Bagian 1: Bayangan Masa Lalu
Angin musim dingin menyapu puing-puing desa kecil yang kini hanya tersisa reruntuhan. Bau darah, asap, dan kenangan yang hancur menyatu dalam satu aroma menyayat hati. Di tengah reruntuhan itu, seorang anak laki-laki berumur sekitar sembilan tahun berdiri diam, menatap kosong ke arah api yang belum padam di rumahnya—yang dulunya penuh tawa.
Namanya Ashura D. Noah Ryuji.
Tangan kecilnya menggenggam erat sebuah liontin perak yang tergantung di lehernya. Liontin itu satu-satunya benda yang tersisa dari ibunya—seorang wanita lembut yang selalu menyanyikan lagu pengantar tidur sambil menyisir rambutnya. Ayahnya, seorang pendekar kuat namun hangat, kini terkubur di bawah puing bersama seluruh masa depan Noah yang damai.
“Noah...” bisik suara terakhir ibunya, disertai tetesan darah yang mengalir dari bibirnya. “Jangan benci dunia ini... jadilah cahaya...”
Namun bagaimana mungkin?
Saat dunia merampas segalanya, bahkan sebelum ia tahu arti dari “keadilan”, dunia sudah lebih dulu menunjukkan bahwa kebaikan tak selalu menang.
---
Dunia ini bukan dunia biasa. Dikenal sebagai Artherra, sebuah dunia di mana sistem mengatur segalanya. Setiap manusia, begitu menginjak usia lima tahun, akan diberi akses ke Sistem, semacam mekanisme tak terlihat yang menampilkan status, level, skill, class, dan jalan hidup.
Namun Noah berbeda.
Ia lahir tanpa sistem.
Setidaknya, sampai hari itu—hari di mana desanya dihancurkan oleh pasukan kerajaan bayangan yang mencari sesuatu... atau seseorang.
Setelah tragedi itu, Noah berjalan tanpa arah. Tubuh kecilnya lemah, namun matanya tidak menunjukkan ketakutan—hanya kehampaan dan luka yang tak bisa disembuhkan. Ia melewati kota demi kota, tidur di pinggiran jalan, mencuri roti basi untuk bertahan hidup. Dunia memperlakukannya bukan sebagai anak kecil, tetapi sebagai hama yang mengganggu.
Sampai suatu hari, tubuhnya roboh di depan sebuah gua tua di tengah hutan.
---
Petir menyambar di langit, hujan deras mengguyur tanpa ampun.
Di dalam gua itu, Noah terbangun.
Kegelapan menyelimutinya, namun entah kenapa ia merasa tenang. Sebuah suara—dalam, gaib, namun lembut—berbisik di dalam pikirannya.
> "Apakah kau ingin kekuatan?"
Noah tidak menjawab. Matanya menatap kosong ke langit-langit gua.
> "Apakah kau ingin membalas dunia ini?"
Mata Noah perlahan menatap ke arah suara itu muncul—dari bayangan yang berkumpul menjadi bentuk kabur. Suara itu tidak memiliki tubuh, hanya kehadiran.
> "Kau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh manusia lain. Sebuah kehampaan yang bisa kau isi dengan kekuatan."
“...Kekuatan untuk apa?” tanya Noah, suaranya serak.
> "Untuk memilih jalanmu sendiri. Untuk menentukan apakah dunia ini layak dihancurkan… atau diubah."
Di saat itu, layar transparan muncul di depan matanya untuk pertama kali dalam hidupnya.
---
[SISTEM TERBANGUN]
Selamat datang, Ashura D. Noah Ryuji
Class Awal: ???
Status: Tidak Teridentifikasi
Anomali Terdeteksi: Sistem Khusus Diaktifkan
---
Noah menatap layar itu, tidak mengerti sepenuhnya, tapi jiwanya bergetar.
Sejak hari itu, sesuatu berubah dalam dirinya.
Ia tidak lagi hanya anak kecil yang ditinggalkan dunia. Ia adalah sebuah kekosongan… yang siap diisi oleh kekuatan dan kehendak.
---
Tiga tahun berlalu.
Noah tumbuh tanpa bimbingan, hanya ditemani suara dari dalam pikirannya dan sistem yang terus berkembang secara aneh. Ia tidak memiliki class seperti orang lain—ia memilikinya, namun tidak ada nama. Hanya deskripsi:
> "Kelasmu adalah milikmu sendiri. Dibentuk oleh luka, dipandu oleh keinginan, dan diasah oleh tindakan."
Ia membunuh binatang buas, bertarung melawan bandit, dan setiap darah yang menodai tangannya semakin mengukuhkan kekuatan dalam dirinya. Namun tak satupun luka luar itu mampu menyentuh luka batinnya.
Orang-orang mulai mendengar desas-desus tentang seorang anak berpenampilan lusuh, bermata tajam seperti iblis, dan mampu membunuh dengan satu tebasan belati.
Nama itu muncul pertama kali di kalangan kriminal: Ashura.
Dan Ashura adalah mimpi buruk yang hidup.
Namun di balik nama itu, Noah masih seorang anak yang terjaga di tengah malam karena mimpi buruk tentang ibunya. Yang masih memeluk liontin tua itu seolah bisa membuatnya merasa hangat lagi. Yang masih duduk sendiri sambil menatap bintang dan bertanya,
“Kenapa hanya aku yang tersisa?”
---
Di sebuah malam, saat api unggun kecil membakar kayu basah dan langit dipenuhi bintang, Noah duduk di tepi tebing. Kakinya menggantung, matanya kosong menatap lembah di bawah.
Suara langkah pelan terdengar dari belakang.
“Kalau kau duduk terlalu lama di situ, kau bisa jatuh, tahu?” kata seseorang dengan nada datar namun sedikit... peduli.
Noah menoleh. Sosok pria berpakaian gelap berdiri dengan pedang besar di punggungnya dan mata tajam penuh pengalaman. Wajahnya seperti menyimpan sejuta rahasia.
“Aku tak keberatan jatuh,” jawab Noah, dingin.
Pria itu duduk di sampingnya. “Tapi kalau kau jatuh, siapa yang akan membuat dunia ini membayar?”
Noah terdiam. Pertanyaan itu menusuk lebih dalam dari yang ia duga.
“Aku Asgard D. Nano Rise,” lanjut pria itu. “Dan kau, bocah, punya mata yang sama denganku—mata seseorang yang kehilangan segalanya.”
Malam itu, dua bayangan duduk bersama di bawah langit yang sunyi. Tak ada janji, tak ada pelukan, hanya satu kesamaan: kehancuran yang mengubah mereka.
Namun pertemuan itu adalah awal dari segalanya.
Awal dari perjuangan panjang Ashura D. Noah Ryuji.
---
[Akhir Bagian 1]
---