Pagi itu, di sebuah taman, tumbuh setangkai tanaman bunga. Meskipun namanya taman, di taman itu hanya tumbuh semak-belukar, tak ada bunga yang tumbuh disana.
Pertama kalinya, setangkai tanaman bunga tumbuh di taman itu. Sang pemilik taman, tak mengetahui bahwa taman miliknybungaโtelah ditumbuhi tanaman bunga.
Silih berganti hari, tanaman bunga itu terus tumbuhโhingga duri-duri memenuhi tangkainya. Akhirnya, sang pemilik taman menyadari bahwa telah tumbuh setangkai bunga mawar di tamannya.
Sewaktu menyadari hal tersebut, sang pemilik taman berniat mencabut bunga tersebut hingga ke-akarnya. Akan tetapi, ia urungkan kembali niatnya itu, dan justru membiarkan-bahkan merawat tanaman tersebut hingga memunculkan sepucuk bunga.
Tak jarang, bunga itu melukai jari jemarinya karena tergores oleh duri yang ada di tangkainya.
Suatu hari, bunga itu berbicara pada sang pemilik taman, "Hai" sapanya malu. Sang pemilik taman pun terkejut akibat sapaan dari bunga itu. ia terdiam sejenak, lalu menyunggingkan senyum tipis dibibirnya itu-bahkan saking tipisnya, itu tak nampak sama sekali.
Bunga itu kemudian bertanya pada pemilik taman, "kenapa tuan mau merawat ku hingga seperti ini?" tanyanya penuh santun. sang pemilik tak menjawab, justru memberinya air untuk bunga tersebut.
Hari silih berganti, akhirnya bunga tersebut mulai memekarkan kelopaknya dengan sempurna. hubungan antara bunga mawar itu, dan sang pemilik taman kian dekat.
Hingga suatu hari ...
Jemari tangan sang pemilik taman kembali terluka, akibat tergores oleh duri dari bunga mawar. Hari itu, ketika sang pemilik taman telah memberi pupuk, dan menyirami bunga mawar tersebut.
Bunga mawar kembali bertanya kembali tentang satu pertanyaan yang dulu pernah ia lontarkan, namun tak dijawab oleh sang pemilik taman. "Hai tuan, mengapa engkau membiarkan ku tumbuh di taman mu? bahkan, engkau merawat ku hingga aku memekarkan kelopak bunga ku? apa tuan merawat ku, karena hanya ingin melihat keindahan dari kelopak bunga ku saat mekar? setelah mekar tuan akan mencium aromanya,dan membuangku setelah itu? " tanya bunga mawar penuh keherangan.
Sang pemilik taman kembali terdiam, lalu mengelus kelopak bunga itu, hingga ia tak sengaja menyentuh duri ditangkai bunga itu. Jemari tangannya mengeluarkan darah segar lumayan banyak.
Bunga mawar panik, ia merasa bersalah karena duri ditangkainya telah melukai jemari tangan, yang selama ini terus merawatnya. Sang pemilik taman berusaha menenangkan bunga mawar, ia menyunggingkan senyum lebarnya setelah sekian lamanya.
"karena aku mencintaimu, aku rela terluka untukmu, aku akan selalu merawat dan menjaga mu. bukan karena aku ingin melihat keindahan kelopak mawarmu saat mekar, namun karena aku mencintaimu" jawab sang pemilik taman sambil terus tersenyum lebar.
"aku tak mengerti maksud dari perkataan mu itu, tuan... " jawab bunga mawar tertunduk, dan melihat kembali jemari tangan milik sang pemilik taman.
"tak apa, jika saat ini engkau tak mengerti... "
Keesokan harinya, duri-duri di tangkai bunga mawar itu rontok satu persatu ke tanah.
Pemilik taman yang mengetahui itu-untuk pertama kalinya, marah pada bunga mawar. Dengan nada yang tegas, ia bertanya "kemana semua duri ditangkai mu?! kenapa, kenapa engkau merontokkan semua duri itu?! apa kau ingin tangan lain memetikmu, dan meninggalkan ku sendirian hah?!" wajahnya merah padam, ia berusaha agar tidak merusak bunga mawar di depannya itu.
Bunga mawar hanya bisa diam, tubuhnya nampak gemetar seperti sedang menghadapi badai besar. Ia tak tau, kalau sang pemilik taman akan berasumsi demikian. Padahal niatnya, ia hanya tak ingin jemari milik sang pemilik taman kembali tergores oleh duri ditangkainya.
Dengan suara yang pelan, bunga mawar mengeluarkan suaranya.
"... m-maaf tu-tuan, aku hanya tak ingin jemari mu terluka oleh duriku... itulah mengapa, a-aku me-merontokakkan semua duri ditangkai ku, maaf, maafkan aku..." dengan gemetar bunga mawar berkata demikian.
Ia masih menundukkan kepalanya, ia takut sang pemilik taman kembali marah padanya. Sang pemilik taman tertegun, mendengar jawaban dari bunga mawar.
Ternyata, ia hanya salah paham pada bunga mawar, ia mengelus kelopak bunga mawar. Dengan nada bersalah sang pemilik taman berkata "maaf, maafkan aku, aku tak tau bahwa itu alasan mu untuk merontokkan duri tangkai mu, aku hanya takut, aku akan ditinggalkan sendirian dalam sepi lagi... "
Ia menghela nafas pelan, lalu tersenyum tipis.
"aku mencintaimu, tak peduli tentang kelebihan maupun kekuranganmu, aku siap terluka hanya untukmu, maafkan aku... " Lanjutnya dengan nada penuh penyesalan.
Bunga mawar-terdiam di tempatnya. Tak tau harus berkata apa.
"tuan, jika suatu saat nanti aku layu, kelopak bunga ku akan berguguran, dan aku akan meninggalkan mu sendirian. Apakah nanti, engkau akan menanam atau bahkan merawat bunga lain? sama seperti engkau merawatku?" tanya bunga mawar dengan nada penasaran.
Sang pemilik taman tersenyum, sambil mengelus kelopak bunga mawar. Ia berkata dengan lembut "tak lihatkah engkau nona? di taman ini, hanya engkau saja satu-satunya bunga yang tumbuh bahkan kurawat dengan penuh suka cita. tak ada bunga lain, selain dirimu. Ketika engkau telah pergi, aku tidak akan menanam bahkan merawat bunga lain, sama seperti aku merawat mu dengan penuh suka cita... " jawab sang pemilik taman.
Setelah pertengkaran kecil hari itu, mereka (bunga mawar dan sang pemilik taman) menghadapi hari hari mereka dengan penuh suka cita. Hingga hari dimana bunga mawar telah layu, dan meninggalkan sang pemilik taman.
Sang pemilik taman, memunguti tiap kelopak bunga mawar yang telah gugur di atas tanah itu. Ia menyimpan kelopak bunga mawar itu dalam sebuah plastik, katanya sebagai kenangan dari bunga yang telah berhasil tumbuh di taman suramnya itu.
Tangkainya, ia cabut dari akarnya. Ia tau, bahwa nanti akan tumbuh sepucuk bunga lain dari tangkai itu, itulah mengapa ia mencabut tangkai mawar dari akarnya.
Baginya, cukup sepucuk bunga mawar yang tumbuh dalam taman suramnya itu. tak perlu bunga lainnya.
-Tamat-
Cerita pendek ini bukan hanya tentang seorang pemilik taman, dan bunga mawar yang berbicara.
Jika kalian benar-benar membaca cerita ini dengan saksama, menyelami kata demi kata, maka kalian akan menemukan makna lain dari cerita ini.
Sekian dariku sang penulis...