Sehyoon merasakan ketegangan yang semakin memuncak saat ia berdiri di depan cermin besar di ruang tunggu agensi. Hari ini adalah hari yang sangat penting, sebuah langkah yang akan mengubah hidupnya selamanya. Setelah berhari-hari memikirkan segala hal, akhirnya ia harus mengambil keputusan besar—apakah ia akan terus melanjutkan kariernya di industri hiburan, atau memulai babak baru sebagai seorang ibu.
"Sehyoon, waktunya sudah tiba," bisik Manya, yang berdiri di sampingnya dengan senyum lembut. "Kamu sudah memikirkannya matang-matang, kan? Kami semua di sini untuk mendukungmu."
Sehyoon mengangguk pelan, meskipun perasaan di dadanya sangat berat. Ada perasaan campur aduk—takut, cemas, dan juga penuh harapan. Kehamilannya adalah kabar bahagia, namun dunia hiburan adalah tempat yang keras. Bagaimana penggemar akan merespon? Bagaimana agensi dan media akan menyikapinya?
Beberapa detik berlalu sebelum Sehyoon berbicara, suaranya hampir berbisik. "Aku tahu aku harus melakukannya, Manya. Tapi aku takut mereka akan menganggap aku tidak bisa menjalani karier ini dengan baik setelah aku menjadi ibu."
Manya menatapnya dengan tatapan penuh pengertian. "Kamu tidak sendirian, Sehyoon. Apa pun yang terjadi, kamu akan menemukan cara untuk menyeimbangkan semuanya. Dan yang terpenting, kamu akan tetap menjadi Sehyoon yang kuat, yang kami semua cintai."
Setelah beberapa saat, Sehyoon memutuskan untuk menyampaikan kabar tersebut langsung ke penggemar, dengan cara yang paling jujur. Dia tahu bahwa mereka berhak tahu tentang perubahan besar dalam hidupnya. Kabar kehamilannya tidak hanya berhubungan dengan dirinya sendiri, tapi juga dengan orang-orang yang selama ini telah mendukungnya.
Dengan hati yang sedikit lebih tenang, Sehyoon melangkah ke ruang studio tempat mereka sering melakukan siaran langsung untuk penggemar. Di sana, sudah ada kamera dan peralatan yang siap. Beberapa anggota GreatLady juga sudah hadir, mendukungnya.
"Selamat datang, semuanya," ujar Sehyoon dengan senyum tipis, meskipun matanya terlihat sedikit cemas. "Hari ini, aku ingin berbagi sesuatu yang sangat pribadi dengan kalian semua, sesuatu yang akan mengubah hidupku dan mungkin juga pandangan kalian terhadapku."
Ia menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, "Aku sangat berterima kasih atas segala dukungan yang kalian berikan selama ini. Karena itu, aku ingin jujur dengan kalian. Aku sedang hamil, dan ini adalah kebahagiaan yang sangat besar bagi diriku."
Silence mengisi ruang sejenak, sebelum komentar pertama mulai muncul di layar. Pesan-pesan dari penggemar mulai mengalir dengan cepat, beberapa di antaranya penuh dengan dukungan dan kegembiraan, sementara yang lainnya mengungkapkan kekhawatiran tentang masa depan karier Sehyoon.
Sehyoon merasa campur aduk membaca setiap pesan yang masuk. Namun, satu hal yang pasti—ia merasa lega telah mengungkapkan semuanya. Penggemar yang dulu menganggapnya sebagai idola, kini melihatnya sebagai seseorang yang juga punya kehidupan pribadi yang penuh dengan tantangan dan kebahagiaan.
Di sisi lain, agensi menghubunginya setelah siaran selesai. Manajernya, yang sudah mendengarkan pengumuman tersebut, meminta waktu untuk berbicara lebih lanjut.
"Sehyoon, kamu telah membuat langkah yang besar hari ini. Aku mengerti jika kamu merasa cemas. Ini memang akan mengubah banyak hal dalam kariermu, tetapi kita akan membantu merencanakan masa depanmu dengan hati-hati," kata manajernya.
Sehyoon menenangkan dirinya dengan mengingat kembali kata-kata Manya dan anggota lainnya. "Aku siap menghadapi apa pun yang akan datang. Ini adalah bagian dari hidupku, dan aku ingin menjadi jujur dengan diriku sendiri, juga dengan penggemar."
