"Nisa?" tanya seorang laki-laki pada gadis yang duduk sambil menundukkan kepalanya.
"Hah?" Gadis yang dipanggil Nisa itu mendongakkan kepalanya.
"Kamu Annisa Zakia Syafrina kan?" Lagi, laki-laki di depannya bertanya.
"Apa kita pernah bertemu?" tanya Nisa memastikan sesuatu. Wajah itu terasa familiar, tapi dimana ia pernah melihatnya?
"Aku Haykal. Haykal Azril Ansa, teman sekelasmu dulu itu lho. Masa lupa?" Haykal menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"H-Haykal?!" Nisa menatap laki-laki di depannya tak percaya.
"Ya ini aku. Ada apa?" Haykal mengernyitkan dahinya bingung.
Nisa terdiam. Netranya memindai penampilan Haykal dari atas ke bawah. Sungguh Haykal di depannya benar-benar telah berubah.
Waktu 4 tahun ternyata cukup mengubah penampilan Haykal yang dulunya terlihat urakan.
Haykal yang kini berdiri di depannya adalah seorang laki-laki berpakaian rapi dengan seringaian khasnya dulu, bahkan aura bad boynya masih menguar kuat.
Bedanya sekarang sifatnya terlihat terkontrol bukannya meledak-ledak seperti dahulu.
"Nisa? Lah, kok malah melamun?" Haykal melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Nisa.
"Oh iya?" jawab Nisa linglung.
"Hobi kamu sekarang melamun ya." Haykal terkekeh pelan lalu duduk didepannya.
"Sorry aku cuma terkejut aja kok. Kamu kelihatan beda sekarang," kata Nisa tersenyum sopan.
"Makin gantengkan?" Haykal menaik-turunkan alisnya menggoda.
"Dih, kegeeran banget." Nisa mencebikkan bibirnya malas, rasa percaya diri dan ketengilan Haykal yang dulu ternyata tak benar-benar hilang.
"Iih gemes deh." Haykal mencubit pipi Nisa gemas.
Nisa menepis tangan Haykal sembari berdecak, "Apa sih pegang-pegang, bukan muhrim tau!"
"Kamu kesel kayak gini makin cantik lho," goda Haykal dengan cengiran lebarnya.
Nisa memutar bola matanya malas, sikap playboy Haykal muncul. Nisa memperingati, "Jangan mulai, oke?"
"Mulai apa?"
"Haykal."
"Apa sayang?" Haykal tersenyum lebar.
"Sayang-sayang, pacar bukan suami apalagi." Nisa mencibir.
"Aah, ini kode buatku ya?"
"Kode apaan lagi sih," tandas Nisa jengkel.
"Kamu mau gak jadi pacar aku?" tanyanya tidak nyambung.
"Hah? Kamu sakit?" tanya Nisa jengah.
"Perasaanku gak berubah loh dari dulu."
"Bilangnya aja cinta, jalannya ama banyak cewek," ledek Nisa.
"Tapi cintanya cuma ama kamu kok, yang lain cuma main-main. Kalo kamu mau, aku bakalan putusin semua pacarku demi kamu."
"Nah benerkan dugaanku, kamu emang gak berubah. Sekali playboy mana mungkin berubah," kata Nisa, jari telunjuknya menyusuri cangkir.
"Aku bakalan buktiin kalo playboy kek aku bisa berubah. Terima ya?"
"Ogah," tolak Nisa langsung, yang sontak saja membuat laki-laki di depannya cemberut seketika.
"Kamu jahat banget," kata Haykal dramatis.
"Bodo amat," balas Nisa cuek, ia kembali menyesap cappucinonya.
"Kalau gak percaya ya udah. Btw minta nomor handphonemu dong Nis," pinta Haykal sembari memanggil pelayan.
Setelah memesan, ia kembali menatap Nisa yang menatap kaca yang memperlihatkan tetes-tetes air yang turun dari langit.
"Buat apa?" tanya Nisa pelan.
"Siapa tahu nanti kamu butuh bantuanku." Haykal mengendikkan bahu.
Nisa menyebutkan beberapa nomor yang langsung di catat Haykal lewat ponselnya.
"Tumben mau." Haykal menggumam yang ternyata masih bisa didengar Nisa.
"Kalaupun aku gak mau, kamu juga tetep maksa kan?" sindir Nisa.
Haykal hanya tertawa singkat lalu mulai menyesap kopinya yang diantar satu menit yang lalu.
"Jadi kamu tak menaruh rasa padaku sedikitpun?" tanya Haykal masih dengan nada santainya.
"Gak pernah tuh," sombong Nisa.
"Perlu kamu tahu, aku gak akan berhenti sebelum kamu terima," balas Haykal optimis.
"Serahlah. Aku capek ladenin kamu, keras kepala," tekan Nisa pada bagian akhir kata-katanya.
Haykal tersenyum miring, baru saja ia ingin membalas Nisa tapi handphonenya yang berdering menghentikannya.
Laki-laki itu menjauh sedikit dari mejanya lalu mengangkatnya. Nisa mengangkat bahunya acuh, tak sampai 15 menit Haykal kembali.
"Nis, aku duluan. Minumanmu udah aku bayar, kutraktir oke?" Haykal tersenyum begitu gadis di depannya mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
Nisa memandang siluet Haykal yang perlahan menghilang di balik pintu Cafe. Ia terdiam, pikirannya tanpa dapat dikendalikan kembali pada masa lalu.
