Malam berganti pagi. Kini sang mentari mulai menampakkan diri. Kicauan suara burung pun mulai berdatangan menyambut datang nya hari. Lampu tidur yang masih menyala dan gorden yang belum di buka oleh pemilik kamar tersebut.
Tap
Tap
Tap
Terdengar suara langkah menuju kamar tersebut. Sampai akhirnya terdengar bunyi ketukan di kamar tersebut.
"Gibran!! Bangun sudah pagi jangan tidur terus!! Gimana kalo nanti telat hah?!" Teriak seseorang dari balik pintu.
Namun teriakan tersebut tak mampu membangunkan sosok Seorang Gibran yang tengah bermimpi indah. Ia masih terlelap dalam tidurnya sembari memeluk guling.
Sontak saja karena tidak ada jawaban dari dalam kamar, lantas seseorang yg berteriak tadi bergegas membuka pintu kamar Gibran. Ia menghampiri Gibran yang tengah tertidur sangat pulas.
"Enak banget ya tidur nya hah?! Kamu mau telat berangkat ke kampus Gibran?! Bangun sekarang atau semua aset kamu mama sita!!" Seru nya lalu menarik telinga Gibran.
"Ampun, ma. Maafin Gibran dong. Iya, iya Gibran berangkat tapi lepasin dulu dong. Ini telinga Gibran sakit tau" kesal Gibran sembari menatap mama nya.
Sontak karena melihat ekspresi Gibran yang terlihat kesal, Mama nya pun melepas kan tangan nya dari telinga Gibran.
"Makanya jangan keseringan main game terus, lihat sekarang muka kamu kaya panda aja. Udah sana kamu mandi abistu turun buat sarapan mama tunggu di bawah" ujar mamanya lalu ia bergegas keluar dari kamar Gibran.
Ia mengacak-acak rambutnya lalu bergegas untuk mandi.
......
"Ma, kapan kita akan pertemukan Gibran sama keluarga Antonio?" Tanya Tuan Keenan.
"Mungkin lusa kita akan pertemukan mereka pah" jawab Mama Dewi. "Mau pakai selai yang mana pah?"
"Pakai selai yang kacang aja, ma. Soalnya lagi pengen makan yang kacang" ucapnya sembari tersenyum.
"Okay pa" balasnya lalu mengambil roti dan setelahnya ia mengoleskan selai kacang ke atas roti tersebut. "Nih buat papa" memberikan roti tersebut kepada Tuan Keenan.
"Mama, Papa. Gibran Dateng nih" ucap Gibran sembari menenteng tas di punggung nya lalu ia duduk di kursi tepat di hadapan mama nya.
"Gibran mau pake selai yang mana nak?" Tanya Ibu Gibran.
"Gibran mau sama kaya yang papa makan dong, ma" Ia tersenyum lalu melihat sang ibu memberikan roti yang hampir sama dengan punya papa nya.
Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. Sontak membuat Gibran teringat ada janji dengan teman nya.
"Ma, Pa. Gibran duluan yah soalnya Gibran ada janji sama temen Gibran" pamit Gibran lalu ia segera bersalaman dengan Papa dan Mamanya.
"Hati-hati dijalan Gibran" ucap Mama dan Papa nya.
"Iya ma, pa" sahut Gibran lalu ia segera meninggalkan rumahnya.
............
Mobil berwarna merah berhenti tepat di kawasan parkir. Sesaat keluarlah sosok perempuan cantik dari mobil tersebut.
Rambutnya berwarna hitam dan sedikit bergelombang. Gadis ini punya rambut yang terbilang cukup panjang. Ia menggunakan kacamata hitam dan menenteng tas di punggungnya. Ia melihat sekeliling lalu menutup pintu mobil nya dan bergegas masuk ke dalam kampus. Tak lupa sebelum ia masuk ke kampus, terlebih dahulu ia mengunci pintu mobilnya.
"Wah primadona kita Dateng nih"
"Gea selalu cantik yah"
"Cantik banget dia"
"Fiks Gea milik gue"
"Emang Gea nya mau sama Lo?"
"Ya ga juga sih"
"Huuuu"
Gadis yang mendengar bisikan dari anak-anak kampus pun hanya menggelengkan kepala nya saja. Ia berjalan masuk ke dalam kelas nya.
Ia duduk di barisan depan. Lalu duduk di kursinya. Tak lama datanglah seorang perempuan berambut coklat ke abu-abu an. Ia duduk tepat disamping gadis yang tadi sedang di perbincangkan banyak orang.
"Morning, Gea" sapa nya sembari tersenyum.
Gadis yang di panggil itu menoleh lalu tersenyum manis. Lalu menjawab.
"Morning juga, Gladis. Udah sarapan?" Tanya Gea sembari menatap Gladis.
"Udah dong, Gladis mah selalu tepat waktu" jawab Gladis sembari tersenyum.
