Pada tanggal 3 Maret 2023, pukul 06.30 pagi, di dalam sebuah bis yang akan berangkat untuk kegiatan sekolah lintas kurikulum, aku melihat seorang laki-laki yang mengenakan hoodie hitam. Pandanganku seolah tak bisa jauh darinya. Dalam hati, aku bertanya-tanya siapa dia sebenarnya.
“Siapa dia? Kenapa pakaiannya begitu tertutup?” pikirku.
“Sudahlah, mending aku taruh barang-barangku,” kataku dalam hati sambil berjalan melewati dia. Namun, rasa penasaran itu tidak hilang begitu saja. Setelah sampai di tempat dudukku, aku pun bertanya kepada teman di sampingku apakah dia mengenali laki-laki berhoodie hitam itu.
(Aku menyentuh pundak temanku) “Kamu tahu tidak siapa nama laki-laki yang duduk paling belakang itu, Lex?” tanyaku.
Alexa, temanku, menjawab pertanyaanku dengan ragu, “Aku tidak tahu siapa dia.”
Ya, temanku itu bernama Alexa Himawan Kimmy, dan dia adalah teman sebangkuku saat sekolah lintas kurikulum.
Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya kami tiba di kota Yogyakarta, tempat tujuan kami. Setibanya di hotel, aku dan teman-temanku beristirahat untuk mempersiapkan diri melanjutkan perjalanan ke Borobudur dan Malioboro keesokan harinya.
Pagi pun tiba, dan aku serta teman-temanku bersiap untuk berangkat ke tujuan pertama, yaitu Borobudur.
“Ayo cepat, nanti kita ditinggal!” seruku dengan keras kepada teman-temanku yang masih di dalam kamar.
“Iya, iya, sabar sedikit, kenapa sih?” jawab salah satu temanku dengan teriak, tampak masih setengah mengantuk. Sesampainya di bis, aku melihat laki-laki itu lagi. Kali ini, dia berbeda dari saat pertama kali aku melihatnya, kini dia mengenakan kaos merah yang membuatku semakin penasaran. Dia terlihat sangat tampan dengan kaos merah itu.
(aku melirik sekilas kearahnya) “wah,siapa sebenarnya namanya dia” tanyaku dalam hati
Tiba-tiba aku pun kaget karena teman-teman ku menepuk pundak ku
“hayo, kenapa ngelamun” tanya temenku
“aaa.. tidak kenapa-kenapa kok” jawab ku dengan patah-patah
“yakin nih, tidak ada apa-apa?” ledek teman menyenggol lengan ku
“iyaa” jawab ku dengan tegas
“baiklah” jawab teman ku
Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya kami tiba di Borobudur. Kami semua mengagumi keindahan dan sejarah yang tersimpan di situs bersejarah ini. Setelah selesai berkeliling dan menikmati setiap sudut Borobudur, kami kembali ke bis untuk melanjutkan perjalanan menuju Malioboro. Sebelum itu, kami mampir untuk makan siang di sebuah rumah makan khas Jogja. Di sinilah, dalam suasana santai, aku dan Ardan bertatapan satu sama lain.
“OMG... Tadi aku tatapan sama dia!” teriakku dalam hati, merasakan jantungku berdebar kencang. Rasa gembira dan gugup bercampur aduk dalam diriku, hingga teman-temanku mulai memperhatikanku.
“Woii, kamu kenapa?” tanya salah satu temanku, terlihat khawatir.
“Eh, tidak apa-apa,” jawabku cepat, berusaha menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya.
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan ke Malioboro. Di sana, kami diberi waktu lima jam untuk berbelanja oleh-oleh, foto-foto, dan menikmati kuliner. Dan aku dan teman-temanku pun turun untuk berbelanja di pasar Malioboro dan foto-foto disana.
“kalian mau beli apa disana?” tanyaku kepada teman-temanku
“hmm... aku tidak tahu mau beli apa” jawab Alexa
“aku sih.. mau beli bakpia buat mamaku” jawab temanku
“kalau kamu ?” tanya Alexa kepadaku
“Aku mau beli daster dan bakpia untuk keluarga,” jawabku
“wah, banyak sekali yang mau kamu beli” ucap temanku kagum
“ hehehe” aku pun cuma bisa tertawa kecil
Kami pun berkeliling Malioboro hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke bis. Saat sampai di bis, aku melihat laki-laki itu tertidur. Wajahnya tampan dengan bulu mata lentik yang membuatku terpesona.
“Ya Tuhan, betapa indahnya ciptaan-Mu,” ucapku dalam hati, terhanyut dalam keindahan yang ada di depanku.
Namun, lamunanku terputus ketika temanku kembali mengagetkanku.
“Hayo... kamu kenapa ngelamun?” tanya Alexa, menatapku dengan penasaran.
“Iya nih, aku lagi lihat si cowok ganteng itu, alias Ardan Giordano Leondra,” ledek temanku, membuatku tersipu.
Akhirnya dari kejadian itu, aku tahu nama laki-laki berhoodie hitam itu, ya dia adalah Ardan Giordano Leondra. Teman-temanku mulai menggodaku
“Kenapa kamu terus lihat Ardan?” tanya salah satu dari mereka.
“KAMU SUKA YA SAMA ARDAN?” tanya Alexa.
“APA SIH, AKU TIDAK SUKA SAMA DIA!” jawabku tegas, meskipun hatiku berdebar.
“masa sih” ledek Alexa
“iyaa” jawabku
Setelah perjalanan, bis pun mulai berjalan kembali ke kota asal. Sebelum pulang, kami makan malam di restoran. Di sinilah aku memberanikan diri untuk menyapa Ardan.
(dalam bis)
“Hi, Ardan,” sapaku.
“Eh, hai juga,” jawabnya.
“Kamu tidak ikut turun?” tanyaku.
“Tidak, aku sudah kenyang,” jawabnya.
“Oh, ya sudah. Aku turun ya, dah-dah,” ucapku.
“Ya, dah-dah,” balas Ardan.
Setelah percakapan singkat itu, hatiku berbunga-bunga. Setiap kali teringat senyumannya, aku merasa sangat senang. Aku mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Ardan di media sosial, tetapi sayangnya, informasi yang kutemukan sangat terbatas.
Setelah makan malam, kami pun pulang ke kota asal. Perjalanan yang panjang itu membuatku merenung, dan aku terus memikirkan cara untuk mendekati Ardan. Akhirnya, aku memutuskan untuk bergabung dengan komunitas yang sama dengan Ardan, berharap bisa berinteraksi dengannya lebih sering. Namun, seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa mungkin lebih baik memendam perasaan ini. Aku bersyukur pernah bertemu dengan Ardan, dan pengalaman itu telah memberikan warna baru dalam hidupku. Kenangan indah tentangnya akan selalu tersimpan di dalam hatiku, meskipun kami mungkin tidak akan bertemu lagi.
END
✮✮ terimakasih telah membaca ✮✮