Di tengah pohon rindang dekat sungai itu terlihat seorang gadis yang sedang terlelap dalam tidurnya sambil memeluk sebuah buku dengan erat, suara gemuruh angin terdengar kencang membuatnya semakin terlelap dalam mimpi indahnya tanpa menghiraukan seseorang yang kini sedang menatapnya.
“ hei arum bangun.. “ guncang seorang anak laki-laki di sampingnya.
“ .....apa sih kak arum ngantuk tau“ ucapannya lalu kembali terlelap.
Aku adalah Arumi Suizuna Hanzu, seorang gadis yang telah terlelap itu . aku adalah seorang putri dari keluarga konglomerat yang memiliki 2 saudara yaitu kak Yueke dan kak Keyzuma dan orang di sampingku adalah kakak keduaku Yueke Hanzu itu adalah namanya dia adalah seseorang yang dari kecil selalu ada di sampingku. Ayahku adalah seseorang yang hebat, dia mengajarkan kepada kami agar selalu bersikap dewasa dan hidup dalam kesederhanaan. Sementara itu aku juga mempunyai ibu yang sangat kuat, dan cantik. Namun sayangnya ibuku lebih memilih melahirkan diriku dibandingkan dengan nyawanya.
Suara klakson mobil terdengar menuju telingaku di tengah tertidur lelap. Aku pun bangkit dan segera berlari menuju mobil yang telah terparkir di depan Villa.
“ papa..” panggilku kegirangan.
“ gadis kecil papa “ ucap papa memeluk tubuh mungilku.
“ papa apakah papa dan kak Key akan menemani Arum malam ini “ tanyaku penasaran.
“ sepertinya ia, baiklah mari kita bermain sepuasnya malam ini “ ucap papaku penuh tawa.
Hari itu kami bermain bersama hingga larut malam, aku tertidur di pangkuan papaku bersama dengan kedua kakakku. Papa sepertinya merasa berat karna tertimpa tubuh kami. Namun, papa tidak membangunkan kami hingga pagi hari tiba.
“ Arum.... Arum bangun! “ teriak kedua kakakku.
Aku pun terbangun sambil mengusap kedua mataku dan menggaruk rambutku yang berantakan, aku berusaha membuka mataku dan terkejut dengan apa yang telah terjadi.
“ kakak hidung Arum kenapa? Kenapa hidung Arum merah “ ucapku dengan tatapan berkaca-kaca.
Kak Keyzuma berlari mencari ayahku sementara kak Yueke berusaha menenangkanku. Jujur saja umurku telah menginjak 7 tahun namun perlakuanku terhadap keluargaku masih sangat manja.
Ketika tiba di sana ayah bergegas membasuh hidungku dan menggantikan bajuku yang terkena sedikit darah.
“ sudah itu hanya darah biasa Arum jangan terlalu panik, ayo kita sarapan bibi Nara sudah memasakkan sarapan untuk kalian “ ucap papa menenangkanku.
Kami pun bergegas menuju meja makan dan mencicipi hidangan sarapan sambil tertawa riang. meski setelah itu ayah akan pergi bersama kak Key karna pekerjaan ayah terlalu banyak bahkan kami hanya bisa menghabiskan waktu hanya di akhir pekan saja.
Hari-hariku berjalan baik meskipun aku rasa semakin aku dewasa kondisi fisikku memburuk. Bahkan aku menggigil, demam tinggi bahkan sering pingsan tanpa sebab pada umurku yang kini telah mencapai 15 tahun.
Ayah selalu membawaku untuk memeriksa kesehatan bahkan kini aku tinggal bersamanya di kota namun, tidak ada penyakit yang dokter bisa temui dalam diriku. Terkadang aku bingung apakah aku akan terus seperti ini? Atau akan berakhir?. Hingga suatu saat ketika ayah membangunkanku untuk sarapan namun aku tak kunjung bangun hingga ia bergegas membawaku menuju rumah sakit.