Manajernya mengangguk, meskipun wajahnya tampak serius. "Kamu benar, Sehyoon. Kami akan bekerja sama untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar, baik untukmu maupun grup."
Malam itu, Sehyoon pulang dengan perasaan campur aduk. Tetapi ada satu hal yang ia yakini—meskipun dunia berubah di sekitarnya, dia tidak akan pernah kehilangan dirinya sendiri. Ini adalah awal dari perjalanan baru, dan dia siap menghadapinya dengan kepala tegak. Kehamilannya adalah bagian dari cerita hidup yang ingin ia bagikan dengan dunia, tidak hanya sebagai seorang idola, tetapi juga sebagai wanita yang siap menjadi ibu.
Beberapa minggu setelah siaran langsung yang mengungkapkan kehamilannya, kehidupan Sehyoon mulai berubah. Tidak hanya penggemar yang memberikan respons yang beragam, tetapi juga rekan-rekannya di GreatLady dan tim agensi mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan baru ini. Setiap hari, Sehyoon merasa ada lebih banyak hal yang harus dipikirkan, tetapi satu hal yang pasti—ia merasa dikelilingi oleh dukungan yang tak terhingga.
Pagi itu, Sehyoon sedang duduk di ruang latihan, merenung sambil menatap ponselnya. Beberapa pesan dari penggemar datang berbarengan—beberapa sangat mendukung dan menyatakan rasa bahagia mereka atas kehamilannya, sementara yang lainnya lebih khawatir tentang masa depannya sebagai seorang idola.
"Sehyoon, aku sangat bahagia untukmu! Tapi, apakah kamu akan berhenti dari dunia hiburan?" pesan itu berasal dari seorang penggemar yang sangat mendukungnya sejak debut.
"Kami tidak sabar menunggu musik baru darimu, tetapi apakah kamu akan terus berkarier setelah kehamilan?" pesan lainnya bertanya dengan penuh perhatian.
Sehyoon tersenyum kecil membaca pesan-pesan itu. Baginya, ini adalah tanda bahwa penggemar benar-benar peduli padanya, meskipun kebanyakan dari mereka merasa cemas tentang perubahannya. Namun, hal yang membuatnya merasa lebih lega adalah dukungan yang datang dari rekan-rekannya di grup, yang terus memberikan semangat agar dia tidak merasa sendirian.
Manya mendekat dengan senyum lebar, membawa secangkir teh hangat. "Kamu oke, kan?" tanyanya dengan suara lembut, duduk di samping Sehyoon.
Sehyoon mengangguk, meskipun ada sedikit rasa khawatir di matanya. "Aku tahu mereka mendukung, tapi aku khawatir tentang pengaruhnya terhadap grup. Akan sulit melanjutkan semuanya setelah ini."
Manya menatapnya dengan serius, lalu berkata, "Sehyoon, kamu tidak sendirian dalam hal ini. Kami semua di sini untukmu, untuk mendukungmu dalam perjalanan ini. Jika kamu memutuskan untuk terus bekerja, kami akan mendukungmu. Tapi jika kamu memilih untuk mengambil waktu dan fokus pada keluarga, kami juga akan ada di sana."
Sehyoon merasakan kenyamanan dalam kata-kata Manya. Sepertinya, apapun keputusan yang ia buat, dia akan diterima. Hatinya mulai lebih tenang. "Terima kasih, Manya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, tapi aku merasa lebih baik setelah berbicara denganmu."
Manya mengusap punggungnya dengan lembut. "Kamu telah memberikan banyak kebahagiaan dan inspirasi kepada banyak orang, Sehyoon. Sekarang waktunya kamu untuk memilih kebahagiaanmu sendiri. Jangan biarkan siapa pun memaksamu untuk mengikuti jalan yang bukan milikmu."
Pagi itu berakhir dengan suasana lebih tenang di ruang latihan. Sehyoon merasa lebih siap untuk melangkah maju, tetapi ia masih belum yakin apakah akan terus melanjutkan kariernya atau mengambil jeda panjang. Setelah berbicara lebih banyak dengan anggota grup dan tim manajer, ia memutuskan untuk mengambil sedikit waktu untuk merenung dan memikirkan langkah selanjutnya.
