Forced Climbing To Liang Mountain
PROLOG
...__________________________________________...
...Halo bao bao,...
...Salam sehat & sukses selalu,...
...Terima kasih buat para reader yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca novel karya pertama aku....
...Mohon maaf jika masih banyak kekurangan, seperti plot hole, typo, melanggar EYD, dsbnya. Feedback-nya sangat ditunggu ya~ agar author bisa mengoreksi diri hehe...
...Jangan lupa support author ya~dengan cara like, rate, favorit, dan tinggalkan jejak di kolom komentar....
^^^Author tercinta,^^^
^^^YQ^^^
..._______________________________________...
Selamat membaca!
...****************...
...****************...
"Tuan Yu, kemarilah!" seru si tukang jagal sambil tersenyum lebar menampakkan dua gigi kelinci yang hilang dari barisan depan.
"Apa-apaan ini? Pemuda yang kuat perlu banyak makan," teriak si penjual lobak.
"Aku hanya menjual daging ayam saja. Kalau begitu, ambil uang ini untuk membeli manisan," jawab Paman Zhou, si tukang jagal tadi.
Pasangan suami-istri yang telah menikah selama 20 tahun ini selalu berbicara dengan suara keras, orang akan berpikir bahwa mereka sedang bertengkar, namun nyatanya tidak.
Bibi Zhou memukul ringan tangan suaminya sambil berseru, "Tidak, belilah daging dan lobak segar ini baru saja dipetik. Bawalah pulang!"
Lalu, Bibi Zhou memasukkan beberapa lobak ke dalam karung dan mengikatnya dengan tali.
Ia memiliki jari tangan yang ramping dan cekatan, namun kukunya berwarna kuning pucat, rapuh dan sedikit pecah-pecah.
"Bibi Zhou, apakah sedang merasa tidak sehat?" tanya Yu Wen dengan setengah berbisik.
"Akhir-akhir ini, sakit perutku kambuh lagi," bisik bibi Zhou dengan suara tak kalah pelan.
"Ambillah pil ini dan hindari makanan yang kering dan terlalu pedas," ujar Yu Wen.
Bibi Zhou menganggukan kepalanya, "Terima kasih Tuan Yu. Tolong jangan beritahu suamiku."
"Tentu saja," jawab Yu Wen sambil tersenyum ramah.
Dari kejauhan, seorang pria datang berlari ke arah mereka, sambil membawa dua karung besar berisi jeruk.
"Tuan Yu, ambillah ini, anda pasti merasa sangat lelah selama perjalanan," seru pria yang berlari tadi dengan napas terengah-engah.
"Terima kasih semuanya, saya sangat menghargai dan akan mengingat budi ini," ucap Yu Wen sambil membungkuk hormat.
...----------------...
Seperti orang tua yang sedang menghadiahkan anaknya yang memenangkan kejuaraan tingkat nasional, Yu Wen mendapat banyak barang pemberian penduduk desa di sepanjang perjalanan.
Yu Wen adalah seorang kultivator muda, sekaligus seorang musisi berbakat dan pencipta arak putih terkenal.
Arak putih itu diberi nama Kai Xin Jiu oleh kepala desa dan hanya dijual di Desa Hei, sehingga banyak pembeli dari luar yang datang.
Konon, Desa Hei hanyalah sebuah desa miskin dan berbahaya, siapapun yang keluar rumah sendirian, keselamatannya akan terancam.
Semenjak kedatangan Yu Wen, semuanya telah berubah.
Yu Wen adalah anugerah terbesar yang diberikan Tian Zhu(1) kepada desa itu, sehingga mereka ingin tetap menjaganya.
^^^Tian Zhu(1): Tuhan penguasa langit.^^^
^^^Hei(2): warna hitam.^^^
...----------------...
"Tuan Yu, bagaimana ini? Sudah tidak muat," ujar seorang pemuda gagah berwajah manis yang terlihat lebih muda dari usianya.
"Ha—— bukankah sudah kubilang untuk membawa kereta besar?" jawab Yu Wen.
"Aku tidak menyangka akan ada lebih banyak barang kali ini," ucap pemuda tersebut sambil mengusap lehernya.
Setelah memuat semua barang dengan paksa, perjalanan pun dilanjutkan kembali.
Pemuda itu duduk di depan menunggangi kuda putih, sementara Yu Wen duduk di atas kereta kayu sambil bersandar pada tumpukan barang pemberian.