Gea hanya menggelengkan kepala nya. Memang sudah terbiasa dengan sikap Gladis. Walaupun dirinya primadona di sekolah tapi dirinya tidak pernah sombong sehingga banyak yang mau menjadi teman nya. Bisa di bilang satu kampus sudah mengenal dirinya dengan sangat baik.
......
"Baiklah sudah cukup disini yah anak-anak, bapak harap Minggu depan tugas skripsi ini harus selesai jika tidak ada yang selesai dalam 1 Minggu maka kalian harus terima hukuman dari bapak mengerti" kata sang dosen sembari menatap murid-murid nya.
"Mengerti pak"
"Baiklah karena pelajaran ini sudah selesai bapak pamit dulu permisi" pamit dosen tersebut lalu ia pergi meninggalkan kelas.
Sesaat setelah kepergian Sang Guru Dosen. Gea bergegas membereskan buku beserta bolpoin nya. Ia mengambil hp dan membawa 1 buku kosong.
"Gladis, Lo mau ikut gue ke perpustakaan ga?" ajak Gea sembari menatap Gladis.
Gladis menolehkan kepala nya lalu menatap Gea. Lalu ia menggelengkan kepala nya pertanda bahwa ia tidak bisa ikut Gea.
"Okay, gue ke perpustakaan dulu yah" ujar Gea lalu meninggalkan Gladis.
Setelah dirinya meninggalkan area kelas. Gea bergegas untuk pergi ke area perpustakaan, tempat dimana milyaran buku berada.
Sebelum dirinya memasuki area perpustakaan. Ia tak sengaja bertabrakan dengan seorang laki-laki.
"Heh kalo jalan tuh lihat-lihat bisa ga?! Jalan tuh liat nya ke depan bukan ke hp" Ketus laki-laki itu sembari menatap Gea kesal.
"Ini tuh tempat umum jadi bebas dong, Lo siapa? Ngatur-ngatur gue? Dahlah males gue ngurusin orang yang ga penting kaya Lo" balas Gea lalu ia menatap orang itu dengan tatapan sangat malas dan setelahnya ia segera masuk ke dalam perpustakaan.
'Boleh juga ni cewek, menarik tunggu aja Lo bakal jadi milik gue' batin laki-laki itu lalu ia bergegas untuk pergi.
.....
"Tu cowok siapa sih? Bisa-bisa nya gue tabrakan sama dia? Hais sial banget gue hari ini" kesal Gea lalu ia segera berkeliling area perpustakaan guna mencari buku incaran nya.
Rak 1 sudah ia lewati dan sekarang ia tengah mencari di bagian Rak 2. Sesaat mata nya melihat buku incaran nya tersebut terletak tepat di sisi kanan nya.
Ia beranjak mengambil buku itu tapi sayang nya buku itu sudah di ambil oleh orang yang tadi bertabrakan dengan dirinya.
"Lo!" ucap kedua nya bersamaan.
"Kenapa ketemu sama Lo lagi sih? Ini hari kek nya hari tersial gue deh. Bisa-bisa nya gue ketemu orang se-nyebelin ini" Gea menatap orang itu sejenak lalu memutarkan bola mata nya pertanda bahwa ia terlihat sangat kesal dengan kehadiran sosok laki-laki yang tadi sempat menabrak nya.
"Cih!! Lo kira gue mau gitu ketemu sama Lo? Dih ogah gue" laki-laki tadi menatap kepergian Gea lalu segera pergi sembari membawa buku yang tadi sempat menjadi incaran Gea dan sekarang sudah menjadi miliknya.
Ia berjalan menuju tempat dimana petugas perpustakaan berada lalu dirinya meletakkan buku yang tadi dia pegang ke arah meja.
"Mbak saya mau pinjam buku ini, tolong segera di catat di list pinjam" ucap nya
"Baik sebentar ya kak" balas petugas perpustakaan tersebut lalu ia mencatat buku yang dipinjam laki-laki itu.
"Sudah mbak?" Tanya laki-laki tersebut.
"Sudah kak, ini buku nya" Ucap sang petugas perpustakaan sembari memberikan buku tersebut ke laki-laki tersebut.
"Baik terima kasih mbak"
"Sama-sama kak"
Sesaat setelah dirinya keluar dari area perpustakaan tiba-tiba saja dirinya di kejutkan oleh kedatangan dua sahabat nya.
"Dorr"
"Yak!! Lo berdua suka banget sih hah ngagetin gue!! Kalo gue punya penyakit jantung gimana?! Mau tanggung jawab lo berdua?!" Seketika wajah lelaki tersebut berubah menjadi warna merah pertanda jika dirinya tersebut sedang marah.
"Eitss jangan marah dulu dong bro. Lagian kita berdua hanya bercanda, Gibran. Bener ga, dit?" ucap nya sembari merangkul pundak Gibran.
Lelaki yang tadi mengambil buku incaran Gea tak lain bernama Gibran, Gibran Al Keenan. Ia berdarah Indo-Korea. Memiliki hidung yang sedikit mancung dan rambut berwana hitam.
