oleh Viktor
"Kenapa? Aku bukan hantu, profesor..."
Viktor pun duduk di atas sofa, bersantai, lalu mengganti siaran tv nya
"Kau Kuro kan?"
Dengan sangat hati-hati, profesor Nay menunjuk-nunjuk Viktor yang sedang santai menonton tv, dia ingin memastikan dengan siapa dia bicara kali ini
"Bukan, ini Viktor"
"Tapi ini sudah lewat dari jam biasanya... bukankah kau seharusnya Kuro?"
"Apa mataku menunjukkan kalau aku Kuro?"
Mengalihkan pandangannya, Viktor menatap serius kearah profesor Nay yang masih menjaga jarak darinya
Setelah memperhatikan dan yakin itu adalah Viktor, profesor Nay pun mendekat dan duduk di samping Viktor
"Tapi bagaimana bisa?"
"Entahlah, aku terbangun karena tiba-tiba bermimpi buruk. Aku coba tidur lagi tapi tidak bisa. Karena di ruang tengah masih berisik jadi aku memutuskan untuk kesini"
"Mimpi?"
"Em, tapi aku tidak mengingatnya secara jelas. Tapi yang pasti itu berhasil membuatku terbangun"
"Oh... tidak kusangka kalau orang dengan julukan The Nightmare bisa mengalami mimpi buruk juga"
"Tidak peduli julukan apa yang diberikan orang-orang, aku tetaplah manusia" ucap Viktor dengan sedikit berdecak kesal karena tanggapan profesor Nay Atas dirinya
"Iya juga ya. Yah... jika yang muncul Kuro ataupun dirimu sih aku tidak terlalu peduli nantinya. Tapi untuk saat ini kondisi mental Kuro belum stabil, jadi saat dia muncul aku harus ekstra hati-hati"
Profesor Nay pun mengeluarkan rokok dari sakunya. Menyalakan pemantik dan bersiap untuk merokok seperti yang biasa dia lakukan setiap harinya. Tapi sebelum berhasil mendekatkan pemantik, Viktor sudah lebih dulu memotong rokok yang ada di mulut profesor Nay dengan pisau kecil yang selalu dia bawa
Sangat terkejut dengan tindakan tiba-tiba Viktor, profesor Nay sama sekali tidak bisa bergerak karena ketakutan untuk beberapa saat
"Jangan merokok didekat anak dibawah umur. Perokok pasif itu lebih berbahaya daripada perokok aktif"
"Ah baiklah baiklah, aku akan kembali ke kamarku saja untuk merokok. Kalau begitu dah... Hyuga juga akan segera pulang,apa kau mau menunggunya?"
"Tidak, aku akan segera kembali ke kamarku jika aku sudah mengantuk"
"Begitu ya... kalau begitu, selamat malam"
"Selamat malam"
Profesor Nay pun kembali ke kamarnya dan Viktor pun sendirian di ruang tengah sambil menonton televisi
Tidak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka, Viktor sama sekali tidak mempedulikan siapa yang datang dan hanya fokus dengan kegiatannya saat ini
"Tuan Viktor? Saya kira anda sudah tidur tadi?"
Yang membuka pintu ternyata adalah Paman Kim, mendengar ada yang memanggil, Viktor pun mengalihkan perhatiannya ke sumber suara
"Aku mimpi buruk jadi tidak bisa tidur. Paman dari mana malam-malam begini?"
"Paman habis dari rumah sakit menjenguk anak Paman"
"Bahaya loh keluar malam-malam begini, bagaimana kalau ada orang jahat?" ucapnya sambil mengalihkan pandangannya kearah tv lagi
"Paman tidak memikirkan soal itu. Oh ya, apa mau Paman buatkan minuman?"
"Cokelat hangat ya paman, supaya lebih cepat mengantuk"
"Ok"
Paman Kim pun pergi ke dapur untuk membuatkan cokelat panas pesanan Viktor. Tidak butuh waktu lama sampai paman Kim sudah kembali ke ruang tengah dengan dua cangkir minuman di tangannya. Yang satu cokelat panas untuk Viktor dan yang satu lagi adalah teh untuk dirinya sendiri
"Ini dia cokelat hangatnya"
Sembari menyerahkan gelas itu, paman Kim duduk di sofa lain yang ada didekat Viktor. Viktor segera mengambilnya dan kemudian meminumnya
"Terima kasih, bagaimana kabar anak Paman?"
