(Naik bisa, turun susah)
Disebuah desa kecil bernama Wono sari,
hiduplah sepasang suami istri yang hidup sederhana.
Mereka dikaruniai dua anak kembar, yang kini sudah beranjak dewasa, mereka berdua pun sudah duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).
Pak Hendra dan bu Widia, sepasang suami istri yang memiliki anak kembar bernama Suryana sebagai anak pertama dan Suryani sebagai anak ke dua mereka.
Awal cerita,
"Suryana, mana adik kamu Suryani, kenapa belum datang juga."
Tanya bu Linda yang mengajar di kelas Suryana dan Suryani.
"Entah lah, tanyakan saja pada Suryani langsung bu,ibu tidak akan tahu jawaban nya jika tidak bertanya langsung pada orang nya."
Jawab Suryana yang sejati nya adalah kakak Yani.
"Bagaimana kamu ini Yana?,Yani kan adik kamu, masa kamu tidak tahu dimana adik kamu?."
Tanya bu Linda yang kesal dengan Yana.
"Ya elah bu, sekarang Yana mau tanya sama ibu."
Ujar Yana yang tersenyum pada ibu guru nya.
"Tanya apa Yana, awas saja kalau aneh-aneh."
Ujar bu Linda yang sudah terbiasa dijahili oleh Yana dan Yani.
"Kenapa ibu masih sendiri, kenapa ibu belum punya suami, sekarang dimana calon suami ibu?."
Tanya Yana yang tertawa bersama dengan teman temannya yang lain.
"Buset dah Yana !!!, apa tidak ada pertanyaan yang lain?,mana ibu tau dimana dan siapa yang, kamu ini ada-ada saja Yana!!!, huh dasar anak kampret."
Ujar bu Linda yang langsung kembali ke meja tugas nya.
"Ha,,,ha,,,ha,,,,ibu sendiri tidak tahu jodoh ibu dimana,lah wajarkan kalau aku juga tidak tahu dimana adikku Yani,betul tidak teman-teman?."
Ujar Jaka yang membuat tawa seisi kelas nya.
"Diam kalian semua!,dan sekarang terserah kamu saja Yana, ibu pusing punya murid seperti kamu."
Jawab bu Linda yang menyuruh semua murid nya untuk diam dan kembali tenang.
"Aishhhh,,,,dia marah sendiri, kan enak kalau bu Linda marah, semakin cepat pulang kita."
Ujar Yana yang berbisik ditelinga Raka yang duduk di samping Yana.
"Aihhhh, jangan begitu juga Yana, bagaimana pun juga, bu Linda tetap guru kita, meskipun perawan tua."
Jawab Raka yang sama halnya dengan Yana.
"Ya elah,sama saja kalau begitu."
Ujar Yana yang tersenyum pada teman sebangku nya.
Sepulang sekolah
"Yana, langsung pulang kamu!!!, jangan mampir ke pohon kersen, nanti susah turun lagi."
Ujar bu Linda yang tahu jadwal dan kebiasaan Yana yang suka berkumpul bersama dengan teman temannya di sana.
"Ibu ini, pelajaran sudah selesai bu, untuk apa masih mengikuti Yana, apa ibu suka dengan Yana?."
Ujar Yang yang berjalan keluar dari ruang kelas nya.
"Ingat kamu Yana!!!, kalau kamu nyangkut di pohon kersen?, siapa juga yang akan di tanya pertama!."
Ujar bu Linda yang berjalan disamping Yana.
"Fix you,,,, pasti ibu lah, kan pohon nya dekat dengan rumah ibu.
Jawab Yana yang berjalan ke arah teman teman nya,dan berjalan bersama ke rumah mereka masing-masing.
Sesampainya di rumah yana
"Yani, kenapa kamu tidak masuk sekolah hari ini?."
Tanya Yana yang baru saja sampai di rumah nya.
"Tak perlu sekolah kak,aku sudah terlalu pandai."
Jawab Yani saudara kembar Yana.
"Pandai dari mana Yani, nilai kamu saja masih jauh dari nilai ku."
Jawab yana kembali.
"Berisik lah kak, jangan sok tua menasehati aku, umur kita hanya beda lima menit, jadi Jangan sok tua dan sok tau pula."
Ujar Yani yang langsung berteriak memanggil ibunya.
"Ibu,,,ibu,, kak Yana bu,,,"
Teriak Aya yang memanggil ibunya.
" Dasar tukang ngadu kamu ini yani."
Ujar Yana yang juga mendatangi ibu nya.
"Ibu,,,kak Yana bu,, datang-datang langsung memarahi aku."
Ujar Yani yang merengek pada ibunya.
"Halah,,, dasar balitu, sedikit-sedikit mengadu."
Ujar Yana yang melihat wajah Yani dan ibunya.
"Apa itu balitu Yana?, ibu tidak pernah dengar."
Tanya ibu Yana dan Yani.
"Bayi tua nak kesayangan ibu."
Jawab Yana yang langsung masuk ke dalam kamar nya.
"Ibu,,,tuh kan,,, kak Yana selalu begitu."
Ujar Yani yang mengadu pada ibunya kambali.
"Yana,,,,!,mau ibu pukul lagi kamu?."
Teriak ibu Yani dan Yana yang terdengar sampai di kamar Yana.
Tak lama kemudian,,,
"Yan,,,bisa tolong bantu ayah sebentar?."
Panggil sang ayah.
"Itu ayah panggil kamu Yani?."
Ujar Yana pada Yani.
"Perasaan tidak pakai Ni, mungkin kakak yang di panggil ayah."
Ujar Yani yang masih asyik membaca komik nya.
"Bukan aku juga kali,,,kan tidak pakai Na."