Kala itu sungguh prihatin diriku ini tubuhku di pasangi selang infusan bahkan oksigen, aku masih bernafas, detak jantungku juga masih normal namun. tubuhku rasanya berat untukku gerakan bahkan mataku pun tak sadar selama 3 malam.
Aku terbangun melihat sekelilingku yang berwarna putih serta tanganku yang berat dengan sebuah selang yang membuatku merasa terpenjara di dalamnya. Aku melihat pria tertidur di dekatku sepertinya ia lelah, matanya seperti tak tidur selama beberapa malam, dan rasanya banyak sekali masalah yang menghantam fikiranya.
Dia sepertinya menyadari diriku yang baru saja siuman. Dia bergegas memelukku erat, tangisnya pecah. Perasaan sedih serta takut kehilangan menghantui dirinya.
“ Arum... maafkan papa karna tidak menjagamu dengan baik “ ucap papa dengan matanya yang benar-benar merah.
“ papa... Arum sayang papa, makasih karna papa selalu ada buat Arum “ ucapku menangis dipelukannya.
Suasana di rumah sakit kini membaik, tubuhku mulai pulih bahkan aku bisa berjalan-jalan di halaman rumah sakit meskipun masih harus di temani kedua kakakku. Aku menghirup udara segar dan duduk di salah satu kursi yang ada di taman.
Kak Key mendekatiku ia sungguh penasaran dengan apa yang akan kulakukan. Sementara kak Yueke ia sedang membeli makanan di depan sana.
“ hei apa yang kau tulis “ ucap kak Key.
“ Hm aku tidak akan memberi tahumu lagi pula ini untuk papa bukan untukmu “ ucapku
Di tengah sedang asyik menulis tiba-tiba kepalaku sakit hebat, jantungku berdetak sangat kencang dan darah perlahan menetes keluar dari hidungku, pandanganku mulai kabur dan tubuhku pun ambruk di pelukan kak key yang menahan tubuhku.
Kak key bergegas membawaku ke ruangan, sedangkan kak yueke bergegas memanggil dokter lalu menghubungi papa. Seluruh tenaga medis hadir di sana, sementara papa dan kakak-kakakku hanya bisa berdoa yang terbaik.
Jantungku sudah sangat lemah, tubuhku rasanya ringan, rasa sakitku sudah hilang sepenuhnya, aku hanya bisa memanggil papaku sebelum aku menghembuskan nafas terakhirku. Ruangan putih yang tadinya sunyi kini terdengar suara tangisan. Papa menatapku ia tak kuat melihatku, namun ia malah memeluk tubuhku dengan erat. Sementara kak keyzuma tertawa namun keluar tangis dari wajahnya, ia sepertinya senang karna kini adiknya bisa menemui sang ibu dan sembuh sepenuhnya. Berbeda dengan kak Yueke yang menangis kesal pada dirinya.
Sungguh aku merasakannya, kehangatan dan kasih sayang yang membuatku merasa nyaman dan tenang berada bersama mereka. Bahkan kehangatan itu masih ada hingga kini, setelah aku pergi untuk selamanya.
....
“ paa.. “ ucap kak key yang langsung duduk di sampingnya.
“ ini yang Arum tulis untuk papa “ lanjut kak key memberikan sebuah buku padanya.
....
Untuk papaku tersayang.
Papa makasih selalu ada untuk Arum, papa adalah orang terhebat yang selalu ada bagi Arum. Papa tidak pernah membenci Arum padahal mama meninggal karna memperjuangkan arum.
Papa maafin Arum, Arum gak bisa temenin papa lebih lama. Papa jangan sedih ya kan ada kak Yueke dan kak Keyzuma mereka juga sayang papa sama kayak Arum.
Papa yang terbaik gak ada yang bisa kalahin papa dihidup Arum. Makasih untuk semuanya paa..
Arum sayang papa ^_^
Dari gadis kecilmu Arumi Suizuna Hanzu.