"Lalu apakah kita akan mampir ke rumah Bibi Chen lagi? Kurasa kuda ini bisa pingsan," ucap pemuda itu, membuat Yu Wen terbangun kembali.
"Kalau begitu, antarkan aku ke panti asuhan Hua Er saja, paling dekat dari sini," usul Yu Wen.
"Apakah Tuan Yu akan memberikan mereka semua barang ini? Semuanya?" tanya pemuda tersebut dengan heran.
"Jian Heeng, banyak memberi untuk orang yang membutuhkan adalah hal terpuji," jawab Yu Wen.
Mendengar jawaban yang kurang sesuai dengan harapannya, Jian Heeng pun terlihat tidak puas, "Bibi Tong pasti marah besar, anda juga belum melunasi biaya sewa kamar."
"Aku diundang untuk bermain musik di kediaman Tuan Jiang malam ini, aku akan segera mendapatkan uang. Aku juga akan menyisakan barang-barang ini untukmu dan Bibi Tong," sanggah Yu Wen.
"Aku bukan mengkhawatirkan jatahku, hanya tidak tahan mendengar omelan Bibi Tong," ujar Jian Heeng.
Di saat yang bersamaan, sebuah bangunan putih dengan bunga warna-warni yang tumbuh di sepanjang tangga menuju pintu masuk telah berada di depan mata.
"Baiklah, sudah sampai," balas Yu Wen.
Yu Wen pun melompat dari kereta dan mendarat dengan anggun, sambil menyeka keringat di dahi dengan ujung jubah putih yang disulam bunga Osmanthus berwarna kuning keemasan.
Sambil menunjuk, "Ambillah dua kotak besar ini untukmu dan Bibi Tong. Sisanya, cukup tinggalkan disini. Sampaikan salamku pada Bibi Tong."
"Terima kasih Tuan Yu, saya akan merahasiakan soal Hua Er," balas Jian Heeng.
...----------------...
Yu Wen merasa seperti sebuah kentang yang sedang direbus dalam kendi tanah liat.
Siang itu, cuaca sangat panas, membuat jera siapapun untuk keluar dari rumah.
Untunglah, aroma bunga-bunga di sepanjang tangga panjang itu menjadi penyemangat bagi Yu Wen.
...----------------...
Desa Hei dikenal memiliki musim panas dengan suhu ekstrim, dan pada awalnya lebih didominasi oleh warna hitam, sehingga diberi nama 'Hei' yang artinya hitam.
Warna hitam ini dipercayai menjadi penyebab kesialan yang terus menimpa desa.
Mulai dari musim kemarau yang panjang, kejahatan yang tidak manusiawi, pembusukkan buah, bunga tak mekar, gagal panen, hingga kematian.
Oleh karena itu, mereka selalu melarang memakai pakaian, sepatu, pita, peralatan makan yang berwarna hitam ataupun mewarnai dinding rumah dengan warna hitam.
...----------------...
Setelah satu dian(3) berlalu, Yu Wen akhirnya sampai di pintu masuk Hua Er.
^^^dian(3): satuan waktu yang dipakai pada zaman dahulu, dimana 1 dian \= 24 menit.^^^
"Permisi, aku Yu Wen, apakah ada yang bisa membukakan pintu untukku?" kata Yu Wen dengan nada riang.
Tak lama kemudian, pintu pun terbuka dengan suara decitan pelan.
Memperlihatkan sebuah pemandangan bersimbah darah.
Lalu, terdengar suara seorang anak kecil bernada aneh dan tajam, "Gege?"
Suara-suara lain mulai terdengar, namun kali ini lebih jelas dan terasa dekat.
"Shixiong(4), maafkan aku...."
"Tolonglah kami. Jangan tinggalkan kami."
"Aku akan menjadi shidi(5) yang lebih baik."
Suara tangisan melolong lainnya yang tumpah tindih meminta pertolongan menciptakan perasaan gelisah dan mencekam.
Terlihat seorang wanita sedang bersujud dan berkata dengan hangat, "Li Jun, mulai sekarang lindungi mereka bersamamu. Ibu dan Ayah harus tetap berada disini."
Wanita tersebut tak kuasa menahan air matanya, lalu memeluk anak berpipi kemerahan itu, "Ibu dan Ayah akan selalu bersama denganmu."
Seorang pria bertopeng emas dengan ukiran abstrak menyerupai bentuk sayap atau rangkaian daun yang menutupi setengah wajah bagian kirinya, terbang mendekat dalam sekejap.
Mata bertemu mata.
Sebelah matanya berwarna biru laut.
Kedua mata berbeda warna itu mulai menyipit diikuti senyuman bibirnya yang melengkung ke atas.
Ekspresi wajahnya itu terkesan berbahaya.
Namun, sebuah pedang bercahaya merah menghunuskan dirinya ke arah pria bertopeng itu.
Membuat jarak di antaranya ikut menjauh.
Semuanya menghilang dalam sekejap.
Digantikan oleh seekor kupu-kupu hitam bercahaya merah dengan serbuk keemasan di sayapnya.
Terbang menghinggap di tepi daun telinga Yu Wen dan berbisik, "Lupakan."
Kupu-kupu itu hancur di udara dan tercium aroma bunga Osmanthus.
Yu Wen kehilangan kesadaran.
^^^shixiong(4): sebutan untuk kakak (laki-laki) seperguruan.^^^
^^^shidi(5): sebutan untuk adik (laki-laki) seperguruan.^^^
...----------------...
Kediaman Tong
Malam itu sangat dingin, namun Yu Wen berkeringat di sekujur tubuhnya.
Ia berhasil membuka mata dengan paksa, mengatur napasnya dan melihat ke langit-langit.
Itu adalah kamar sewa yang tunggakan bayarannya sudah tiga bulan.
Seorang nenek-nenek mengantarkan sebuah poci porselen putih sambil mengomel, "Tuan Yu, badan anda seperti kertas, bisa pingsan hanya dengan tiupan angin. Jadi, saya buatkan obat penambah stamina yang sangat mujarab sehingga harganya pun mahal."
Bibi Tong meletakkan obat itu di atas meja dan melanjutkan omelannya.
"Awalnya, aku tidak bermaksud menagih biayanya, tapi Tuan Yu masih muda dan bisa bekerja. Jika yang tua ini terus mengalah pada yang muda, maka hidupku-lah yang akan sengsara. Dengan berat hati, biaya obat ini sudah kutambahkan dalam tagihanmu."
"Selamat malam, Tuan Yu," pamit Bibi Tong singkat, seolah sedang berbicara dengan angin yang lewat.
"Bibi Tong, mimpi itu datang lagi. Firasatku mengatakan hal buruk akan terjadi," ucap Yu Wen sebelum pintu kamarnya benar-benar ditutup.
"Mungkin saja, bukannya Tuan Yu akan pergi ke kediaman Tuan Jin besok?" timpal bibi Tong
"Aku tidak bisa ikut bertarung denganmu, tapi aku bisa menyiapkan berbagai jenis obat-obatan, obat luka dalam, menghentikan pendarahan , menjaga kesadaran, obat sakit kepala, ataupun penawar racun sementara, apa saja yang Tuan butuhkan."
"Terima kasih, bi," balas Yu Wen.
Bibi Tong pun segera meninggalkan kamar Yu Wen dan sibuk mempersiapkan obat untuk perjalanannya besok.
...----------------...
Yu Wen bangun dengan enggan, ia mulai merapikan tempat tidurnya, mengganti jubah, menyisir rambut dan mengikatnya, lalu turun ke bawah untuk sarapan.
Bibi Tong adalah pemilik kedai roti kukus yang terkenal.
Tersedia berbagai isian, mulai dari daging ayam, daging rusa, daging babi, daging kelinci, hingga daging ular.
Namun, Yu Wen lebih tertarik dengan roti kukus paling murah, yaitu tanpa isian.
Yu Wen mengambil dua roti kukus dan meletakkan enam keping logam di meja.
Sebenarnya, untuk satu roti kukus tanpa isian hanya seharga dua keping logam.
Ia berjalan santai dengan guqin(6) yang tergantung di belakang punggungnya.
^^^guqin(6): alat musik tradisional Tiongkok yang bersenar tujuh.^^^
"Sarapan itu memang tidak boleh dilewatkan, " gumamnya.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Efri - Sang - Pemimpi
Aku mampir Thor, ceritanya bagus. semangat💪🏻
2024-10-21
0
Duajie
hunus (kata kerja)
(aku) => mencabut senjata (pedang/keris) dari sarungnya
(author)=> menusukkan senjata kepada musuhnya
?? entah siapa yg keliru faham??
(sebaiknya aku liat KBBI dulu)😂😂😂🙏
2022-01-28
1
Tiurma Sibarani
Haloo thor
Mampirr nihh
Semoga ketagihan bacanyaaa
2021-10-21
2