Beberapa minggu berlalu, dan kehamilan Sehyoon semakin terlihat. Itu membuatnya semakin yakin bahwa hidupnya akan segera memasuki babak baru. Keputusan yang harus ia buat kini bukan lagi tentang dirinya sendiri, tetapi tentang bagaimana ia bisa menyeimbangkan pekerjaan, keluarga, dan pengaruhnya terhadap grup. Penggemar yang mendukungnya dengan tulus memberi Sehyoon semangat untuk melanjutkan, tetapi rasa tanggung jawab terhadap anggota grup lainnya juga terus mengganggu pikirannya.
Pada suatu malam, setelah latihan yang panjang, Sehyoon duduk di balkon studio mereka, menikmati angin malam yang dingin. Hatinya masih penuh dengan pertanyaan, tetapi ia tahu, apapun yang terjadi, ini adalah langkah yang harus ia ambil.
Keesokan harinya, Sehyoon memutuskan untuk berbicara dengan manajernya sekali lagi, untuk mengonfirmasi keputusan yang sudah mulai ia ambil dalam hati. "Aku ingin terus bekerja, tapi dengan beberapa perubahan yang perlu dilakukan. Aku akan lebih berhati-hati dalam memilih pekerjaan, dan kami mungkin perlu merencanakan lebih banyak waktu untuk keluarga."
Manajernya, yang sudah mengetahui keputusan Sehyoon, tersenyum penuh pengertian. "Kami akan mendukungmu, Sehyoon. Kita akan mencari jalan untuk membuat semuanya seimbang. Jika ada sesuatu yang kamu butuhkan, katakan saja."
Sehyoon merasa sedikit lega setelah pembicaraan itu. Ia tahu bahwa keputusannya bukanlah yang mudah, dan bahwa banyak hal yang akan berubah. Namun, dengan dukungan dari teman-teman, rekan-rekan grup, dan agensi, ia merasa lebih siap untuk menjalani perjalanan baru ini.
Dan meskipun tantangan dan ketidakpastian menanti di depan, Sehyoon tahu satu hal dengan pasti: apapun yang terjadi, ia tidak akan melakukannya sendirian.
Minggu-minggu setelah keputusan Sehyoon untuk terus bekerja sembari menjalani kehamilannya, hidupnya semakin sibuk dengan latihan, jadwal siaran, dan berbagai kegiatan yang harus ia jalani. Namun, setiap langkah yang ia ambil semakin terasa berat, bukan hanya fisik, tetapi juga emosional. Ia harus belajar menyeimbangkan peran baru sebagai calon ibu dengan tanggung jawabnya sebagai anggota grup.
Hari itu, Sehyoon merasa lelah setelah menjalani latihan yang cukup intens. Di ruang ganti, ia duduk di kursi sambil mengusap perutnya yang mulai membesar. Ada rasa cemas yang menggelayuti pikirannya. Terkadang, ia merasa tidak yakin apakah bisa terus melangkah dengan cara ini, tetapi di sisi lain, ia juga merasa bahwa ini adalah bagian dari perjalanan hidupnya yang harus ia jalani.
Manya, yang melihat Sehyoon duduk termenung, mendekatinya. "Kamu kelihatan lelah, Sehyoon. Jangan terlalu memaksakan dirimu. Kamu sudah melakukan yang terbaik."
Sehyoon menghela napas, tersenyum tipis. "Aku tahu. Tapi kadang-kadang aku merasa tidak cukup kuat. Apakah aku bisa melakukannya? Bagaimana jika aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk grup lagi?"
Manya duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya. "Kamu sudah memberikan banyak hal untuk grup ini, dan kamu akan terus melakukannya. Kehamilanmu tidak membuatmu kurang, malah itu menunjukkan betapa kuatnya dirimu. Kami semua akan membantu dan mendukungmu. Jangan merasa sendirian."
Sehyoon merasa hangat dengan kata-kata Manya. Rasanya, beban yang ia rasakan sedikit berkurang, meskipun ia tahu tantangan besar masih ada di depan mata. Ia merasa bersyukur memiliki teman-teman seperti Manya yang selalu ada untuknya.
Beberapa hari setelah percakapan itu, Sehyoon dan anggota GreatLady lainnya duduk bersama dalam sebuah pertemuan dengan manajer mereka. Topik utama yang dibahas adalah bagaimana grup bisa tetap berjalan dengan baik, dengan mempertimbangkan kondisi Sehyoon yang sedang hamil.
Manajer mereka memulai pembicaraan dengan nada serius namun penuh pengertian. "Sehyoon, kami semua memahami bahwa keadaanmu kini berbeda. Jadi, kita perlu merencanakan ulang jadwal kegiatan grup. Tidak ada yang ingin kamu merasa tertekan atau terlalu lelah. Yang paling penting adalah kesehatanmu dan kebahagiaanmu."