"Semakin baik, dia bilang kalau dia tidak sabar untuk bertemu dengan kalian"
"Eh? Memangnya apa yang paman ceritakan tentang kami padanya?"
"Cerita seadanya saja"
Lagi-lagi suara pintu terbuka terdengar, paman Kim yang mendengarnya langsung menoleh kearah pintu untuk mengetahui siapa yang masuk sedangkan Viktor lagi-lagi tidak peduli dengan siapa yang datang
Orang yang baru datang langsung masuk ke rumah, melewati ruang tengah dan terhenti di sana
"Selamat datang, Hyuga" sapa Viktor dengan tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari televisi
"Kuro?! Tidak, bukan... Viktor?!"
"Yap, ini aku"
Viktor pun menoleh kearah Hyuga dengan memasang pose piece dengan tangannya
"Kenapa bisa? Ini kan—"
"Mandi dulu sana, jangan mendekat. Aku bisa menciumnya darimu"
Hyuga yang hendak mendekat dan duduk didekat Viktor langsung terhenti dan mengendus bau tubuhnya sendiri
"Aku sudah mandi tadi, tidak mungkin baunya masih tercium"
"Hehe, paman Kim mungkin tidak bisa menciumnya. Tapi hidungku ini bisa menciumnya dengan jelas"
"Ah baiklah baiklah, aku akan mandi lagi"
Hyuga pun segera menuju kamarnya untuk mandi lagi. Paman Kim yang penasaran dengan bau apa yang mereka bicarakan hanya mendapat senyuman penuh arti dari Viktor sebagai jawaban atas pertanyaannya
.....
"Paman, bisa buatkan aku teh juga?"
Hyuga yang baru selesai mandi langsung duduk di samping Viktor yang sedang menonton film aksi, paman Kim pun langsung pergi ke dapur untuk membuatkan Hyuga teh
Hyuga sedikit menoleh kearah dapur untuk memastikan kalau Paman Kim tidak akan mendengarkan pembicaraan mereka
"Jadi kenapa kau tidak bertukar dengan kuro? Inikan sudah lewat dari waktu yang biasanya"
"Kau mengharapkan kuro ya yang muncul ya? Jahat sekali..."
"Jawab saja pertanyaanku!"
"Tidak tau. Aku mimpi buruk lalu terbangun, hanya itu, sekian"
Viktor malas mengulangi menjawab pertanyaan yang sama, itu bisa dilihat dari nada bicara dan juga ekspresi yang dia keluarkan
"Apa profesor tau?"
"Em, dia seperti melihat hantu saat melihatku. Dia menghindar jauh sekali.."
"Begitu ya..."
Paman Kim akhirnya selesai membuat teh, menyerahkan itu pada Hyuga lalu duduk kembali ditempat nya tadi
"Terima kasih Paman"
"Tuan Hyuga baru selesai melakukan apa malam-malam begini?"
"Hanya urusan kecil saja. Viktor cepat habiskan minumanmu, lalu langsung tidur. Besok kita masih harus sekolah"
"Naik. kalau begitu aku mau tidur dulu, selamat malam"
"Malam"
Viktor pun segera pergi ke kamarnya, menguncinya dan bersiap tidur lagi
"Paman juga segeralah tidur, hari sudah sangat larut"
"Bagaimana dengan tuan Hyuga sendiri?"
"Aku ada pekerjaan sedikit lagi, setelah selesai aku akan tidur"
"Kalau begitu selamat malam tuan Hyuga"
Paman Kim pun berdiri, mengambil gelas Viktor tadi lalu mencucinya sebentar dan setelah itu dia langsung pergi ke kamarnya
★Keesokan harinya★
Viktor dan Hyuga seperti biasanya selalu datang pagi-pagi. Viktor sedari tadi tidak berhenti menguap dikarenakan kurang tidur kemarin
"Aku masih mengantuk, aku mau tidur"
"Bukankah kau sudah biasa tidur larut malam dulunya? Kenapa masih mengantuk?"
