Namanya Nia, dan dia adalah cinta pertamaku. Kami bertemu di kampus, saat semuanya terasa begitu baru dan penuh harapan. Dari sekian banyak orang, dia adalah satu-satunya yang membuat dunia ini terasa lebih hidup. Setiap senyumnya, setiap gelak tawanya, seolah membawa kebahagiaan yang sulit dijelaskan.
Hubungan kami berjalan selama tiga tahun. Awalnya, semuanya sempurna—penuh dengan canda tawa, rencana masa depan, dan mimpi-mimpi indah. Namun, seperti banyak cerita lainnya, kehidupan mulai menunjukkan sisi lain yang tidak pernah kami duga.
Masalah kecil berubah menjadi besar. Perbedaan yang dulu terasa sepele menjadi sesuatu yang sulit untuk diabaikan. Dia ingin mengejar karir di kota besar, sementara aku terikat dengan pekerjaanku di kota kecil tempat kami tumbuh bersama. Kami mencoba bertahan, saling berkompromi, tapi sepertinya jalan kami mulai berbeda.
Hari itu akhirnya tiba. Kami duduk berdua di taman favorit kami, tempat di mana semuanya pernah terasa begitu indah. Dia berkata dengan suara yang bergetar, "Aku nggak tahu harus gimana lagi. Aku sayang kamu, tapi kita nggak bisa terus begini."
Aku ingin mengatakan sesuatu, ingin meyakinkannya untuk bertahan. Tapi di dalam hati, aku tahu dia benar. Jalan kami sudah terlalu jauh berbeda. Dengan berat hati, aku hanya bisa mengangguk. Itu adalah keputusan paling sulit yang pernah aku buat.
Hari-hari setelah perpisahan itu terasa seperti neraka. Setiap sudut kota ini mengingatkanku padanya. Lagu-lagu yang dulu kami dengarkan bersama tiba-tiba menjadi pilu. Bahkan udara terasa berbeda tanpa kehadirannya.
Yang paling menyakitkan adalah mengetahui bahwa dia tidak lagi menjadi bagian dari hari-hariku. Bahwa aku tidak bisa lagi mendengar suaranya, melihat senyumnya, atau merencanakan masa depan bersamanya.
Waktu berlalu, luka itu perlahan sembuh, meskipun tidak sepenuhnya hilang. Aku menyadari bahwa beberapa cinta memang datang untuk mengajarkan sesuatu, bukan untuk tinggal selamanya. Dia adalah bagian penting dari hidupku, meskipun kini hanya menjadi kenangan.
Namun, di lubuk hati yang paling dalam, aku tahu, dia adalah pengalaman putus cinta yang paling sulit dilupakan. Karena, bagaimana mungkin kita melupakan seseorang yang pernah menjadi seluruh dunia kita?