Sehyoon mengangguk. "Aku ingin terus berkontribusi, meskipun aku tahu itu tidak akan mudah. Tapi aku juga ingin memastikan aku bisa menjaga diriku dan bayi."
Manya tersenyum dengan penuh dukungan. "Kami sepenuhnya memahami, Sehyoon. Apapun keputusan yang kamu buat, kami akan tetap bersamamu."
Pembicaraan berlanjut dengan rencana-rencana baru yang lebih fleksibel. Sehyoon akan beristirahat lebih banyak, dan jadwal grup akan disesuaikan dengan lebih hati-hati agar tidak memberinya terlalu banyak beban. Keputusan ini memberi Sehyoon perasaan lega, meskipun ia tahu bahwa dunia hiburan akan selalu penuh dengan tantangan.
Keesokan harinya, Sehyoon kembali ke rumahnya dan duduk di ruang tamu, merenung tentang segala hal yang telah ia lalui. Sebuah perasaan haru tiba-tiba muncul. Ia merasa sangat beruntung memiliki orang-orang yang peduli dan mendukungnya, baik di grup, agensi, maupun penggemar yang terus memberikan semangat.
Namun, hari itu, ada satu kejadian yang mengubah pandangannya. Ia menerima pesan dari penggemar yang sudah lama mendukungnya, yang mengatakan bahwa mereka memahami keputusannya dan akan terus mendukung Sehyoon, apapun yang terjadi.
"Kami akan selalu mencintaimu, Sehyoon, apapun yang terjadi. Jangan pernah merasa kamu harus memilih antara karier dan keluarga. Kami akan mendukungmu setiap langkah."
Sehyoon merasa air mata menggenang di matanya saat membaca pesan itu. Penggemarnya tidak hanya mendukung kariernya, tetapi juga menghargai langkah besar yang ia ambil dalam hidupnya. Kata-kata itu memberi Sehyoon kekuatan baru. Ia tahu bahwa meskipun masa depan tidak pasti, ada cinta dan dukungan yang tidak akan pernah hilang.
Hari demi hari, Sehyoon belajar menerima kenyataan bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Namun, ia juga belajar bahwa dengan cinta dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, ia akan mampu menghadapinya. Sehyoon tidak lagi merasa tertekan, karena ia tahu bahwa ia memiliki kesempatan untuk menciptakan kebahagiaan yang baru, baik dalam kehidupan pribadinya maupun kariernya.
Dengan langkah mantap, Sehyoon memutuskan untuk terus melangkah, tidak hanya sebagai seorang idola, tetapi juga sebagai seorang ibu yang siap memberikan yang terbaik untuk masa depannya. Kehamilannya adalah bagian dari cerita yang lebih besar, dan ia akan menjalaninya dengan penuh harapan.
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan kehamilan Sehyoon semakin terlihat. Meskipun tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan, semangatnya untuk terus berkarier tidak luntur. Setiap kali ia merasa lelah atau tertekan, pengingat dari teman-teman dan penggemar selalu ada untuk membangkitkan semangatnya. Namun, di balik senyum dan ketegarannya, Sehyoon merasakan tantangan besar dalam menjalani rutinitasnya sebagai anggota grup yang tengah mengandung.
Pada suatu sore, setelah latihan vokal yang panjang, Sehyoon memutuskan untuk pulang lebih awal. Manya melihat Sehyoon berjalan dengan langkah pelan, wajahnya menunjukkan kelelahan yang jelas. "Sehyoon, kamu oke?" tanyanya sambil mendekati sahabatnya yang sedang duduk di sofa studio.
Sehyoon tersenyum lelah. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit capek. Rasanya, tubuhku lebih cepat lelah sekarang."
Manya duduk di sampingnya dan memberikan secangkir teh hangat. "Kamu nggak perlu merasa terbebani. Kita semua mendukungmu, dan aku yakin kita bisa menyesuaikan segalanya agar kamu nggak merasa tertekan."
Sehyoon memandang Manya dengan rasa terima kasih. "Aku takut kalau aku nggak bisa memberikan yang terbaik lagi. Itu yang paling aku khawatirkan."
Manya menggenggam tangan Sehyoon. "Kamu sudah melakukan banyak hal untuk grup ini, Sehyoon. Semua orang mengerti, dan kami tidak ingin kamu merasa kesepian dalam perjalanan ini. Kami akan bekerja sama untuk membuat semuanya berjalan lancar."