"Itu kan satu tahun yang lalu... aku yang sekarang kan selalu tidur cepat"
"Oh begitu ya..."
"Pagi.."
Sebuah suara menyapa Hyuga dan Viktor dari kejauhan. Hyuga yang kenal suara itu langsung menoleh sedangkan Viktor segera melenggang pergi untuk menjauh tapi tidak jadi karena Hyuga menarik kerah belakang seragam sekolahnya
Viktor yang ditahan berdecak kesal karena dia sedang malas untuk bertemu dengan orang yang baru saja memanggil mereka itu
"Lepaskan...! Aku tidak niat untuk bicara dengan orang itu..!"
"Ayolah dengarkan dulu... lagipula aku juga ingin mengembalikan kotak bekal miliknya. Selamat pagi, Febi"
"Selamat pagi juga"
Yang menyapa ternyata Febi, dengan napas sedikit tersengal dia berbicara dengan Hyuga, sepertinya dia berlari tadi saat melihat Hyuga dan Viktor sudah ada di sekolah
Hyuga langsung membuka tasnya, mengembalikan kotak bekal Febi kemarin dan mengucapkan terima kasih
"Apa kalian sibuk saat istirahat nanti?"
"Iya sibuk..!"
Viktor yang semakin kesal langsung menjawab saja, dia sudah tidak sabar untuk segera tidur diruang UKS mumpung kelas masih lumayan lama untuk dimulai
"Kami tidak sibuk kok, ada apa?"
"Itu... anu... aku tidak mau kalau kalian menganggap ku sok dekat atau apa kepada kalian, tapi temanku minta dikenalkan dengan kalian, apa kalian mau?"
Dengan sangat hati-hati Febi menyampaikan keinginannya, dia takut kalau Hyuga akan membencinya nantinya
"Boleh, semakin banyak teman kan semakin bagus. Iya kan Viktor?"
"Malas!"
Dengan tangan di depan dada, Viktor menolehkan pandangannya kearah lain
"Ah begitu ya... maaf karena sudah memaksa kalian"
Febi yang sudah tau akan jawaban Viktor langsung pura-pura sedih dan akhirnya membuat Hyuga lah yang membujuk Viktor
"Viktor, kalau kau menolak maka aku tidak akan membuatkan kue cokelat lagi untukmu"
"Oh ayolah, kau selalu saja mengancam ku dengan itu, apa tidak ada ancaman yang lain?.." Viktor menjeda kalimatnya sejenak lalu segera melanjutkan lagi "kalau hanya soal kue cokelat, dia juga bisa loh... meski tidak seenak buatanmu sih"
"Oh dia ya...? Cara ini sudah tidak efektif lagi ternyata. Baiklah, karena aku tidak enak menolak ajakan Febi, maka kau harus ikut. Dan sebagai gantinya aku akan membujuk profesor Nay agar mengizinkanmu ikut denganku malam ini"
Masih dengan seribu akal, Hyuga terus membujuk Viktor supaya mau ikut. Viktor yang mendengar tawaran Hyuga hanya bisa menghela napas lelah dan berbalik menghadap Hyuga
"Kalau soal yang itu, pak tua itu selalu mengizinkanku, jadi aku tidak perlu izin dari siapapun. Akulah yang ingin istirahat dari itu. Tapi karena Hyuga bersikeras ingin mengajakku, baiklah aku akan ikut"
Viktor pun menyerah dan memutuskan untuk ikut karena melihat sahabatnya yang sangat bersikeras untuk mengajaknya itu
"Bagus, kalau begitu kita janjian di kantin saat istirahat nanti. Aku ada piket kelas, jadi aku duluan ya"
Febi segera berlari ke kelasnya. Hyuga dan Viktor pun melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas
"Oh ya, ngomong-ngomong tentang dia, apa dia masih menghubungimu?"
