Sepotong Hati di Garis Depan
Langit Jakarta sore itu diwarnai jingga keemasan namun bagi Arya dan Clara, warna itu terasa sendu Malam perpisahan selalu terasa lebih panjang, setiap detik berharga terukir dalam ingatan. Arya dengan seragam lorengnya yang rapi memeluk Clara erat Aroma maskulin bercampur wangi parfum Clara menciptakan simfoni yang akan terus terngiang di benak Arya.
“Jaga diri baik-baik ya, Sayang,” bisik Clara, suaranya sedikit bergetar menahan tangis. Matanya yang bening memancarkan kekhawatiran dan cinta yang mendalam.
Arya mengangguk, mengecup kening Clara lembut. “Pasti. Kamu juga, jangan khawatir berlebihan Aku akan kembali.” Kalimat itu walau sederhana mengandung janji yang besar. Janji yang diikat oleh harapan dan doa.
Mereka bertemu tiga tahun lalu di sebuah festival musik Arya yang gagah dengan tawa lepasnya langsung menarik perhatian Clara yang pendiam dan anggun Sejak saat itu, dunia mereka saling terkait Arya seorang perwira muda yang berdedikasi dan Clara seorang arsitek dengan impian besar Perbedaan profesi tak pernah menjadi penghalang justru membuat hubungan mereka semakin kaya warna Arya belajar tentang keindahan estetika dari Clara sementara Clara mengagumi keteguhan dan keberanian Arya.
Pagi buta ketika embun masih membasahi dedaunan Arya sudah berada di barisan bersama rekan-rekan tentaranya. Misi kali ini adalah menjaga perbatasan di wilayah konflik Berat Hatinya tertinggal separuh terikat pada sosok Clara yang mungkin masih terlelap Namun, tugas adalah prioritas Sumpah prajurit telah terucap.
Hari-hari di garis depan adalah perjuangan Panas terik berganti hujan deras hutan lebat menjadi saksi bisu latihan dan patroli tanpa henti Setiap malam, di bawah temaram cahaya senter, Arya akan mengeluarkan sepucuk surat dari saku seragamnya. Surat dari Clara. Tulisan tangannya yang rapi di setiap barisnya adalah pelukan hangat yang menembus jarak dan waktu.
“Aku merindukanmu lebih dari kata-kata bisa ucapkan,” tulis Clara dalam salah satu suratnya. “Rumah terasa begitu sepi tanpamu. Tapi aku tahu, kamu sedang melakukan hal besar. Aku bangga padamu, Prajuritku.”
Kata-kata itu menjadi vitamin bagi Arya. Mengusir lelah, membangkitkan semangat ia membalas surat Clara dengan coretan pena yang terkadang berlumuran tanah atau sedikit kotor oleh jejak lumpur Ia menceritakan tentang indahnya bintang di perbatasan, tentang persahabatan di antara rekan-rekannya, namun selalu menyembunyikan sisi keras dan bahaya dari pekerjaannya. Ia tak ingin Clara khawatir.
Suatu malam, saat patroli rutin, suara tembakan memecah keheningan hutan Arya dan pasukannya segera mengambil posisi Adrenalin memompa deras Dalam kepungan bahaya wajah Clara melintas di benaknya Janjinya untuk kembali untuk bisa lagi memeluknya, menjadi pendorong terbesarnya. Ia bertempur dengan gagah, melindungi rekan-rekannya, menjaga keamanan negara.
Setelah insiden itu Arya terluka di bahu Tidak serius, namun cukup untuk membuatnya diistirahatkan sejenak Saat itulah ia punya lebih banyak waktu untuk merenung. Betapa rapuhnya hidup, betapa berharganya setiap momen Dan betapa besar cintanya pada Clara.
Waktu berlalu, lambat namun pasti. Delapan bulan terasa seperti delapan tahun. Akhirnya, hari itu tiba. Hari di mana Arya dan pasukannya akan kembali ke Jakarta Debu perjalanan masih melekat di seragamnya, namun senyum mengembang di bibirnya.
Di gerbang markas, di antara kerumunan keluarga yang menyambut, pandangan Arya mencari satu sosok Dan di sana berdiri Clara dengan senyum merekah dan air mata bahagia yang membasahi pipinya Ia tampak lebih kurus namun matanya memancarkan cahaya yang sama bahkan lebih terang.
Arya berlari menghampirinya, melemparkan ranselnya begitu saja Mereka berpelukan erat pelukan yang lebih dari sekadar raga yang bersatu melainkan dua jiwa yang telah lama terpisah oleh jarak dan rindu.
“Aku kembali, Sayang,” bisik Arya, suaranya parau menahan haru.
Clara mengangguk, terisak di bahu Arya. “Aku tahu. Aku selalu tahu.”
Dalam pelukan itu di tengah riuhnya suara tawa dan tangis kebahagiaan, Arya tahu bahwa setiap pengorbanan setiap rindu setiap bahaya yang ia hadapi, semua terbayar lunas Karena sepotong hatinya yang ia tinggalkan pada Clara kini telah utuh kembali lengkap dengan cinta yang semakin dalam dan janji untuk masa depan yang lebih indah.