Sehyoon menunduk, meresapi kata-kata Manya. Ia tahu bahwa teman-temannya memang akan selalu mendukungnya, tetapi kadang ia merasa cemas dengan peran barunya sebagai seorang ibu. Bagaimana caranya agar ia tetap bisa memberikan kontribusi maksimal untuk grup dan tetap menjaga kesehatannya?
Pada malam yang sama, setelah latihan, Sehyoon menerima pesan dari salah satu penggemarnya yang menanyakan apakah ia sudah memutuskan untuk mengambil cuti sementara dari dunia hiburan. Sehyoon merasa ragu untuk menjawab. Ia ingin terus bekerja, tetapi pada saat yang sama, ia merasa cemas tentang keputusan yang harus diambil. Beberapa hari terakhir, banyak penggemar yang menanyakan hal serupa.
Mengingat itu, Sehyoon merasa perlu berbicara dengan manajernya. Pagi berikutnya, mereka bertemu untuk mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya. Manajernya duduk di depan Sehyoon dengan senyum hangat, memahami segala kebimbangan yang ia rasakan.
"Sehyoon, kita tahu bahwa ini bukanlah waktu yang mudah bagimu. Kehamilan adalah langkah besar, dan kamu tidak perlu merasa terbebani untuk memaksakan diri terus bekerja seperti sebelumnya. Kami bisa menyesuaikan jadwalmu agar lebih fleksibel," kata manajernya dengan penuh pengertian.
Sehyoon menatapnya, ragu. "Tapi aku merasa bahwa jika aku berhenti sekarang, penggemar mungkin kecewa. Aku tidak ingin meninggalkan grup, tapi aku juga tidak tahu bagaimana harus terus berkarier dan menjaga kesehatanku."
Manajernya tersenyum. "Kamu sudah memberikan banyak hal, Sehyoon. Kamu sudah mewujudkan impian banyak orang, termasuk kami. Sekarang waktunya untuk kamu memikirkan dirimu sendiri dan keluarga yang akan segera datang. Kami akan bekerja keras untuk mencari cara agar kamu tetap bisa bekerja tanpa merasa tertekan."
Sehyoon merasa lega mendengar kata-kata itu. Ini adalah keputusan yang tidak mudah, tapi ia merasa lebih ringan. "Aku ingin terus melanjutkan, tapi aku juga ingin memastikan aku bisa menjaga kesehatan dan kebahagiaan. Jadi, mungkin kita bisa membahas jadwal yang lebih ringan."
Manajernya mengangguk. "Tentu saja. Kita akan menyesuaikan jadwal dan mengatur agar kamu tidak merasa kelelahan. Kehamilan adalah perjalanan yang penuh perubahan, dan kita akan mendukungmu dalam setiap langkah."
Hari-hari berikutnya berjalan lebih lancar setelah Sehyoon memutuskan untuk mengambil pendekatan yang lebih hati-hati. Dia mengurangi beberapa kegiatan yang bisa menguras tenaganya dan fokus pada latihan yang lebih ringan serta lebih banyak waktu istirahat. Setiap kali ia merasa lelah, anggota grup lainnya akan mengingatkannya untuk tidak terlalu memaksakan diri.
Namun, meskipun semuanya mulai berjalan lebih baik, ada saat-saat di mana Sehyoon merasakan ketidakpastian yang mendalam. Apakah ia akan mampu terus menjalani peran sebagai seorang idola setelah menjadi ibu? Apakah perubahannya akan diterima dengan baik oleh penggemar?
Suatu malam, Sehyoon berdiri di balkon apartemennya, menatap langit malam yang cerah. Ia merasa ada ketenangan di dalam dirinya, meskipun ragu-ragu itu masih ada. Setelah beberapa lama, ia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Manya.
Manya menjawab dengan cepat, "Sehyoon, ada apa?"
Sehyoon mendesah pelan. "Aku merasa cemas tentang masa depan. Apakah aku bisa melakukannya? Aku tidak ingin kehilangan apa yang telah kami bangun bersama grup ini, tapi aku juga ingin menjadi ibu yang baik."
Manya diam sejenak sebelum berbicara dengan lembut, "Sehyoon, kamu tidak perlu memilih antara keduanya. Kamu bisa menjalani keduanya dengan cara yang berbeda. Tidak ada salahnya menjadi ibu dan tetap menjadi dirimu sendiri di dunia hiburan. Kami akan mendukungmu."
Sehyoon tersenyum, merasa hangat mendengar kata-kata sahabatnya. "Terima kasih, Manya. Aku merasa lebih baik sekarang."
Saat itu, Sehyoon merasa untuk pertama kalinya bahwa meskipun dunia di sekitarnya penuh ketidakpastian, ada satu hal yang pasti: ia tidak akan menghadapi perjalanan ini sendirian. Dengan dukungan dari teman-teman, keluarga, dan penggemarnya, Sehyoon merasa lebih siap untuk menjalani kehidupan baru yang penuh harapan.
Waktu terus berjalan, dan kehamilan Sehyoon semakin memasuki trimester kedua. Meski tubuhnya semakin membesar, semangatnya untuk terus aktif di grup tak pernah surut. Namun, ia mulai merasakan bahwa keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadinya menjadi semakin sulit dicapai. Kadang, rasa lelah yang begitu dalam membuatnya merasa terbebani, tapi ia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus ia hadapi—kebahagiaan yang datang dari calon buah hatinya.
Suatu pagi, setelah berlatih vokal selama beberapa jam, Sehyoon duduk di ruang ganti dengan wajah lelah, menatap cermin. "Apakah aku benar-benar bisa melakukannya?" pikirnya dalam hati, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke ponsel di meja. Ada pesan masuk dari Manya, yang memintanya untuk segera datang ke ruang latihan.
“Sehyoon, datanglah ke ruang latihan sekarang. Ada kejutan untukmu!” pesan itu singkat, tapi penuh dengan tanda seru.
Sehyoon merasa penasaran. Dengan sedikit rasa cemas, ia pergi ke ruang latihan, berharap bisa melupakan sedikit kekhawatirannya dalam dunia yang lebih familiar. Begitu memasuki ruangan, ia langsung disambut dengan suara sorakan keras dari anggota grup lainnya.
“Selamat, Sehyoon!” teriak Manya, diikuti dengan tepukan tangan dari seluruh anggota grup. Sehyoon terkejut melihat semua orang berkumpul di sana, dan di tengah ruangan terdapat sebuah meja kecil dengan kue berbentuk bayi yang lucu dan beberapa hadiah.
"Apa ini?" tanya Sehyoon, bingung.
Manya tersenyum lebar. "Ini untuk menyambut calon bayi kamu! Kami ingin memberi kamu kejutan karena kamu sudah menjadi ibu yang luar biasa meskipun masih dalam perjalanan kariermu."
Sehyoon merasa hati dan matanya berbinar. Ia tidak menyangka bahwa teman-temannya akan merayakan hal ini begitu istimewa. Perasaan terharu mengalir begitu saja. Ia merasa benar-benar diterima, baik sebagai Sehyoon yang dulu, yang terkenal di atas panggung, maupun sebagai calon ibu yang kini tengah menjalani perjalanan baru dalam hidupnya.
"Terima kasih... kalian semua tahu betapa pentingnya momen ini bagiku," kata Sehyoon dengan suara bergetar, hampir tidak bisa menahan air mata.
Selama perayaan kecil itu, anggota grup lainnya memberikan hadiah yang penuh makna. Beberapa dari mereka memberikan pakaian bayi yang lucu, sementara yang lain memberi peralatan kecil yang berguna untuk persiapan kelahiran. Ada juga kartu ucapan yang penuh dengan kata-kata semangat, yang mengingatkan Sehyoon bahwa ia tidak hanya memiliki grup yang solid, tetapi juga sebuah keluarga besar yang mendukungnya dalam setiap langkah.
Di tengah kebahagiaan itu, Manya mendekatkan dirinya kepada Sehyoon dan berbisik, "Kamu tahu, Sehyoon, kami selalu mendukungmu, bukan hanya sebagai idola, tapi sebagai teman dan keluarga. Kehidupan ini akan berubah, dan kami ingin menjadi bagian dari perjalananmu."
Sehyoon mengangguk, merasa lebih kuat dari sebelumnya. Meskipun masa depan masih terasa penuh ketidakpastian, momen-momen kecil seperti ini mengingatkannya bahwa ada banyak hal indah yang bisa ia nikmati, meski di tengah segala tantangan. Teman-temannya di GreatLady selalu ada untuk memberi dukungan, apapun yang terjadi.
Beberapa minggu setelah perayaan kejutan itu, Sehyoon merasa semakin dekat dengan para anggota grup. Mereka semakin memahami satu sama lain, dan perasaan solidaritas di antara mereka semakin kuat. Sehyoon juga mulai merasa lebih nyaman dengan peran barunya. Ia merasa siap untuk menghadapi setiap perubahan yang akan datang, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi.
Namun, ada satu perasaan yang masih menghantui Sehyoon. Terkadang ia merasa cemas tentang peran ibu yang akan segera dijalaninya. Ia tahu menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi jika ia harus terus menjalani kehidupan sebagai seorang idola. Ada rasa takut akan kegagalan—gagal menjadi ibu yang baik, gagal menjalani karier dengan penuh semangat. Tetapi, setiap kali rasa cemas itu datang, ia ingat apa yang telah dikatakan Manya: bahwa ia tidak perlu memilih antara keduanya.
Hari itu, saat Sehyoon tengah duduk di ruang latihan setelah latihan ringan, ia merasakan sebuah tendangan lembut dari dalam perutnya. Senyum langsung merekah di wajahnya, seolah itu adalah tanda bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia menaruh tangan di perutnya, merasakan setiap gerakan kecil yang memberinya kekuatan dan keyakinan.
"Kamu akan menjadi bagian dari dunia yang penuh cinta dan dukungan, dan kami akan selalu ada di sini untukmu," bisik Sehyoon, dengan hati yang dipenuhi harapan.
Tak lama setelah itu, Sehyoon mendapat kabar dari dokter bahwa kondisinya dan janinnya baik-baik saja. Ia merasa tenang, seakan-akan dunia kembali berjalan sesuai dengan ritmenya. Kehamilannya mungkin akan menghadapi banyak tantangan, tetapi kini ia merasa yakin bahwa ia tidak akan berjalan sendirian.
Di luar sana, dunia hiburan terus berjalan, dan karier Sehyoon sebagai anggota GreatLady juga tetap berlanjut, meski dengan penyesuaian jadwal yang lebih fleksibel. Dengan dukungan dari teman-temannya, penggemarnya, dan keyakinan dalam dirinya, Sehyoon mulai menyadari bahwa perubahan ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan baru yang penuh dengan kebahagiaan dan makna.
Ia akhirnya memahami bahwa setiap langkah, setiap perubahan, adalah bagian dari perjalanan hidup yang indah—dan sebagai seorang ibu yang akan segera menyambut buah hatinya, ia merasa siap menyongsong masa depan dengan penuh harapan.
Beberapa minggu setelah kejutan perayaan kecil itu, Sehyoon semakin merasa nyaman dengan peran barunya. Kehamilannya mulai menunjukkan tanda-tanda yang lebih jelas, dan meskipun terkadang merasa lelah, semangatnya tidak pudar. Hari-hari yang berlalu semakin terasa spesial, terutama saat ia merasakan tendangan kecil di perutnya—sebuah pengingat bahwa kehidupan baru sedang tumbuh di dalam dirinya.
Suatu sore, saat Sehyoon sedang berjalan menuju ruang latihan, Manya menghampirinya dengan wajah yang penuh kegembiraan. "Sehyoon, aku baru saja mendapat kabar! Manajer bilang kita akan tampil di acara besar akhir bulan ini. Semua anggota akan terlibat, dan aku yakin ini akan menjadi momen yang luar biasa untuk kita!" Manya berkata dengan antusias.
Namun, Sehyoon merasakan kecemasan yang muncul begitu saja. Ia tahu tampil di panggung besar berarti latihan intens dan jadwal yang padat. "Manya... aku... aku masih ragu apakah aku bisa melakukannya. Kehamilanku mulai terasa semakin berat. Aku takut kalau aku tidak bisa memberikan yang terbaik," kata Sehyoon, suaranya bergetar sedikit.
Manya menatap sahabatnya dengan mata penuh pengertian. "Sehyoon, kamu tidak perlu merasa seperti itu. Jika kamu merasa kelelahan atau tidak bisa mengikuti jadwal, kita bisa cari solusi. Kita bisa sesuaikan semuanya agar kamu tetap bisa berpartisipasi tanpa mengorbankan kesehatanmu."
Kata-kata Manya memberi Sehyoon sedikit ketenangan, tetapi ia masih merasa bimbang. Menjadi seorang ibu yang baik sambil tetap menjalani kehidupan profesional sebagai idola adalah tantangan besar yang belum sepenuhnya ia pahami. Namun, ia tahu bahwa ia tidak sendirian dalam hal ini. Teman-temannya di grup akan selalu mendukung, dan mereka akan bersama-sama mencari cara terbaik agar semuanya tetap berjalan lancar.