Jawab Yana yang melihat wajah Yani.
Beberapa saat kemudian
"Astaghfirullah,,, punya dua anak, tidak ada satupun yang mendengar, kemana empat telinga kalian."
Teriak sang ayah.
"Tak perlu juga marah, salah ayah sendiri, kalau panggil nama orang itu yang jelas, Yana apa Yani, kalau dua-duanya ya ayah tinggal panggil saja Yana,Yani,,".
Ujar sang ibu yang mendekati sang ayah.
Sang ayah pun langsung masuk ke dalam rumah nya, dan mencari keberadaan Yana dan Yani.
"Aishhhh,,,ibu dan anak sama saja, tidak ada yang berguna satu pun."
Ujar sang ayah yang masih mencari keberadaan mereka berdua.
"Yana!!, Yani!!, kenapa susah panggil kalian."
Ujar sang ayah pada kedua anak kembar nya.
"Apa sih ayah,,, memanggil saja tidak jelas, Yani atau Yani yang ayah panggil?."
Jawab Yana yang menjawab pertanyaan dari ayah nya.
"Aduhhh,,,, Yana ataupun Yani, sama saja,ngga ada gunanya sama sekali."
Ujar sang ayah yang menyuruh mereka berdua ikut keluar dari rumah.
Sesampainya di luar rumah
"Bantu ayah pegangin karet ini yani, pegang dan jangan di lepas."
Ujar sang ayah.
Yani pun memegang karet ban itu, sementara Yana tersenyum jahat pada Yani.
"Yani,,,mau tau tidak, kenapa ayah melarang kamu melepaskan karet itu."
Ujar Yana pada Yani.
"Memang kenapa kak?."
Tanya Yani yang penasaran.
"Coba saja kamu lepas, pasti kita tidak akan disuruh lagi oleh ayah."
Jawab Yana yang menahan tawanya.
"Benar kah?, kalau begitu,aku bisa baca komik lagi."
Jawab Yani yang tersenyum pada Yana.
"Klak,,,,".
Terdengar suara karet yang mengenai wajah ayah mereka berdua.
"Aduhhh,,,,cah edddddan!!."
Teriak sang ayah.
"Lari Yani,,, sebelum ayah berubah menjadi monster yang menyeramkan."
Ujar Yana yang langsung mengajak Yani berlari menjauhi ayah nya.
"Mau kemana kalian?,,,awas saja kalau pulang nanti."
Teriak sang ayah pada kedua anak nya.
"Sudahlah ayah,,, namanya juga anak-anak, jangan kamu bersikap sama dengan mereka."
Ujar sang ibu yang langsung membantu sang ayah.
Beberapa waktu kemudian
"Yani,,, kenapa di lepas beneran?."
Tanya Yana pada Yani.
"Kakak kan yang suruh Yani lepas."
Jawab Yani kembali.
"Aku cuma bercanda Yani."
Ujar Yana
"Tapi kakak suruh coba kan?."
Jawab Yani kembali.
"Iya,,iya,, tapi jangan di wajah ayah juga kali,,,."
Ujar Yana yang memegang kepalanya sendiri.
Hari menjelang malam, Yana dan Yani tidak berani pulang, seperti biasanya,
Yana dan Yani pun naik keatas pohon kersen, tempat biasa mereka bermain.
"Aduh yah,,, kemana Yana dan Yani pergi?.
Tanya bu Widia yang gelisah menunggu kedatangan mereka.
"Carilah ,,, semakin kabur jauh mereka kalau aku yang cari."
Jawab sang ayah yang wajah nya ditutupi oleh masker.
"Ya elah,,, anak dan bapak sama saja."
Ujar sang ibu yang bergegas untuk mencari Yana dan Yani.
Waktu pun terus berjalan, hari pun semakin larut malam, Yana dan Yani ternyata lupa cara turun,di tambah Yana dan Yani yang takut dengan ketinggian.
"Aihhhh,,, bagaimana cara kita turun Yani?."
Ujar Yana yang tidak kuat melihat ke arah bawah.
"Entah lah kak, Yani juga takut kak."
Jawab Yani yang juga sama takutnya.
"Tengoklah Yana,, jangan melihat ke bawah."
Ujar Yana yang memberi tau pada adik nya.
Tak lama kemudian, beberapa orang pun datang untuk mencari keberadaan si kembar ini.
"Yana,,, Yani,,,, dimana kalian,,,."
Teriak warga yang datang untuk membantu.
"Yani disini bu,,."
Jawab Yani yang terdengar sangat ketakutan.
"Astaghfirullah,,, kenapa kalian ada diatas pohon lagi."
Ujar sang ibu yang khawatir pada mereka berdua.
Bukannya turun, Yani justru menangis.
"Cah edddddan, turun sini!, kenapa bersembunyi di situ?."
Ujar ayah mereka yang akhirnya ikut mencari.
"Yana takut yah,."
Jawab Yana pada ayahnya.
"Ayah tidak akan marah,jadi tidak perlu takut."
Ujar sang ayah yang membujuk Yana dan Yani.
"Bukan takut dengan ayah,,kita takut turun yah."
Jawab Yana yang memejamkan mata nya.
"Terus kenapa bisa naik kalau ngga bisa turun?."
Tanya warga yang ikut membantu mencari mereka berdua.
"Kalau naik, lihat nya keatas, kalau turun lihat nya kebawah, kita takut ketinggian."
Jawab Yana yang memberi tau pada mereka yang ada di sana.
"Huhhhh,,,,cah edddddan!!!."
Ujar warga yang ikut bersama mencari mereka.
Akhirnya mereka pun bisa turun setelah di bantu oleh ayah dan beberapa warga yang ada,
Dan part pertama pun selesai.
Tamat