"Iya, aku kehilangan ingatanku, jadi aku tidak merasakan apa-apa padanya. Dan karena itulah aku memintanya untuk menjaga jarak dulu dariku, tapi meskipun begitu dia selalu saja mengirimi ku pesan setiap pagi"
"Oh... kau ini jahat sekali ya, menyuruhnya menjaga jarak seperti itu"
"Yah mau gimana lagi kan? Daripada aku menyakitinya nanti?"
"Kau benar juga"
★Istirahat★
Sesuai dengan kesepakatan mereka, Hyuga, Viktor, Febi, dan satu orang lagi sedang berkumpul bersama disebuah meja yang ada di kantin sekolah
"Perkenalkan namanya Reni, dia teman sekelasku"
Orang yang dikenalkan langsung memberi salam, memperkenalkan dirinya lalu duduk kembali
"Senang bertemu denganmu Reni"
Dengan wajah yang memerah Reni duduk ditempatnya dan beberapa kali mencuri pandang kearah Viktor yang sedang sibuk melihat keluar jendela
"Iya"
"Aku tidak menyangka aku bisa melihat wajah Viktor sedekat ini..!! Aku ingin memeluknya!!"
Merasa dirinya diperhatikan, Viktor mengarahkan pandangannya kearah Reni dan itu membuat wajahnya semakin memerah
"Salam kenal ya Reni. Kau pasti sudah mengenal kami kan? Tapi aku akan memperkenalkan diri, namaku Viktor dan yang satu ini Hyuga, kami dari kelas 1-5. Senang bertemu denganmu"
Dengan senyum khasnya, beberapa orang yang juga ada di kantin dan melihat kearah 4 orang itu, beberapa dari mereka mimisan karena melihat senyuman Viktor. Begitu juga dengan Reni yang telinganya sudah seperti mengeluarkan asap
"Ah... senyumnya manis sekali..."
"Iya, apa kita bisa berteman?"
"Tentu"
Viktor lalu mendekat kearah Reni dan membisikkan sesuatu kepadanya
"Kenapa kau mau saja berteman dengan nenek sihir itu?"
Ucapnya sambil menunjuk-nunjuk Febi yang sedang asik berbicara dengan Hyuga. Febi yang merasa di tunjuk-tunjuk langsung bertanya dengan wajah yang kesal karena dia menganggap setiap perkataan yang diucapkan Viktor tentang dirinya itu tidak pernah ada bagus-bagusnya
"Kalian membicarakan apa?"
"Tidak, tidak ada"
Viktor pun duduk lagi ditempatnya, mengalihkan pandangannya ke jendela lagi dan sedikit bersiul
"Jadi Reni, kau menyukai hal dalam bidang apa?" tanya Hyuga sambil meletakkan cangkir minuman nya
"Aku suka melukis"
"Oh... apa kau bisa menggambar wajahku?"
Kali ini Viktor yang bertanya, dengan wajah senang dan tingkah kekanak-kanakan, Viktor semakin mendekatkan wajahnya kearah Reni
"Eh? Apakah boleh?"
Dengan sedikit mengalihkan pandangannya, Reni menutupi wajahnya dengan buku sketsa yang baru saja dia keluarkan. Hyuga yang melihat kalau Reni terganggu langsung men-duduk paksakan Viktor agar menjauh dari Reni
"Tentu saja"
"Kalau begitu aku akan mulai menggambarnya. Maaf kalau gambarnya nanti tidak terlalu bagus"
Viktor mengangguk sebagai jawaban dan Reni pun mulai mencoret-coret di kertas yang semulanya putih bersih itu
"Apa aku tidak perlu memasang pose apapun?"
"Tidak perlu, aku bisa membuatnya menjadi pose apapun nanti. Aku hanya memperhatikan wajah saja"
"Oh begitu ya? Hebat sekali. Hyuga... menurutmu antara lukisanku dengan Reni, mana yang paling bagus?"
Hyuga yang ditanyai seperti itu oleh Viktor langsung jengkel dan membuatnya mengeluarkan aura yang bisa membuat orang-orang ketakutan
"Viktor... apa kau mau unjuk kemampuan lagi?! Kau itu sudah diakui oleh seniman ternama dari negara A loh... tentu saja lukisan mu kan..?!!"