Di hari-hari berikutnya, Sehyoon memutuskan untuk berbicara langsung dengan manajernya mengenai keputusannya. Mereka bertemu di sebuah kafe yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kegiatan grup. Manajernya melihat Sehyoon dengan penuh perhatian, mendengarkan setiap kekhawatiran yang ia ungkapkan.
"Sehyoon, kami mengerti bahwa kehamilanmu adalah hal yang perlu diperhatikan, dan kami sangat menghargai setiap keputusan yang kamu buat. Jika kamu merasa bahwa tampil di acara ini terlalu banyak bagi tubuhmu, kami bisa mencari solusi. Kamu adalah bagian penting dari grup, dan kami akan mendukungmu dengan segala cara," kata manajernya dengan penuh pengertian.
Sehyoon menarik napas panjang, merasa lebih tenang setelah berbicara dengan manajernya. "Aku ingin tetap tampil, tapi aku juga ingin menjaga kesehatan dan mengurangi tekanan pada diriku. Bisa nggak kita buat jadwal yang lebih fleksibel untuk latihan dan tampil di acara itu?"
Manajernya mengangguk dengan senyum. "Tentu, Sehyoon. Kita bisa atur semuanya. Yang penting adalah kamu merasa nyaman dan bisa melakukannya tanpa merasa terbebani."
Dengan keputusan itu, Sehyoon merasa lebih lega. Ia kembali ke latihan dengan semangat yang baru. Meskipun ada rasa cemas yang masih menyelimuti, ia tahu bahwa ia tidak perlu memaksakan diri. Ia bisa tetap berkontribusi pada grup, namun dengan cara yang lebih seimbang.
Pada hari acara besar itu tiba, Sehyoon berdiri di belakang panggung, mengenakan pakaian panggung yang membuatnya merasa cantik meski tubuhnya semakin membesar. Para anggota grup lainnya memandangnya dengan senyum penuh dukungan. "Kamu terlihat luar biasa, Sehyoon," kata Manya dengan semangat.
Saat giliran mereka tampil, Sehyoon merasakan getaran dalam tubuhnya—lebih dari sekadar kegembiraan. Ini adalah momen yang penuh makna baginya. Ia tahu, meskipun banyak hal yang berubah, ia masih menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dengan setiap lagu yang mereka nyanyikan dan setiap gerakan yang mereka lakukan di atas panggung, Sehyoon merasa terhubung dengan semua orang yang telah mendukungnya selama ini—terutama dengan para penggemar yang setia.
Pada akhir pertunjukan, Sehyoon merasakan kebahagiaan yang mendalam. Meskipun tubuhnya merasa lebih lelah dari sebelumnya, ia merasa puas. Ia bisa melakukan apa yang ia cintai, namun juga menjaga dirinya sendiri dan calon bayinya. Di panggung itu, ia tidak hanya merasa sebagai seorang idola, tetapi juga sebagai seorang wanita yang siap menjalani perjalanan hidup yang baru.
Setelah acara selesai, Sehyoon duduk di ruang ganti, merasakan senyum puas di wajahnya. Manya datang menghampirinya, memeluknya dengan hangat. "Kamu luar biasa, Sehyoon. Kami semua bangga padamu."
Sehyoon tersenyum sambil mengusap perutnya, merasakan tendangan lembut dari dalam. "Terima kasih, Manya. Aku merasa lebih kuat dari sebelumnya. Ini semua karena dukungan kalian."
Hari-hari setelah itu terasa penuh kebahagiaan. Sehyoon mulai merasa bahwa peran sebagai ibu dan idola bisa berjalan berdampingan, asalkan ia tidak ragu untuk meminta dukungan dan menyesuaikan segalanya agar tetap sehat. Ia tidak perlu merasa bersalah karena mengambil langkah-langkah kecil untuk menjaga dirinya dan keluarganya.
Sebuah perjalanan baru dimulai untuk Sehyoon, dan meskipun jalan yang ditempuh tidak selalu mulus, ia tahu bahwa ia siap menghadapi apapun yang datang. Dengan semangat baru dan keyakinan yang lebih besar, ia menatap masa depan, penuh dengan harapan dan kebahagiaan yang tak terduga.