"Tau tuh jangan marah Napa dah, lagian kita cuma bercanda loh" imbuhnya sembari tertawa pelan.
Gibran menatap kedua sahabat nya ini, menatap dengan sangat kesalnya. Lalu dirinya melepas tangan Salah satu sahabatnya ini dengan sedikit kasar.
"Lo berdua ga ada beda nya yah, sama-sama bikin gue kesel. Dahlah males gue" Gibran menghembuskan napas berat nya lalu segera pergi meninggalkan kedua sahabatnya ini.
"Tu anak kek nya lagi pms deh, Evan" ucap Aditya lalu menatap Evan.
"Emang Lo kira dia cewek gitu? Sadar Napa dia tuh cowok dia ga bakalan pms ngerti. Dah yok kita balik ke kelas" ajak Evan lalu ia berjalan duluan.
"Iya dah" Adit menghela nafas lalu bergegas mengikuti langkah Evan.
....
"Nak hari ini kamu pake dress yang kemarin mama beliin, ga ada penolakan mama kasih waktu 15 menit. Ingat ga boleh kabur lagi ngerti" Ucap mama nya lalu pergi keluar dari kamar Gea.
Gea mendengus kesal lalu ia bergegas memakai dress yang kemarin di belikan oleh mamanya.
Dress berwarna hitam dengan motif bunga di bawahnya. Rambut yang sedikit bergelombang Dan tak lupa ia memakai bando di kepala nya. Ia bermake up seadanya, hingga terkesan natural.
"Gea sudah belum? Tamu kita sudah Dateng nih" teriak mama nya dari balik pintu kamarnya.
"Sebentar ma, Gea keluar nih" sahut Gea lalu ia segera keluar dari kamar nya.
Ia membuka pintu kamar nya dan menemukan sosok mama nya yang saat ini tengah menatap dirinya dengan penuh kekaguman.
"Cantik" itulah kata-kata yang lolos dari mulut sang mama nya lalu Gea hanya tersenyum simpul.
"Ayo nak kita ke depan" ajak mama Gea lalu dia menggandeng tangan Gea.
Ia beserta mama nya berjalan menuruni anak tangga yang mungkin sedikit banyak, bahkan tak bisa dihitung.
"Wah cantik banget anak kamu jeng" ucap seorang perempuan paruh baya yang saat ini tengah menatap Gea lalu dirinya tersenyum.
"Ayok nak" sang mama menyuruh Gea untuk duduk di depan nya dan bisa ia lihat sekarang ada satu sosok laki-laki yang hampir mirip dengan seseorang yang pernah bertabrakan dengan dirinya 2 hari yang lalu.
Laki-laki itu mendongak lalu menatap Gea dengan ekspresi terkejut begitupun dengan Gea. Pasal nya ia tidak tau jika laki-laki yang akan dijodohkan dengan dirinya itu tak lain adalah laki-laki yang 2 hari lalu bertabrakan dengan nya.
"Lo!!" ucap kedua nya secara bersamaan.
"Loh kalian saling kenal?" Tanya Tuan Keenan kepada Gea dan Juga Gibran.
Mereka saling menatap lalu menjawab pertanyaan dari tuan Keenan.
"Pah, dia tuh yang pernah Gibran ceritain ke papa. Masa papa lupa sih" Gibran menatap Gea sinis lalu melipat lengannya.
"Ck" Gea berdecak kesal lalu melihat ke arah mama dan papa nya. "Ma, Pa. Gea ga mau dijodohin sama dia" tangan Gea menunjuk ke arah Gibran.
"Lo kira gue mau gitu dijodohin sama Lo? Ogah gue" Gibran menatap Gea dengan ekspresi kesal.
"Sudah, sudah. Kalian berdua ini ribut aja kerjaan nya. Hati-hati loh dari yang tadinya berantem malah jadi suka" ledek mama Gea lalu tertawa melihat ekspresi yg keluar dari wajah Gea dan juga Gibran.
Gea melotot kan matanya lalu berdecak kesal.
'apa-apaan gue ga mau sama dia huh' batin Gea lalu diam.
.....
"Jeng, kita pamit duluan yah" pamit mama Gibran lalu memeluk mama Gea.
"Sering-sering kesini ya, Jeng" ucap Mama Gea lalu melepaskan pelukan tersebut.
Setelah selesai melepas pelukan itu, lantas mama Gibran menatap Gea. Ia menghampiri Gea. Dan sekarang dirinya tengah berhadapan langsung dengan Gea.
"Cantik, Tante pamit dulu yah" ujar Mama Gibran lalu mengelus-elus kepala Gea.
"Iya, Tante" balas Gea lalu tersenyum simpul.
"Yasudah kami duluan yah, Bro" ucap tuan Keenan lalu bersalaman dengan tuan Antonio.
Bersambung