Haykal yang dikenalnya dulu adalah seorang laki-laki dengan penampilan urakan, ia terkenal di seluruh penjuru sekolah karena keplayboyannya.
Selain itu, kenakalan dan sifatnya yang suka membantah membuat para guru kewalahan. Belum lagi temperamennya yang buruk, menjadikannya sering berkelahi dengan siswa kelas lain.
Haykal sebenarnya cukup pintar, namun sayangnya ia tak suka belajar dan malah berakhir mengolok-olok guru yang sedang mengajar.
"Nisa sayang," goda Haykal pada Nisa yang duduk sendirian di kursinya.
"Apaan?" tanya Nisa ketus.
"Kamu cantik banget sih." Haykal jalan memutar lalu duduk di sampingnya.
"Makasih," jawab Nisa singkat.
"Mau gak jadi pacar aku?"
"Gak tertarik," tolak Nisa malas.
"Mau ya?" Haykal menaik-turunkan alisnya menggoda.
"Gak. Lagian kamu udah pacar juga kan?"
"Demi kamu, aku rela putusin dia." Lagi Haykal membujuk.
"Basi tau gak," cetus Nisa jengah.
"Kamu nolak, aku makin tertarik loh," kata Haykal sembari mencolek pipi Nisa.
Nisa berdecak kecal, tangannya menepis kasar tangan Haykal.
"Jangan pegang-pegang." Nisa mendelik marah.
"Iya-iya calon pacar."
"Apa katamu?" desis Nisa kesal.
"Galak banget sih," ledek Haykal.
Nisa mendengus lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Kemana saja asal tidak menatap netra segelam malam milik Haykal.
Dan yah, siapa sangka ia akan bertemu dengan Haykal hari ini. Pertemuan pertama mereka setelah 4 tahun.
Nisa mendesah lega saat dilihatnya hujan sudah berhenti. Ia bangkit lalu berjalan keluar dari cafe, handphonenya bergetar, pesan dari Haykal.
'Ayo kita bertemu lagi nanti. Dari calon pacarmu, Haykal.'
Tanpa membalas pesan itu, ia kembali memasukkan handphonenya ke dalam tas tangannya.
Nisa letih melihat kegigihan Haykal, padahal hidupnya sudah tenang 4 tahun ini. Tapi lagi-lagi semesta mempertemukannya lagi dengan laki-laki playboy itu.
Haykal, seorang badboy yang bukan lagi seorang remaja berumur 16 tahun. Entah apalagi yang akan direncanakannya kali ini.
Nisa harus membentengi hatinya agar tak jatuh hati pada playboy satu itu. Ia tidak ingin menjadi korban Haykal selanjutnya
***
Ralat, harusnya ia tak menerima ajakan Haykal untuk menjalin hubungan dengannya. Ada apa dengan otaknya beberapa menit yang lalu?
Astaga, menjalin hubungan dengan Haykal sama saja dengan mimpi buruk. Ia harus siap menanggung rasa sakit hati jika nanti akan dicampakkan Haykal seperti mantan kekasihnya terdahulu.
Lihatlah di depannya, netra Haykal terlihat berbinar-binar samar di balik kacamatanya. Lagi, Nisa mendesah cemas. Hanya karena muak dengan Haykal yang terus mengiriminya pesan bagaikan teror, ia langsung menerimanya tanpa pikir panjang.
"Makasih sayang, aku udah lama nunggu kata-kata itu keluar dari mulutmu," ujar Haykal sembari mencium punggung tangan Nisa bertubi-tubi.
Haykal merogoh saku jaketnya lalu membuka sebuah kotak kecil dan membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah gelang cantik bertahtakan manik-manik yang berbinar terang.
"Gelang ini sebagai tanda resminya kamu jadi kekasihku." Haykal tersenyum, meraih tangan Nisa dan memasangkan gelang itu pada tangan kirinya.
Nisa tertegun saat menatap gelang indah di tangannya, gelang itu berbandulkan wajah-wajah kucing berukuran kecil.
"Kamu suka?" tanya Haykal seraya menatap Nisa.
Gadis itu mendongak dan kedua netra itupun saling bertubrukan, Nisa memalingkan wajahnya lalu mengangguk.
"Syukurlah, aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk memilih gelang ini," desah Haykal lega.
"Makasih," cicit Nisa pelan.
Haykal mengangguk lalu meraih tangan Nisa, jemari Nisa begitu pas di tangannya membuat senyuman laki-laki tersebut mengembang.
Mereka saling bertatapan dengan arti yang berbeda-beda, Nisa dengan kegelisahannya dan Haykal yang matanya berbinar bahagia.
Yang Nisa belum ketahui adalah jika Haykal sudah mengikat sesuatu sebagai miliknya, maka selamanya ia tak akan bisa lepas.
Disinilah kisah mereka bermulai, semua rahasia yang ditutup rapat Haykal perlahan-lahan akan terkuak di depan gadis ini.
Nisa akan masuk sepenuhnya dalam dunia Haykal hingga mau tak mau ia akan terjebak dan tidak bisa keluar lagi.
Seharusnya dari awal Nisa menghindar dari Haykal karena ke depannya rasa penyesalan tersebut akan hadir kedepannya.
Akankah Nisa dapat menjauh dari Haykal atau malah terjebak seumur hidupnya dalam dunia Haykal?
Jawaban tersebut ada di tangan Nisa, pilihan-pilihan sulit akan mewarnai kehidupannya, menuntunnya pada jalan yang akan ditempuhnya tanpa dapat memutar balik.
****
Follow untuk tau ceritaku yang lain😻😽