Di tengah keramaian kota, Alia lagi-lagi merasa ada yang hilang. Pekerjaan, teman-teman, bahkan keluarga—semuanya sudah sempurna. Tapi ada satu hal yang nggak bisa dia jelasin, satu perasaan yang sering datang tanpa bisa ditahan. Dia merasa seperti menunggu sesuatu. Atau lebih tepatnya, seseorang.
Hingga akhirnya, dia ketemu dengan Raka. Pria itu nggak terlihat spesial, tapi ada sesuatu dalam matanya yang bikin Alia merasa… seperti sudah lama kenal. Mereka ketemu di sebuah kafe biasa, tempat yang sama seperti hari-hari sebelumnya, tapi kali ini ada perasaan aneh yang muncul begitu mata mereka bertemu.
"Kenapa kamu ngeliat aku kayak gitu?" tanya Raka, senyumnya agak bingung tapi juga penasaran.
Alia cuma bisa terdiam sejenak, seolah-olah sedang mencari kata-kata yang tepat. "Kayaknya aku pernah ketemu kamu… sebelumnya," jawabnya, dengan suara yang lebih ragu daripada yang ia kira.
Raka cuma ngangguk pelan. "Mungkin di kehidupan lain, siapa tau kita pernah kenal," katanya dengan santai, seolah itu hal biasa.
Alia terdiam. "Kehidupan lain?" gumamnya, nggak bisa nangkep maksud Raka. Tapi anehnya, setiap kali dia bareng Raka, entah kenapa perasaan itu makin kuat. Perasaan kayak ada memori lama yang mulai muncul lagi, meski dia nggak ngerti kenapa.
Makin sering mereka ketemu, makin banyak hal aneh yang mulai terasa. Ternyata, Raka juga ngerasa hal yang sama. Entah kenapa, mereka berdua kayak punya ikatan yang lebih dari sekedar kenalan biasa. Bahkan, saat ngobrol atau berdekatan, rasanya kayak pernah ada di masa lalu mereka. Di kehidupan yang berbeda.
Lalu, pada suatu malam yang sunyi, Raka akhirnya ngomong hal yang bikin Alia terkejut. "Alia, aku ngerasa banget kalau kita pernah bareng sebelumnya. Entah di kehidupan mana, tapi aku yakin kita udah ketemu, dan sekarang kita dipertemukan lagi."
Alia nggak bisa tahan lagi. Air matanya jatuh tanpa bisa dicegah. "Aku juga ngerasain itu, Raka. Aku nggak tahu kenapa, tapi aku merasa kita punya sejarah yang lebih panjang dari yang kita pikirkan."
Raka meraih tangan Alia, menggenggamnya erat. "Mungkin ini kesempatan terakhir kita. Kalau memang kita dipertemukan lagi, kita nggak boleh terpisah lagi."
Alia ngerasa ada sesuatu yang sangat mendalam dalam kata-kata Raka. Dan dia tahu, perasaan itu nggak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Mereka berdua udah pernah punya kisah, dan sekarang, mereka diberi kesempatan buat melanjutkan cerita itu.
"Cinta kita nggak bakal pernah hilang, kan?" bisik Alia, dengan suara lembut.
Raka senyum, mengangguk pelan. "Cinta kita, yang terlahir kembali."
Di malam itu, di tengah kota yang biasa, dua jiwa yang terpisah akhirnya bersatu kembali. Nggak ada lagi keraguan, nggak ada lagi perasaan takut akan perpisahan. Cinta mereka nggak terbatas oleh waktu. Setiap kali mereka terlahir lagi, mereka selalu akan menemukan jalan untuk kembali satu sama lain.
Dan begitulah, cinta mereka terus berjalan, abadi, meski dunia terus berubah.
Tamat.