"Kau ini mudah sekali jengkelnya, aku kan hanya bertanya saja. Dan juga karena aku senang jika orang sepertimu memujiku"
"Viktor diakui oleh seniman ternama dari negara A? Seniman yang sangat terkenal itu? Tidak mungkin?!"
Febi tidak percaya dengan ucapan orang yang disukainya itu, dia sangat meragukan kalau orang seperti Viktor sangat berbakat dalam bidang seni apalagi sampai diakui oleh seorang seniman ternama
"Apanya yang tidak mungkin? Aku ini bisa melakukan apapun. Kau iri kan... nenek sihir!!?"
"Siapa yang kau panggil nenek sihir ha?!!"
"Tentu saja yang lagi marah saat ini kan..!"
"Kau...!"
Pertengkaran seperti kucing dan tikus pun dimulai lagi. Viktor dan Febi sama-sama melontarkan tatapan kebencian dan juga permusuhan dari mata mereka. Hyuga yang sudah terbiasa hanya melanjutkan acara minum-minumnya
"Sudah selesai"
Mereka yang bertengkar pun berhenti, duduk kembali dan menoleh kearah Reni yang sedang mendekap lukisan di dada nya
"Coba aku lihat"
Tanpa minta persetujuan, Viktor langsung saja mengambil lukisan itu, memperhatikannya sebentar lalu langsung memperlihatkan kepada Hyuga
"Em... lumayan. Aku tampan kan Hyuga?"
Hyuga yang ditanyai hanya mengangguk sebagai jawaban
"Kau hebat sekali Reni, padahal ekspresiku berubah-ubah tadi. Tapi kau masih bisa melukis ku, hebat!!"
"Terima kasih... anu... apakah aku bisa meminta nomor telepon kalian?"
"Ah soal yang itu tidak bisa. Jika ada yang mengetahuinya, maka pasti banyak orang yang akan menghubungi kami nanti dan itu akan merepotkan—"
Mendengar itu kekecewaan langsung menghampiri Reni, padahal Viktor belum selesai dengan perkataannya
"Tapi kalau telepon rumah tidak apa-apa"
"Benarkah?"
"Iya, ni nomornya"
Viktor pun menyerahkan secarik kertas kepada Reni yang mana merupakan nomor telepon rumah mereka
"Jangan terlalu sering menghubungi ya, karena kami lumayan sibuk. Jadi mungkin saja pembantu kami yang akan mengangkat nya nanti"
"Baik"
"Oh ya... pembantu kalian itu... perampok hari itu kan?"
Febi kembali mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu dan langsung dijawab dengan anggukan oleh Hyuga
"Iya. Dia sangat tekun bekerja di rumah, tidak sia-sia kami memperkerjakannya"
"Bagaimana dengan anaknya?"
"Operasinya berjalan lancar"
"Syukurlah.."
Febi merasa lega karena anak dari perampok itu baik-baik saja, dia sama sekali tidak dendam ataupun benci kepada orang yang sudah mengarahkan pistol kearahnya beberapa hari lepas
"Kadi, kalian memperkerjakan perampok? Apa kalian tidak takut kalau dia akan merampok rumah kalian?"
"Tidak ada yang berharga di rumah kami, menurutku" ucap Viktor dengan santainya, seolah-olah rumahnya itu seperti rumah kebanyakan orang di negara D
"Kami bisa menangkapnya jika itu terjadi. Lagipula dia itu orang yang baik jadi tidak mungkin melakukan hal seperti itu lagi"
Kali ini Hyuga yang berkata seolah-olah itu bukan masalah untuk mereka. Yah itu memang bukan masalah untuk mereka, tapi bagi Reni dan Febi yang tidak mengetahui apa-apa, menurut mereka Hyuga dan Viktor itu hanya terlalu baik dan juga naif
"Ah begitu ya... maaf sudah berkata yang tidak-tidak"
"Tidak apa-apa"
Mereka pun memesan makanan dan berbincang tentang banyak hal. Mereka menghabiskan waktu bersama di kantin sampai waktu istirahat selesai
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments