Selamat membaca!
...****************...
...****************...
Kediaman Jin
Malam yang dinanti-nanti telah tiba.
Semua peserta sudah berkumpul dalam aula.
Keempat juri juga sudah memiliki keputusan bulat di tangan masing-masing.
"Tuan Jin, terima kasih atas undangannya. Hari ini sungguh luar biasa," ucap Ketua Qin sebagai makanan pembuka.
"Lain kali anda harus mengundang kami bertiga lagi, Tuan Jin," timpal Ketua Zhang sebagai makanan inti.
"Saudaraku, Tuan Jin benar-benar tidak pernah mengecewakan," puji Ketua Feng sebagai makanan penutup.
Ketiga sekte ini selalu bersama untuk melantunkan ungkapan demi ungkapan berisi sapuan manis untuk Tuan Jin.
Menyapu semua kekurangan untuk meninggalkan kelebihannya.
Ibarat mengganti dinding batu dengan dinding porselen.
"Semuanya sudah bekerja keras, aku harap semuanya merasa puas dengan pelayanan dari Sekte Jin. Malam ini, aku telah menyiapkan kamar untuk para tamu undangan."
"Kami memiliki 3.000 kamar dengan fasilitas lengkap. Aku jamin besok pagi Tuan sekalian enggan untuk beranjak dari tempat tidur hahaha," kata Ketua Jin sambil melebarkan kedua tangannya.
"Tuan Jin, anda sungguh murah hati."
"Tuan Jin benar-benar seorang pemimpin yang ideal."
"Kami akan selalu mengingat budi baik ini."
"Benar, kami akan selalu mendukungmu."
Begitulah, berbagai pujian telah dilontarkan dalam sekejap.
...****************...
Jin Ye Lu memang bukan orang yang pelit.
Namun, ada rumor buruk yang beredar tentang dirinya.
Bahwa ia adalah dalang di balik tragedi pemusnahan 'Tiga Warna Emas’ lima belas tahun yang lalu.
Seluruh harta pusaka peninggalan 'Tiga Warna Emas' diserahkan pada Ketua Jin di masa itu.
Sebelumnya, Wang Yong atau Pemimpin 'Tiga Warna Emas' pernah bersaing dengannya untuk memperebutkan posisi Xian du(1).
Ketua Jin kalah telak di depan semua orang pada putaran pertama.
^^^Xian du(1): pemimpin tertinggi dalam dunia kultivasi.^^^
Setelah kejadian itu, Ketua Jin tidak pernah muncul di hadapan publik.
Begitu pula dengan kabar sektenya tidak pernah terdengar lagi, bak ditelan bumi.
Sekte Jin muncul kembali dalam gerakan pemusnahan 'Tiga Warna Emas'.
Setelah misi berhasil, Sekte Jin kembali membangun kejayaannya dan berkembang hingga menjadi seperti sekarang ini.
Posisi Xian du yang kosong selama bertahun-tahun, tidak pernah dibahas lagi.
...****************...
"Tuan sekalian, kami akan mengumumkan pemenang kompetisi."
"Pemenangnya adalah seorang murid dari sekte terkemuka. Permainannya berani seperti auman Raja singa dan tenang seperti suara aliran air di hutan bambu."
"Juga dingin seperti bunyi lonceng es di Gunung Kun Lun dan keseimbangan qi hampir sempurna. Kami berempat sependapat bahwa ia adalah orang dengan bakat alami yang kami maksud. Tuan Jing Mi, selamat!" ucap Ketua Jin dengan detail tak diragukan lagi.
Jing Mi naik ke tengah aula untuk kedua kalinya.
"Terima kasih, suatu kehormatan bagiku untuk berada disini."
Semuanya bertepuk tangan dan diikuti dengan penyerahan 300.000 tael emas yang dimasukkan dalam satu karung besar yang terbuat dari sulaman emas.
Karung itu digantung pada cakar roh binatang peliharaan kebanggaan Ketua Jin.
Roh burung phoenix memiliki paruh panjang dengan ujung yang menajam ke dalam dan berwarna kuning kemerahan.
Warna bulunya merupakan perpaduan antara warna kuning keemasan dengan merah darah.
Ia memiliki kaki kasar yang besar dan cakar yang kuat, serta memancarkan cahaya api saat terbang.
"Aku akan menyumbangkan hadiah ini kepada para penduduk miskin di kota Bian Liang."
"Sekte Feng telah melihat banyak penduduknya mati kelaparan. Mereka sering mendapatkan perlakuan tidak adil dan diabaikan pemerintah."
"Aku yakin mereka lebih membutuhkannya. Terima kasih," Jing Mi mengakhiri pidatonya.
Lalu balik ke tempat dimana ia berdiri sebelumnya.
Ketua Feng, Feng Xun terlihat tidak begitu mengindahkan perkataan Jing Mi.
"Hm... karena ini adalah pilihan Jing Mi sendiri, maka aku tidak berhak untuk menentangnya."
"Namun, aku ingin menyarankan bahwa akan lebih baik apabila tael emas ini disimpan dalam gudang penyimpanan harta milik Sekte Feng."
"Bencana bisa datang kapan dan dimana saja. Banyak kejahatan terjadi di wilayah sekte akhir-akhir ini, kita harus memperbanyak pembangunan menara pengawas," lanjut Ketua Feng.
"Tuan Feng sungguh bijak, mendahulukan kepentingan sekte adalah perwujudan sikap berbakti dari seorang murid," ucap peserta lain dengan suara keras.
"Tuan Jing Mi, sebaiknya anda pertimbangkan saran dari Tuan Feng," lanjut peserta lain dengan suara tak kalah keras.
"Pemberian Tuan Jin akan lebih bermakna apabila dimanfaatkan untuk kepentingan dunia kultivasi," lanjut peserta lain dengan setengah berteriak.
"Dunia kultivasi menjaga perdamaian dunia, kita adalah tokoh-tokoh pemberantas roh jahat dan pemburu kebaikan," ucap peserta lainnya dengan volume suara kian membesar.
"Benar!"
"Itu benar!"
"Aku sangat setuju dengannya."
"Sumbangkan ke sekte!"
"Sumbangkan ke sekte!"
"Sumbangkan ke sekte!"
Suara kerumunan berteriak serentak, menciptakan harmoni yang cukup menjengkelkan.
Yu Wen pernah berada dalam situasi serupa.
'Suara paling keras-lah yang akan didengar'.
“Bagai mencari biji wijen, malah kehilangan buah semangka(2)."
Teriakan itu menelan seluruh kegaduhan dalam aula.
^^^Bagai mencari biji wijen, malah kehilangan buah semangka(2): sebuah pepatah kuno dari Tiongkok yang artinya, berkonsentrasi pada masalah-masalah kecil sehingga masalah besar terabaikan.^^^
Yu Wen hampir tersedak saat minum arak khas buatan Sekte Jin.
"Uhuk! Uhuk!"
Bukan karena rasa arak yang panas saat mencapai tenggorokan atau baunya yang menyengat.
Tetapi karena orang yang berdiri di sampingnya tiba-tiba berteriak sekeras itu.
"Ada apa dengan orang gila ini, bikin kaget saja!" gumam Yu Wen dalam hati lagi.
Ketua Zhang mendapat gilirannya kali ini untuk mengompori.
"Tenang, tenang Tuan sekalian. Apa maksud dari perkataanmu, Tuan Jing Mi?" tanyanya dengan kepala sedikit dimiringkan ke arah Jing Mi.
Ketua Feng menambahkan, "Bagian mana yang kau anggap sebagai biji wijen dan buah semangka?"
"Masalah di kota Bian Liang harus diutamakan. Aku tidak melihat bahwa sekte Feng sedang menghadapi ancaman besar," cetus Jing Mi.
"Aku sering mendengar bahwa Tuan Jing Mi jarang tinggal dalam Sekte Feng. Anda lebih banyak menghabiskan waktu berkelana kesana kemari, untuk menangkap roh peliharaaan."
"Tentu saja Tuan Jing Mi tidak akan ada waktu untuk memperhatikan masalah yang terjadi dalam sekte," lanjut Ketua Zhang.
"Aku bukan pergi menangkap roh peliharaan, dan memperhatikan perkembangan Sekte Feng tidak pernah terlewatkan olehku," jawab Jing Mi dengan malas.
"Kau...!" timpal Ketua Zhang sambil menunjuk Jing Mi seolah memberinya perhitungan.
Ia melirik ke arah Feng Xun sejenak.
Kata-kata selanjutnya tak kunjung keluar dari mulutnya.
Kemudian ia hanya mengibaskan lengan jubahnya ke belakang.
"Aiyaa.. Sudahlah!" desahnya dengan putus asa.
"Lagipula, emas ini adalah hasil jerih payahku sendiri," lanjut Jing Mi.
Perkataan ini termasuk lancang dan tidak sopan, namun kenyataannya memang seperti itu.
Yu Wen merasa sepaham dengannya dan ikut menganggukan kepala tanpa sadar.
"Oh.. apakah Tuan Yu Wen juga setuju dengan keputusan Tuan Jing Mi?" tanya Ketua Jin yang menyadari anggukan kepalanya.
"Maaf, aku kurang tahu tentang keadaan di luar, karena desaku berada di tempat terpencil..., terlalu jauh," jawab Yu Wen dengan hati-hati.
Yu Wen bukan merasa takut, namun ia hanya tidak ingin terlibat dalam situasi apapun.
Ia hanya datang untuk memenangkan lotre besar, menyeretnya pulang karena terlalu berat.
Lalu, melunasi hutang seumur hidupnya dan membangun kembali panti asuhan yang terbengkalai.
Menjadi seorang filantropi(3) yang kaya raya juga tidak buruk.
^^^Filantropi(3): dermawan, baik hati.^^^
‘Bukankah melewati hari-hari tanpa beban pikiran adalah impian semua orang?’
Ya, itu adalah sebuah idealisme(4).
^^^Idealisme(4): suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar berdasarkan pengalaman, pendidikan, kultur budaya, dan kebiasaan.^^^
"Kau.. pembual," ucap seseorang dengan suara setengah berbisik.
Entah kenapa, telinga Yu Wen sangat sensitif malam ini.
Ia dapat menangkap sumber suara tersebut dengan tepat.
Yu Wen memiringkan kepalanya sambil menunjuk wajahnya sendiri dengan heran.
"Aku?"
Jing Mi tidak menjawab ataupun bereaksi, hanya meliriknya sebentar.
"Maaf Tuan Feng, aku tetap ingin meminta semua tael emas ini untuk disumbangkan dan Tuan Jin, terima kasih atas pelayanannya."
"Lihat betapa sombong anak itu!"
"Jika Sekte Feng tidak memungutnya, apa dia pikir bisa menjadi seperti sekarang?"
"Minum air di sumur, ingatlah penggalinya juga(5)!"
"Sikapnya begitu lancang di hadapan para pemimpin sekte."
"Kemenangannya hanya semakin memperburuk sikap angkuhnya. Sungguh tidak terpuji."
^^^Minum air di sumur, ingatlah penggalinya juga(5): sebuah pepatah kuno Tiongkok yang artinya, apabila mendapatkan bantuan dari seseorang, haruslah tetap mengingat budi baik orang itu.^^^
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
𝒯ℳ
Kaka
2021-11-28
0
𝒯ℳ
Jozz
2021-11-22
0
𝒯ℳ
Joss
2021-11-22
0